Suaramuslim.net – Doa yang sudah terlanjur terkenal dan sangat kita hafal untuk berbuka puasa ternyata merupakan hadist dhoif yang terputus dari Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam.
Kita seringkali melantunkan do’a, “Allahuma laka shumtu wabika amantu wa ‘ala rizqika aftartu birahmatika ya arhama rohimin.” Artinya: Ya Allah, untuk-Mu aku berpuasa dan dengan rizki-Mu aku berbuka, Maha besar Allah yang maha pemurah lagi maha penyayang.
Doa ini menjadi sangat terkenal dan dihafal karena dipopulerkan media elektronik, baik itu radio atau televisi. Sehingga umumnya, doa tersebutlah yang acapkali dipakai untuk berbuka puasa.
Hadits tersebut diriwayatkan oleh Abu Daud, dan dinilai dhaif oleh Syekh al-Albani dalam Shahih wa Dhaif Sunan Abi Daud.
Penulis kitab Tahdzirul Khalan min Riwayatil Hadits hawla Ramadhan menuturkan, “(Hadits ini) diriwayatkan oleh Abu Daud dalam Sunannya (2/316, no. 358). Abu Daud berkata, ‘Musaddad telah menyebutkan kepada kami, Hasyim telah menyebutkan kepada kami dari Hushain, dari Mu’adz bin Zuhrah, bahwasanya dia menyampaikan, ‘Sesungguhnya jika Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam berbuka puasa, beliau mengucapkan, ‘Allahumma laka shumtu wa ‘ala rizqika afthartu.’”[2]
Mua’dz ini tidaklah dianggap sebagai perawi yang tsiqah, kecuali oleh Ibnu Hibban yang telah menyebutkan tentangnya di dalam Ats-Tsiqat dan dalam At-Tabi’in min Ar-Rawah, sebagaimana al-Hafizh Ibnu Hajar berkata dalam Tahdzib at-Tahdzib (8/224).[2]
Dan seperti kita tahu bersama bahwa Ibnu Hibban dikenal oleh para ulama sebagai orang yang mutasahil, yaitu bermudah-mudahan dalam menshohihkan hadits.
Berikut ini urutan yang bisa dilakukan saat akan menyantap takjil:
Pertama, Mengucap Basmalah Sebelum Menyantap Takjil
Rasulullah mengajarkan umatnya untuk menyegerakan berbuka puasa dengan porsi yang ringan, atau biasa disebut dengan takjil. Yang hanya terdiri dari minuman dan kurma. Sebelum menyantap takjil tersebut, maka ucapkan “bismillahirrahmanirrahim.”
Kedua, Mulai Berbuka
Selesai menghabiskan menu takjil, urutan selanjutnya adalah berbuka dengan makanan berat untuk memenuhi kebutuhan tubuh setelah sekian jam tidak makan dan minum.
Ketiga, Membaca Doa Buka Puasa
Meski masih terlihat tabu di masyarakat jika doa buka puasa dilakukan setelah makanan habis tersantap. Tidak masalah, sebab tatacara inilah yang di-sunnah-kan
Dari Ibnu Umar radhiallahu ‘anhuma, beliau mengatakan:
Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam, apabila beliau berbuka, beliau membaca: “Dzahaba-zh Zama’u, Wabtalati-l ‘Uruuqu…” Yang artinya, “Telah hilanglah dahaga, telah basahlah kerongkongan, semoga ada pahala yang ditetapkan, jika Allah menghendaki.”(Hadits shahih, Riwayat Abu Daud [2/306, no. 2357] dan selainnya; lihat Shahih al-Jami’: 4/209, no. 4678).
Adapun alasan mengapa diucapkan setelah selesai makan? Karena melihat dzahir yang menunjukkan bahwa doa tersebut dibaca setelah orang yang berpuasa itu berbuka.
Syiakh Ibnu Utsaimin menegaskan:
“Hanya saja, terdapat doa dari Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam, jika doa ini shahih, bahwa doa ini dibaca setelah berbuka. Yaitu doa: Dzahaba-zh Zama’u, Wabtalati-l ‘Uruuqu…dst. doa ini tidak dibaca kecuali setelah selesai berbuka.” (Al-Liqa As-Syahri, no. 8, dinukil dari Islamqa.com)
Ringkasnya, bahwa doa terkait berbuka ada dua:
- Doa menjelang berbuka. Karena sejatinya selama seorang Muslim dalam keadaan berpuasa, maka doanya pun tidak pernah tertolak. Sehingga bebas untuk berdoa apa saja. Termasuk berdoa “Allahuma laka shumtu wabika amantu wa ‘ala rizqika aftartu birahmatika ya arhama rohimin.”
- Doa setelah berbuka. Doa inilah yang harus sesuai dengan yang diajarkan Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam, sebagaimana dinyatakan dalam riwayat dari Ibnu Umar. Lafadz doanya adalah “Dzahaba-zh Zama’u, Wabtalati-l ‘Uruuqu wa Tsabata-l Ajru, Insyaa Allah.” (Ce2/smn)