Belajar Trik Bernegosiasi dari Steve Jobs

Belajar Trik Bernegosiasi dari Steve Jobs

Belajar Trik Bernegosiasi dari Steve Jobs

Suaramuslim.net – Negosiasi menjadi hal sentral dalam berbisnis. Tanpa negosiasi, investor tak akan turun tangan. Karenanya dalam berbisnis, ilmu bernegosiasi tak kalah penting. Trik bernegosiasi Steve Jobs bisa diterapkan agar semakin banyak investor berdatangan bagai profit bisnis yang terus mengalir.

Steve Jobs telah dikenal sebagai seorang piawai dalam berbisnis. Kepiawaiannya tak terbatas hanya pada ilmu bisnisnya, namun ia juga dikenal sebagai negosiator yang handal. Ini terbukti dari percakapan email antara Steve Jobs dan James R. Murdoch, salah satu pemilik percetakan buku HarperCollins. Ia dapat membuat kesepakatan cemerlang antara Apple dengan HarperCollins.

Berikut adalah taktik yang diterapkan Jobs dikutip dari situs studentpreneur oleh Taufiq Aditama, wartawan senior studentpreneur.

Siap untuk Walk Out

Sebelum memulai negosiasi harus diketahui dengan pasti, siapa membutuhkan siapa. Dalam kasus negosiasi Jobs tersebut, ia menggarisbawahi bahwa HarperCollins sangat membutuhkan Apple. Selain itu, ia juga mengatakan keinginan untuk bekerja sama dengan HarperCollins. Tetapi, juga tak segan melepaskan deal. Dari sini dapat diambil kesimpulan bahwa hal pertama yang dilakukannya adalah membiarkan lawan negosiasi tahu, bahwa Anda siap melepas deal jika prasyarat tidak memenuhi kriteria yang diinginkan.

Tunjukkan Bukti-bukti

Selain siap untuk melepaskan deal. Ketika bernegosiasi jangan lupa untuk sajikan bukti-bukti yang mendukung argumen ketika negosiasi terjadi. Dalam kasus Steve Jobs tersebut, ia menyajikan data berupa banyaknya iPad yang dapat dijual lebih banyak dari perusahaan lain. Tak hanya itu, ia juga mengatakan bahwa Apple telah mengantongi 120 juta pelanggan dengan kartu kredit yang terintegrasi pada sistem dan Apple telah berhasil memimpin revolusi industri musik melalui produk iTunes mereka.

Dengan bukti-bukti yang disajikan dapat membuat pendapat atau argumen-argumen ketika bernegosiasi menjadi lebih kredibel.

Biarkan Mereka Buat Penawaran Dahulu

Dari kasus Jobs, faktanya adalah ia tidak terlibat negosiasi apapun dengan HarperCollins. Ia hanya menjelaskan prasyarat Apple dan membiarkan Murdoch bernegosiasi dengan dirinya sendiri. Yang Jobs lakukan berikutnya adalah diam. Karena diam adalah teknik umum yang sering digunakan dalam bernegosiasi dan hal ini dapat membuat lawan negosiasi merasa tak nyaman. Saat itulah, mereka akan bernegosiasi dengan dirinya sendiri dan bersedia untuk berkompromi.

Beberkan Opsi yang Mereka Miliki

Memberikan opsi terbatas pada lawan negosiasi dapat membangkitkan rasa takut kepada lawan. Rasa takut yang dimaksud adalah ketika mereka tak mengambil salah satu opsi yang mereka tawarkan, mereka akan merugi. Harus dipastikan bahwa opsi yang ditawarkan oleh Anda adalah opsi yang paling menarik.

Mungkin saja lawan negosiasi sebenarnya memiliki berbagai macam opsi. Namun, dengan opsi yang Anda beberkan akan mengerucutkan opsi-opsi lain dan dapat membuat lawan negosiasi tertarik dengan opsi tersebut.

Gunakan Pendapat Pihak Lain

Menggunakan pendapat pihak lain yang sejalan dengan fakta yang disajikan menambahkan kekuatan pendapat Anda dalam negosiasi. Dalam kasus Jobs, ia mengatakan bahwa empat dari enam publisher buku menyetujui dan menerima opsi yang diberikan Apple.

Salah satu pendapat Jobs yang semakin memperkuat argumennya adalah sebagai berikut. “All the major publishers tell us that Amazon’s $9.99 price for new release is eroding the value perception of their products in customer’s mind.” Dari perkataan di atas menunjukkan bahwa Jobs menggunakan pendapat dari major publishers soal harga yang ditawarkan Amazon akan mengurangi nilai tambah dari produk para publisher.

Kelima trik tersebut dapat dicontoh saat akan bernegosiasi. Yang perlu digarisbawahi juga adalah jangan pernah bersikap kasar dan mendesak. Dalam kasus negosiasi Steve Jobs dan James R. Murdoch tersebut, Jobs hanya menyediakan data-data faktual dan logis tanpa adanya intimidasi.

Kontributor: Ilham Prahardani

Like this article?

Share on Facebook
Share on Twitter
Share on WhatsApp
Share on Telegram

Leave a comment