Suaramuslim.net – Shalat Tarawih adalah Qiyamul lail atau sholat tahajud yang dilakukan saat Ramadhan. Di masyarakat kita, banyak perbedaan, baik dari jumlah rakaatnya, maupun tata cara pelaksanaannya.Bagaimana nabi melaksanakan sholat tarawih?
Niat Shalat Tarawih
Sama halnya dengan ibadah yang lainnya, sebelum melakukan ibadah shalat tarawih pun harus disertai niat. Dilansir dari laman rumaysho.com, niat adalah amalan hati dan hanya Allah Ta’ala yang mengetahuinya. Niat itu tempatnya di dalam hati dan bukanlah di lisan, hal ini berdasarkan ijma’ (kesepakatan) para ulama sebagaimana yang dinukil oleh Ahmad bin Abdul Harim Abul Abbas Al Haroni dalam Majmu’ Fatawanya.
Masyarakat kita sudah sangat akrab dengan melafalkan niat (maksudnya mengucapkan niat sambil bersuara keras atau lirih) untuk ibadah-ibadah tertentu. Imam Ibnul Qayyim rahimahullah mengatakan dalam kitab beliau Zaadul Ma’ad, I/201, ”Jika seseorang menunjukkan pada kami satu hadits saja dari Rasul dan para sahabat tentang perkara ini (mengucapkan niat), tentu kami akan menerimanya. Kami akan menerimanya dengan lapang dada. Karena tidak ada petunjuk yang lebih sempurna dari petunjuk Nabi dan sahabatnya. Dan tidak ada petunjuk yang patut diikuti kecuali petunjuk yang disampaikan oleh pemilik syari’at yaitu Nabi shalallahu ’alaihi wa sallam.”
Dari uraian di atas, dapat ditarik kesimpulan bahwa niat letaknya di dalam hati dan tidak ada lafal tertentu yang harus diucapkan ketika berniat.
Shalat Tarawih Ala Rasulullah
Shalat tarawih adalah shalat yang dilakukan setelah mengerjakan shalat isya. Shalat tarawih dilakukan minimal dengan dua raka’at salam, dua raka’at salam. Dasarnya adalah sabda Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam, “Shalat malam adalah dua raka’at dua raka’at.” (HR. Bukhari no. 990 dan Muslim no. 749).
Untuk jumlah rakaat dalam shalat tarawih, terdapat banyak hadits yang mengulasnya. pendapat yang menyesuaikan petunjuk Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam adalah delapan raka’at tanpa witir berdasarkan hadits Aisyah radhiyallahu ‘anha. “Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam tidak pernah shalat malam di bulan Ramadhan atau selainnya lebih dari sebelas raka’at.” [Dikeluarkan oleh Bukhari 3/16 dan Muslim 736 Al-Hafidz berkata (Fath 4/54)]
Namun, dalam riwayat lain, dari Abu Syaibah Ibrahim bin ‘Utsman dari Hakam dari Miqsam dari Ibnu ‘Abbas berkata, “Sesungguhnya Nabi shalat di bulan Ramadhan 20 rakaat dan witir.” (HR. Ath-Thabrani dalam Al-Mu’jamul Awsath, 5/324 no. 5440 dan 1/243 no. 798, dan dalam Al-Mu’jamul Kabir, 11/311 no. 12102)
Dalam hal ini, umat Islam boleh memilih jumlah rakaat yang akan dilakukan dalam shalat tarawih, karena keduanya memiliki landasan hadits dan jumlah 23 raka’at (20 rakaat shalat tarawih dan 3 raka’at shalat witir) juga telah disetujui oleh empat mazhab yg berbeda yaitu Mazhab Maliki, Mazhab Hambali, Mazhab Syafi’i dan Mazhab Hanafi sehingga mulai saat itu semua muslim banyak yg mengerjakan shalat sunnah tarawih dengan 23 raka’at.
Setelah shalat tarawih, lakukan shalat witir. Shalat witir adalah shalat yang dilakukan dengan jumlah raka’at ganjil (1, 3 atau 5 raka’at). Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda, “Jadikanlah akhir shalat malam kalian adalah shalat witir.” (HR. Bukhari no. 998 dan Muslim no. 751). (muf/smn)