Suaramuslim.net – Allah memang memberikan pilihan kepada setiap manusia, yaitu jalan keburukan atau ketakwaan. Setiap pilihan tersebut mengandung risiko yang akan didapatkan. Jika yang dipilih adalah ketaatan maka ia terkategori sebagai orang yang berbahagia, namun jika yang dipilihnya adalah kemaksiatan/dosa sudah bisa dipastikan ia tergolong orang-orang yang sengsara.
Setiap dosa yang dilakukan oleh manusia akan membuat titik hitam yang ada pada hati, jika terus menerus melakukan dosa maka hati kita akan tertutupi dari cahaya kebenaran.
“Mereka tuli, buta, dan bisu sehingga mereka tidak dapat kembali” (QS Al-Baqarah ayat 18)
Setan memang selalu membungkus sesuatu yang dilarang oleh Allah dengan indah serta penuh kenikmatan di mata manusia. Maksiat memang nikmat ketika melakukannya, namun setelah itu gelisah, menyesal, tidak nyaman yang akan dirasakan.
Jangan pernah menyepelekan dosa sekecil apapun, karena setiap dosa yang kita perbuat pasti akan melahirkan dosa yang lainnya. Karena kebakaran yang besar pun diawali dengan api yang kecil.
“Anas bin Malik radiyallahu ‘anhu berkata, “Sesungguhnya kalian benar-benar melakukan perbuatan-perbuatan yang di mata kalian lebih tipis dari rambut, tetapi kami di zaman Rasulullah SAW menganggapnya sebagai dosa-dosa yang besar” (HR. Bukhari)
Mereka yang beriman kepada Allah SWT akan selalu waspada terhadap perilaku yang mengantarkan dirinya kepada dosa, ia akan selalu bersikap hati-hati agar tidak terjerumus ke dalam jurang kemaksiatan dan menganggap dosa adalah hal yang sangat besar serta akan mengundang murkanya Allah. Berbeda halnya dengan orang yang terbiasa dengan kemaksiatan, ia akan menganggap sebuah dosa itu adalah hal yang kecil dan sepele sehingga dengan mudahnya ia melakukan hal tersebut.
“Sesungguhnya seorang mukmin saat ia melihat dosa-dosanya, adalah seperti ketika ia duduk di lereng sebuah gunung, dan ia sangat khawatir gunung tersebut akan menimpanya. Sedangkan orang yang sering melakukan dosa (fajir) saat melihat dosa-dosanya adalah seperti ia melihat seekor lalat yang hinggap di hidungnya, lalu ia mengusirnya dengan (isyarat tangan) kemudian terbang (ia menganggap sepele dosa itu)” (HR Bukhari).
Kalau orang pertama kali mencuri atau korupsi, ghibah, namimah (adu domba), berzina, minum khamr awal mulanya pasti merasa menyesal dan tahu bahwa perbuatannya adalah dosa. Sekali dua kali menyesal, namun jika terus menerus dilakukan akan menjadi hal yang biasa dan menganggap hal tersebut tidak dosa. Begitu pun dengan dosa-dosa yang lainnya.
Bahkan Imam Ibnul Qayyim mengatakan dahsyatnya dosa atau bahayanya dosa jika terus menerus dilakukan, Allah akan hilangkan kenikmatan dalam ibadah dan ditimpakan kenikmatan dalam maksiat! Nauzubillah.
Bisa jadi kita yang saat ini tak merasakan manisnya ibadah, tak bisa berlama-lama dalam berkomunikasi dengan Allah melalui bacaan Al Quran, tak bisa berduaan dengan Allah dalam keheningan malam, dan menangis dalam setiap doa yang kita panjatkan, dikarenakan dosa yang terus menerus kita lakukan.
Masih ada waktu untuk berobat kepada Allah SWT. Selama nyawa belum sampai tenggorokan, Allah selalu membuka lebar-lebar ampunanNya. Sebanyak apapun kita melakukan dosa, sebesar apapun dosa yang kita lakukan, rahmat Allah lebih besar dari pada itu semua.
Allah akan membalas setiap aktivitas yang dilakukan oleh manusia sesuai dengan apa yang diperbuatnya meskipun sebesar biji sawi. Jika itu ketaatan maka hadiahnya berupa surga. Namun, seandainya yang dilakukan adalah kemaksiatan atau dosa maka balasannya adalah neraka yang sangat pedih. Kalau bisa memilih yang baik kenapa melakukan yang buruk?
Jika tidak bisa berlomba dengan orang yang salih untuk ketakwaannya maka berlombalah dengan para pendosa untuk kembali kepada Allah Azza wa Jalla.
Kontributor: Yoga Ropandi
Editor: Oki Aryono