Sumbangsih Dunia Islam yang Tak Tertandingi
Setiap kali bumi Palestina bergolak, mau tak mau kita kembali menoleh ke belakang untuk belajar sejarah dari buku-buku terserak yang tersedia di sekitar. Kadang-kadang, buku-buku tersebut menyajikan informsi sepatah-sepatah sehingga kita harus merangkai sendiri bagaimana sejarah manusia membentuk persepsi, menciptakan konflik, menghancurkan tatanan, atau memunculkan harapan. Jerusalem dan Palestina akan selalu memancing pertikaian. Akan selalu menimbulkan ribuan sudut pandang berbeda. Bahkan, orang-orang yang terlibat didalamnya di satu sisi dielukan sebagai pahlawan, di sisi lain disebut sebagai penjahat. Bagaimanapun hebatnya sosok Shalahuddin al Ayyubi, sebagian sejarawan -termasuk non muslim- sangat mengagumi beliau. Namun bagi sebagian yang lain, dianggap sebagai perusak.
Jerusalem Awal di masa Nabi Daud as dan Nabi Sulaiman as
Jerusalem awalnya adalah sebuah wilayah tak lebih dari 15 Ha yang hanya mampu menampung 1200 penduduk. Namanya mulai disebut-sebut bersamaan dengan kisah Nabi Daud AS. Bagi kaum muslimin, Nabi Daud adalah salah satu dari 25 nabi yang dimuliakan Allah SWT. Di masa jauh sebelum Rasulullah SAW diutus menjadi nabi, tidak ada pembatasan berapa jumlah perempuan yang boleh diperistri seorang laki-laki. Sejarah mencatat secara simpang siur berapa jumlah istri Nabi Daud AS dan Nabi Sulaiman AS. Konon, Nabi Sulaiman AS memiliki 700 istri dan 300 selir.
Salah satu kisah yang masyhur adalah kisah ketika Nabi Daud AS jatuh cinta pada seorang perempuan sangat cantik yang telah bersuami. Sumber Nashrani menyebutkan perempuan tersebut bernama Batsheba dan suaminya seorang prajurit bernama Urian. Nabi Daud AS mengirimkan Urian ke medan perang hingga tewas dalam sebuah pertempuran. Ketika nabi Daud AS memperistri Batsheba, apa yang terjadi sesungguhnya hanya diketahui oleh segelintir orang, salah satunya seorang ulama shalih bernama Nathan. Dalam sebuah pertemuan, Nathan menyampaikan satu kisah.
“Adalah seorang Raja kaya raya yang telah memiliki segala. Namun ia masih menginginkan seekor domba yang dimiliki petani miskin. Raja itupun merebutnya!”
Hati Nabi Daud AS terenyuh dan tersentak mendengarnya. Hingga sontak berteriak ,” Raja seperti itu harusnya mati!”
Nathan berujar hormat, “Andalah Raja itu.”
Nabi Daud AS memohon ampun atas semua kesalahannya kepada Allah SWT. Bayi yang dikandung Batsheba meninggal, meninggalkan duka yang dalam di hati Nabi Daud AS. Ungkapan ulama shalih Nathan terngiang.
Namun, dikemudian hari ia mengandung lagi dan lahirlah seorang bayi laki-laki sangat tampan dan masyhur dengan kekuasannya. Bayi itu diberi nama: Sulaiman. Sulaiman, kelak menggantikan Nabi Daud AS menjadi nabi dan raja. Bukan hanya cerdas, kuat, tampan dan tangguh; Nabi Sulaiman AS adalah seorang arsitek andal. Salah satu sumbangsihnya yang menjadi jejak tak terkira dalam sejarah manusia di bumi adalah Kuil Sulaiman. Tujuan membangun kuil ini bukan semata-mata tonggak pencanangan kemegahan kekuasaannya, namun juga menjadi tempat bagi rakyatnya untuk bermunajat.
Nabi Sulaiman AS tidaklah tertakdir abadi.
Di bawah kepemimpinannya, negara termasuk wilayah Jerusalem hidup makmur. Namun usai wafatnya, para kerabatnya bertikai dan berperang. Sejarah panjang menghiasai Jerusalem dengan heroisme dan kekejian. Nama-nama masyhur dikenal, baik masyhur dalam sisi kecemerlangan maupun kegelapan. Nebukadnezar, Darius, Alexander the Great adalah segelintir nama yang beririsan dengan Jerusalem. Alexander Agung memiliki jenderal terpercaya, Ptolemy. Dinasti Ptolemy inilah yang kelak akan mengurus wilayah Mediterrania. Kepengurusan yang akhirnya salah kaprah ditangani oleh Cleopatra. Sosok legendaris yang sebetulnya sangat cerdas, namun kecantikannya yang bak dewi kahyanagan membuat orang-orang di sekelilingnya mabuk kepayang, rela bertempur, bersedia mati termasuk Julius Caesar dan Marc Anthony. Jerusalem terkatung-katung dalam situasi terlantar. Sebelum Masehi, ada lagi satu sosok sangat cantik yang turut berperan terhadap Jerusalem, yaitu ratu Salome dan dinastinya. Sesudah Masehi, berturut-turut nama kejan seperti Caligula dan Nero, menjadi penguasa Jerusalem.
Salome dan Cleopatra, dua Ratu sebelum Masehi yang tershor karena kecantikannya
Jerusalem Islam
Nabi Muhammad SAW menjadikan titik ini sebagai salah satu tapak mirajnya sebelum ke Sidratul Muntaha. Bagi kaum muslimin, Jerusalem sama berharganya dengan Haramain. Jejak Islam yang mulia tertoreh di sejarah Jerusalem. Sejarawan yang sangat sarkasm seperti Simon Sebag Montofiore pun mengatakan ketika Umar bin Khattab menguasai Jerusalem, tak ada sikap bermusuhan terhadap penganut monotheis : Kristen maupun Yahudi. Kontribusi para khalifah pun tak dapat dipandang sebelah mata, termasuk zaman dinasti Umayyah dan dinasti Abbasiyah. Meski dua dinasti ini berselisih paham, keduanya tetap berupaya menjaga Jerusalem sebagaimana contoh yang pernah dilakukan leluhurnya, Umar bin Khattab ra.
Muawiyah dan Haram al Syarif
Usai diangkat menjadi khalifah dan memerintah dari Damaskus, Muawiyah menggunakan koin dengan gambar Ilya Filistin atau Aelia Palestina yang menggambarkan pengagungannya terhadap Jerusalem. Muawiyah disukai masyarakat di luar Islam sebab melengkapi armada perangnya dengan orang-orang Nashrani dan seringkali meminjam riwayat Yahudi tentang kuil untuk menghormati mereka.
Muawiyah dianggap sebagai pencipta yang sesungguhnya dari Haram al Syarif atau dikenal sebagai Temple Mount (Bukit Kuil). Haram al Syarif adalah suatu wilayah suci dimana di dalamnya terdapat bangunan masjid al Aqsa, Kubah Sakhrah (Dome of the Rock) dan Kubah Rantai (Dome of Chain ). Beliau meratakan batu Benteng Antonia lama, memperluas taman dan menambah satu ruang heksagonal dengan sisi terbuka Kubah Rantai, juga membangun masjid.
Abdul Malik bin Marwan
Abdul Malik bin Marwan jenis orang yang tak suka pujian. Ketika seseorang memujinya ia akan menghardik dan mengatakan , “Jangan menyanjungku! Aku lebih tahu diriku dari dirimu!”
Abdul Malim menyatukan Syria dan Palestina, bercita-cita menyatukan Islam tanpa perang saudara. Ia merancang pembangunan jalan utama antara Jerusalem dan Damaskus . Ia mengalokasikan harta setara dengan peghasilannya sebagai khalifah selama tujuh tahun untuk menciptakan Dome of the Rock.
Abdul Malik membangun tempat itu bagi semua kalangan.
Bukan sebuah masjid, namun tempat suci. Bentuk oktagonalnya menyerupai wisma Nashrani, kubahnya mengingatkan pada Makam Suci dan Hagia Sofia di Konstantinopel namun jalan melingkarnya dicancang berkeliling seperti thawaf di Kabah, Mekkah.
Batu itu adalah situs surga Adam, altar Ibrahim, tempat dimana Nabi Daud dan Nabi Sulaiman merancang Kuil, tempat Rasulullah Saw memijakkan kakinya saat Isra Miraj. Abdul Malik membangun kembali Kuil Yahudi untuk permurnian wahyu sejati, Islam.
Bangunan itu tak punya poros pusat namun memiliki 3 lapis.
Lapis pertama adalah tembok luar. Berikutnya arkade (gang beratap) segi delapan dan kemudian tepat di bawah kubah: arkade yang mengelilingi kubah itu sendiri.
Kubah itu diibaratkan seperti surga , hubungan dengan Tuhan dalam arsitektur Islam yang kaya dan deskriptif. Kubah emas, pualam putih, dekorasi mewah merupakan simbol surga Adn. Kekayaan gambarnya yang berupa pohon, buah, bunga, perhiasan, mahkota; bukan hanya gambaran yang menyenangkan bagi kalangan muslimin tapi juga nonmuslim. Tamsilnya menyatukan keindahan surgawi dan nun dahulu kala, kemegahan kerajaan Daud dan Sulaiman. Kubah emas dianggap sebagai lambang kejayaan Islam dimasa Abdul Malik, melampaui era Justinian dan Konstantin yang Agung. Kubah itu dirawat oleh 300 budak kulit hitam, 20 orang Yahudi dan 10 orang Nashrani. Sekalipun Abdul Malik merombak Kuil ini, kaum Yahudi dan Nashrani tetap merasa kuil ini diperuntukkan bagi mereka. Dinasti Umayyh mengizinkan kuil suci itu menjadi tempat berdoa bagi dua agama langit lainnya: Yahudi dan Nashrani.
Harun al Rasyid
Harun Al Rasyid adalah permata cemerlang dari dinasti Abbasiyah.
Dimasanya, ia menjalin kerjasama baik dengan Charlemagne, raja Frank yang menguasai Prancis, Italia dan Jerman saat ini. Sekalipun sangat ingin menguasai Jerusalem, Charlemagne lebih memilih bekerja sama dengan Harun al Rasyid. Mereka bertukar duta selama bertahun-tahun. Charlemagne tentu saja belum mampu mengalahkan Harun al Rasyid karena kemajuan Islam dalam segala sektor saat itu tak tertandingi. Sebagai contoh, Harun al Rasyid memberikan hadiah seekor gajah dan jam air astrolabe kepada Raja Frank. Namun masyarakat Nashrani beranggapan astrolabe merupakan alat sihir iblis.
Tidak ada perjanjian antar keduanya secara formal namun properti kaum Nashrani didata dan dilindungi. Sebagai ganti, raja Frank membayar jizyah 850 dinar. Harun al Rasyid mengizinkan sang Raja menciptakan lingkungan Nashrani di sekitar makam Suci dengan sebuah tinggal untuk biarawati, perpustakaan dan penginapan untuk peziarah yang dapat menampung 150 pendeta dan 17 biarawati.
Pasca kematian Harun al Rasyid, putranya al Ma’mun meneruskan kebijaksaannya. Ma’mun mendirikan akademi sastra sains yang sangat terkenal : Baitul Hikmah. Dan ketika mengunjungi Jerusalem, ia membangun gerbang-gerbang baru di kuil untuk memperkuat seluruh areal Haram al Syarif.
Sumber :
Jerusalem the Biography, Simon Sebag Montefiore dan buku-buku lainnya