Belajar dari Wudhu

Belajar dari Wudhu

Belajar dari Wudhu

Suaramuslim.net – Membahas tentang sholat dan sholat jama’ah rasanya tidak akan lengkap tanpa membahas masalah wudhu, seperti penjelasan yang terdapat dalam hadits yang diriwayatkan oleh Imam Abu Daud dan Ibnu Majah berikut ini.

Hadits dari Abu Hurairah ra., Rasulullah saw. bersabda: “Tidak ada sholat bagi yang tidak ada wudhu. Tidak ada wudhu bagi yang tidak membaca bismillah di dalamnya”. (HR. Abu Daud dan Ibnu Majah; Al Hafizh Abu Thohir mengatakan bahwa hadits ini hasan)

Wudhu merupakan tahap persiapan untuk sholat. Maka dari aktivitas wudhu dapat dipelajari hal-hal yang dapat dipersiapkan untuk membentuk organisasi.

Aktivitas wudhu sebagaimana yang dijelaskan dalam QS. Al Maa-idah: 6 adalah,

يَٰٓأَيُّهَا ٱلَّذِينَ ءَامَنُوٓاْ إِذَا قُمۡتُمۡ إِلَى ٱلصَّلَوٰةِ فَٱغۡسِلُواْ وُجُوهَكُمۡ وَأَيۡدِيَكُمۡ إِلَى ٱلۡمَرَافِقِ وَٱمۡسَحُواْ بِرُءُوسِكُمۡ وَأَرۡجُلَكُمۡ إِلَى ٱلۡكَعۡبَيۡنِۚ٦

Artinya: “Hai orang-orang yang beriman, apabila kamu hendak mengerjakan sholat, maka basuhlah mukamu dan tanganmu sampai dengan siku, dan sapulah kepalamu dan (basuh) kakimu sampai dengan kedua mata kaki”. (QS. Al Maa-idah : 6).

Secara lebih rinci, petunjuk pelaksanaan teknis wudhu tertuang dalam hadits berikut,

Hadits dari Humroon -bekas budak Utsman bin Affan–, suatu ketika Utsman memintanya untuk membawakan air wudhu (dengan wadah.), kemudian ia tuangkan air dari wadah tersebut ke kedua tangannya. Maka ia membasuh kedua tangannya sebanyak tiga kali, lalu ia memasukkan tangan kanannya ke dalam air wudhu kemudian berkumur-kumur, lalu beristinsyaq dan beristintsar. Lalu beliau membasuh wajahnya sebanyak tiga kali, (kemudian) membasuh kedua tangannya sampai siku sebanyak tiga kali kemudian menyapu kepalanya (sekali saja) kemudian membasuh kedua kakinya sebanyak tiga kali, kemudian beliau mengatakan: “Aku melihat Nabi saw. berwudhu dengan wudhu yang semisal ini dan beliau saw. mengatakan: ‘Barangsiapa yang berwudhu dengan wudhu semisal ini kemudian sholat 2 roka’at (dengan khusyuk)dan ia tidak berbicara di antara wudhu dan sholatnya, maka ALLAH akan ampuni dosa-dosanya yang telah lalu’.” (HR. Bukhari-Muslim).

Hadits dari ‘Aisyah ra., ia berkata: “Nabi suka mengawali sesuatu dengan yang kanan, dalam memakai terompah, bersisir, bersuci, dan dalam segala sesuatu.” (Muttafaq alaih)

“‘Adalah kebiasaan Nabi saw. sangat menyukai mendahulukan kanan dalam thoharoh (berwudhu)’.” (HR. Bukhari-Muslim)

Pembelajaran yang dapat ditarik dari aktivitas persiapan sholat (wudhu) dalam aktivitas berorganisasi antara lain:

  1. Untuk membentuk organisasi yang bersih dari korupsi, harus dimulai sejak dini, sejak perencanaan organisasi, sebelum organisasi dibentuk. Menata agar organisasi bersih dari korupsi setelah terbentuk memerlukan upaya yang lebih besar dan reformasi secara menyeluruh.
  2. Dimulai dengan menyertakan nama Allah subhanahu wa ta’ala. Allah subhanahu wa ta’ala tidak hanya disertakan saat ada masalah, namun harus sejak di awal pembentukan organisasi.
  3. Dalam aktivitas wudhu, tangan lebih didahulukan. Pembelajaran yang diambil adalah, untuk dapat menjalankan fungsi utama, membersihkan, maka alat pembersih (telapak tangan) haruslah bersih terlebih dahulu. Bila alat pembersih kotor, maka aktivitas pembersihan tidak akan dapat dilakukan.

    Dalam sebuah organisasi, lembaga penertiban dan penegakan hukum haruslah orang-orang yang memang memiliki track record bersih. Apabila penegak hukum memiliki masalah hukum, tentu tidak akan tercapai organisasi yang bersih. Organisasi yang baik dimulai dari lembaga pembersih yang memiliki kredibilitas dan kewibawaan baik. Negara akan baik bila kepolisian, pengadilan, dan lembaga pembersih lain memiliki pemimpin yang bersih.

    “Allah beserta seorang hakim selama dia tidak menzalimi. Bila dia berbuat zalim, maka Allah akan menjauhinya dan setanlah yang selalu mendampinginya”. (HR. Tirmidzi)

  1. Berwudhu harus didahulukan dengan bagian kanan. Dan Islam secara konsisten mengajarkan memulai sesuatu yang baik dengan bagian kanan. Makan, minum, memakai baju, sandal, masuk masjid, dan beberapa hal lainnya yang positif dimulai dengan menggunakan tangan/kaki kanan.

    Termasuk Alqur’an, yang dengan bahasa Arab menjadikannya harus ditulis dan dibaca dari kanan. Kanan senantiasa menggambarkan hal baik. Mereka yang berimanakan menerima buku keputusannya dari arah kanan dan mereka disebut dengan golongan kanan, begitu pula sebaliknya. Bila memulai suatu perencanaan organisasi, maka dimulai dengan bagian kanan.

    Hal ini dapat diintrepretasikan bahwa organisasi harus dibentuk dengan kreativitas. Karena otak kanan, dipercaya mengendalikan bagian kreativ Kreativitas yang didahulukan akan menjadikan organisasi muncul sebagai organisasi yang memiliki diferensiasi dan inovasi tinggi.

    Hal ini berbeda dengan yang dilakukan oleh kebanyakan pendidikan manajemen dan bisnis, yang hanya menekankan aspek intelektualitas konseptual. Mengasah otak kiri yang berkaitan dengan kemampuan analisis adalah hal penting, namun inovasi yang menjadi tren bisnis masa kini adalah lebih dikembangkan dengan mengasah otak kanan. Hal ini juga disampaikan oleh pakar manajemen Drucker (1985), “Successful innovators use both the right side and the left side of their brains.”

  1. Setelah membaca Basmalah dan membasuh tangan. Aktivitas selanjutnya adalah berkumur-kumur untuk jalur pencernaan dan membersihkan jalur hidung/jalur pernapasan. Hal ini mengisyaratkan bahwa setelah membersihkan alat pembersih, maka langkah penting berikutnya adalah membersihkan jalur masuknya rezeki. Organisasi harus meyakinkan diri bagaimana rezeki dapat terjaga dari keharaman. Termasuk di awal pembentukan organisasi, dana yang masuk sebagai modal awal haruslah dari jalan yang baik.
  2. Setelah beberapa hal penting sebelumnya dilakukan, perlengkapan lain seperti dewan pengawas (mata), pimpinan (kepala), karyawan sebagai tenaga pelaksana (tangan dan kaki) dilengkapi kemudian. Pemilihan personal harus melalui fit and proper test yang baik.
  3. Wudhu dapat batal apabila keluar sesuatu dari dua lubang pengeluaran. Dan batalnya wudhu menjadikan wudhu harus diulang. Namun bila yang keluar tidak hanya berupa gas, maka pembersihan harus dilakukan sebelum berwudhu.

Hal ini mengindikasikan apabila ada kebocoran atau bahkan korupsi, maka evaluasi struktur atau restrukturisasi organisasi dan penempatan harus dilakukan sejak awal. Karena kebocoran menunjukkan bahwa proses pembersihan dan pengawasan belum berjalan dengan baik.

Penulis: Dr. Gancar C. Premananto*

*Koordinator Program Studi Magister Manajemen FEB Universitas Airlangga Surabaya

Like this article?

Share on Facebook
Share on Twitter
Share on WhatsApp
Share on Telegram

Leave a comment