Berhati-hatilah dengan Hati

Berhati-hatilah dengan Hati

Inilah 8 Sebab Hati Bisa Mati
Daun mengering.

Suaramuslim.net – Hati adalah pusat kemanusiaan, ia inti dalam diri manusia yang mampu merasakan apa yang tidak diketahui panca indera fisik. Hati yang hidup itulah yang akan merasakan segala yang tidak tampak dan menjadikan semua bermakna.

Pada hati yang hidup, hubungan dengan Allah semakin khusuk, hubungan dengan sesama manusia akan dipenuhi dengan rasa saling peduli, hubungan dengan orang tua akan lahir sikap berbakti, hubungan dengan guru akan penuh dengan khidmat, hubungan dengan ilmu akan melahirkan akhlak. Pada hati yang hidup maka akan lahir zauq, yaitu hidupnya rasa yang mendalam sehingga mengantarkan pada penghormatan yang tulus.

Hati yang hidup itu mampu menangkap setiap pesan yang tersimpan. Hati yang hidup adalah hati yang mengikuti kefitrahannya. Yaitu hati yang bersedia patuh pada janji setia pada saat penciptaannya di awal kehidupan (Lihat Al A’raf: 172-173). Itu hati yang tunduk pada suara kebenaran yang datang dari Tuhan Pencipta segala sesuatu. Penerimaan janji setia ini diiyakan dan melekat pada kefitrahan hati kita sehingga hati ini selalu cenderung pada suara-suara kebenaran.

Namun setan sebagai musuh yang nyata bagi manusia tidak rela saat manusia berupaya condong menerima kebenaran Allah ini, sehingga setan selalu membuat tipu muslihat untuk mengelabui manusia dan melupakan janji setia kita dengan Allah itu agar kita jauh dari nilai-nilai kebenaran dan mau menerima kejelekan ajakan setan ini. Dan pertarungan itu terjadi dalam hati kita.

Sehingga kita bisa merasakan betapa pada saat akan melakukan suatu pengambilan keputusan tertentu, selalu pada saat itu terdapat dua suara dalam hati ini yang bertolak belakang. Yang satu mengajak pada kebaikan dan yang satu pula mengajak pada kejelekan.

Perhatikan pada saat di hadapan terdapat peluang untuk berbohong dengan kelebihan uang proyek, tentu tanpa disadari dalam diri kita terdapat dua suara yang secara bersamaan bertolak belakang. Di satu sisi mengajak untuk mengambilnya dan membagi-bagikannya dengan rekan kerja, atau melaporkan apa adanya dalam laporan keuangan tanpa mengambilnya.

Hati yang tunduk pada kebenaran itulah yang dinamakan dengan hati yang telah penuh dengan cahaya (Nur Ilahi). Kebenaran yang sering kita sebut dengan hati nurani. Ketundukannya untuk mengikuti suara yang dikumandangkan oleh malaikat yang selalu membawa kebenaran dan kebaikan, sehingga penerimaan terhadap suara/bisikan hati pada kebaikan itulah sesungguhnya fitrah (kesucian) diri kita yang mengantarkan diri pada derajat tertinggi kemanusiaan yaitu takwa. Puncak keberhasilan/kesuksesan seseorang yang menempatkan posisi dirinya terhormat baik di sisi Allah maupun di tengah-tengah manusia.

Sedangkan hati yang menolak pada kebenaran dan tunduk pada kejelekan nafsu yang selalu didendangkan oleh setan dengan membisikkan keburukan yang bertolak belakang dengan nilai kefitrahan diri kita yang tentu akan menjadikan hati ini tampak hitam penuh dengan noda.

Hal ini karena tetap membiarkan keburukan dan sikap-sikap jelek atau perilaku negatif terus dibiarkan dan dibiasakan dalam kehidupan kita bahkan menjadi teman yang harusnya kita lawan, maka tentulah satu sikap jelek (perilaku dosa) yang selalu kita lakukan, tidak akan berpengaruh apa-apa pada diri kita, tidak sedikitpun muncul kegelisahan dan kekhawatiran, bahkan yang terjadi kita merasa dosa itu adalah wajar-wajar saja, biasa atau bahkan dianggap benar. Sikap inilah yang mengantarkan dirinya pada kegagalan dan kehinaan.

Keadaan hati yang menerima kebenaran dari Allah, berupa penerimaannya pada nilai-nilai ketuhanan yang termaktub dalam ayat-ayat Al-Qur’an dan hadis Rasulullah menjadikan dirinya terwarnai dengan cahaya ilahi, terselimuti dengan kebenaran abadi (Nur Ilahi) sehingga menjadikan dirinya dan hatinya selalu menjulang ke atas, penuh rida dan pengharapan satu-satunya kepada Allah dan semua perilakunya tertuju pada Allah, sehingga yang lahir adalah kemuliaan diri. Penuh wibawa dan terhormat dalam dunia kerja dan kehidupannya. Untuk itu berhati-hatilah dengan hati, karena dari sinilah kehidupan kita bermula.

18 Juli 2020
Opini yang terkandung di dalam artikel ini adalah milik penulis pribadi, dan tidak merefleksikan kebijakan editorial Suaramuslim.net

Like this article?

Share on Facebook
Share on Twitter
Share on WhatsApp
Share on Telegram

Leave a comment