Bercita-Cita ke Tanah Suci dengan Biaya Minim? Haji Backpacker Aja

Bercita-Cita ke Tanah Suci dengan Biaya Minim? Haji Backpacker Aja

Bercita-cita ke Tanah Suci dengan Biaya Minim Haji Backpacker Aja
Ilustrasi jemaah haji menunaikan ibadah shalat di sekeliling Kakbah. (Foto: Aljazeera.com)

Suaramuslim.net – Haji termasuk salah satu ibadah wajib bagi umat muslim yang mampu secara fisik maupun finansial. Di negara yang mayoritas penduduknya muslim seperti Indonesia, menunaikan haji agaknya mengalami sedikit kesulitan. Selain terkendala biaya, juga muncul persoalan lain. Yaitu antrean yang cukup panjang hingga lebih dari 10 tahun masa tunggu keberangkatan.

Sebenarnya ada alternatif lain yang bisa dilakukan umat Islam untuk ziarah ke Tanah Suci. Misalnya, dengan melakukan haji mandiri atau dikenal dengan sebutan haji backpacker. Mengutip laporan salah satu biro perjalanan haji dan umrah yang tayang di laman suara.com, (19/7), dituliskan bahwa peningkatan penjualan paket haji dan umrah backpacker didominasi oleh kalangan milenial.

Data tersebut menunjukkan tren baru di kalangan milenial. Ada kecenderungan di kalangan milenial untuk menunaikan ibadah sambil travelling ke beberapa destinasi wisata di Timur Tengah dengan budget minimal. Dengan paket haji dan umrah mandiri, para milenial bisa menentukan hotel, pesawat, jadwal berangkat hingga durasi waktu perjalanan sesuai budget di kantong.

Dari segi biaya, haji backpacker memang jauh lebih murah dibandingkan dengan cara konvensional atau reguler. Untuk haji reguler biaya yang dikeluarkan totalnya bisa mencapai lebih dari Rp 40 juta. Sementara jika kita melakukan haji backpacker cukup mengeluarkan biaya sekitar Rp 25 jutaan. Selisih setengah harga bukan! Total biaya haji backpacker itu sudah termasuk tiket pulang dan pergi, biaya pembuatan visa haji, vaksin, pembayaran otoritas haji di Jeddah, akomodasi dan transportasi selama 9 hari di Arab Saudi, serta biaya pakaian ihram.

Cara lain untuk melakukan haji mandiri adalah dengan berhaji dari luar negeri. Sebisa mungkin kita mencari negara yang jumlah umat Islamnya minoritas seperti Korea, Hongkong, Taiwan, atau negara-negara yang ada di benua Eropa, Amerika, dan Afrika. Mengapa begitu? Karena di negara-negara tersebut, jatah kuota haji tidak terpakai sepenuhnya. Sehingga peluang untuk pergi haji terbuka luas tanpa perlu menunggu hingga bertahun tahun.

Langkah yang mesti kita lakukan jika ingin berhaji dari luar negeri, pertama mendapat izin tinggal sementara dari negara yang kita datangi. Kedua, kita harus memiliki tempat tinggal di negara yang dituju dan terdaftar di KBRI (Kedutaan Besar Republik Indonesia). Jika kedua syarat terpenuhi, maka kita bisa berangkat haji dengan meminta bantuan pada KBRI setempat.

Beruntung, bagi kalian yang kebetulan sedang menempuh studi di luar negeri, melakukan perjalanan dinas, atau bekerja di negara orang, bisa sekalian melaksanakan ibadah haji. Meski begitu, perjalanan haji dari luar negeri tetap membutuhkan visa. Di luar negeri, kita bisa mengajukan visa haji dari biro perjalanan negara setempat atau mengajukan langsung ke kedutaan Arab Saudi di negara tempat tinggal.

Khusus untuk haji backpacker, pemerintah Arab Saudi melarang warga Arab Saudi maupun warga asing pergi haji tanpa tasreh. Tasreh merupakan izin resmi pergi haji dari pemerintah Arab Saudi.

Penentuan perjalanan ibadah haji backpacker atau dengan cara reguler pada dasarnya bergantung pada pilihan dan kebutuhan masing-masing orang. Jika Kamu ingin bisa menunaikan haji dengan biaya minim atau juga perlu tambahan paket wisata, solusinya dengan haji backpacker. Sebaliknya, bagi Kamu yang membutuhkan kenyamanan dan asuransi perjalanan serta keperluan lainnya maka pilihannya adalah haji regular.

Like this article?

Share on Facebook
Share on Twitter
Share on WhatsApp
Share on Telegram

Leave a comment