Bertahan dalam Kegelapan

Bertahan dalam Kegelapan

Bertahan dalam Kegelapan

Suaramuslim.net – Seharian ini, di kelas, saya banyak berdiskusi dengan teman-teman mahasiswa tentang merangkai potongan-potongan peristiwa yang berserakan. Selanjutnya saya pun meminta mereka dalam kelas pesan verbal, merangkai potongan-potongan itu menjadi sebuah rangkaian pesan yang bisa dimaknai secara utuh.

Mulailah saya dengan kalimat pertama yang saya tulis sebagai pemantik dari seluruh potongan peristiwa yang sudah dijumput mahasiswa. Mereka harus meneruskan kalimat pertama saya dengan apa yang ada dalam pikiran mereka masing-masing.

Mengapa itu saya lakukan? Saya berharap dengan mampu merangkaikan kalimat yang ada dalam pikiran masing-masing dan menjadi sebuah cerita utuh yang bisa dipahami dengan jelas, mahasiswa bisa mengambil pelajaran bahwa tidak ada yang tidak bisa dirangkai menjadi sebuah kesatuan dalam hidup ini.

Perbedaan dalam hidup asal bisa memaknai, maka pastilah bisa didapatkan titik temunya. Sehingga sejatinya perbedaan itu hanya cara memandang mencapai tujuan, tidak seharusnya mengambil jalan lain yang justru merumitkan. Kesediaan membuka ruang hati dan pikir untuk bisa bersanding merupakan kerelaan yang harus dipunyai, tanpa itu kita menjadi gelap merangkai masa depan.

Merangkai Masa Depan

Masa depan adalah sebuah kemungkinan. Vibrasi pikiran akan menciptakan wujud-wujud nyata dalam realita. “Kehidupan yang kita jalani saat ini adalah hasil pikiran di masa lalu, dan pikiran kita saat ini akan menghasilkan kehidupan di masa depan”.

Nurmi (1989) dalam uraiannya mengatakan bahwa orientasi masa depan merupakan gambaran yang dimiliki individu tentang dirinya dalam konteks masa depan. Sedangkan Seginer (2002) menyatakan bahwa orientasi masa depan adalah kecendrungan untuk berfikir mengenai masa depan dan sebagai perhatian tentang hasil dari tindakan saat ini di masa yang akan datang.

Selanjutnya menurut Ginanjar (2004) orientasi masa depan adalah bagaimana seseorang merumuskan dan menyusun visi ke depan dengan membagi orientasi jangka pendek, menengah, dan jangka panjang. Sedangkan menurut Trommsdoroff (2005), orientasi masa depan merupakan fenomena kognitif motivasional yang kompleks, yakni antisipasi dan evaluasi tentang diri di masa depan dalam interaksinya dengan lingkungan.

Berdasarkan uraian di atas dapat disimpulkan bahwa orientasi masa depan merupakan suatu bentuk usaha aktivitas-aktivitas masa kini yang mempengaruhi sasaran dan tujuan yang ingin dicapai di masa depan melalui proses yang berjalan, berkelanjutan, dan dinamis.

Apa yang kita lakukan hari ini merupakan sebuah gambaran rangkaian masa depan yang ingin kita capai.

Merangkai Kegelapan

Setiap dari kita diharapkan bisa mengambil pelajaran dari peristiwa masa lalu. Peristiwa gelap atau yang menimbulkan akibat tidak menyenangkan sebisa mungkin harus dihindari.

Kegelapan adalah sebuah situasi ketiadaan penerangan. Kegelapan kadang terjadi tanpa sengaja dan kadang juga terjadi karena kita kehendaki. Menghendaki kegelapan itu artinya bahwa kita memang dengan sengaja menghindari penerangan. Merangkai kegelapan bisa dimaknai sebagai aktifitas yang selalu menghindari penerangan dan atau upaya selalu menolak bila ada penerangan.

Bila kegelapan kita kaitkan dengan makna ketertinggalan dan kebodohan, maka ketertinggalan dan kebodohan itu dikarenakan memang kita selalu menghindari upaya belajar dan menerima masukan dan pendapat orang lain. Sehingga kita selalu pada posisi yang tidak berubah.

Kegelapan akan membawa kita pada silau ketika melihat sesuatu yang terang, tergagap dan salah tingkah. Akibatnya reaksi kita menjadi tidak beraturan dan berlebihan. Orang menyebutnya sebagai sikap over.

Bertahan dalam kegelapan dan berupaya menghindari jalan terang mengarahkan kita pada sikap cemas dan sembunyi-sembunyi. Kita akan menjadi manusia yang tidak normal. Cenderung menyalahkan jalan terang dan akan selalu tertinggal dalam langkah.

Siapakah Mereka yang Bertahan dalam Kegelapan?

Mereka yang bertahan dalam kegelapan adalah mereka yang dalam kehidupan sosial cenderung menganggap dirinya paling benar, dirinya paling peduli, dirinya paling berhak, harus dirinya yang melakukan sehingga selalu beranggapan bahwa orang lain lemah dan layak disalahkan, karena orang lain tidak seperti yang diinginkan.

Dalam hal belajar, situasi kegelapan itu bisa digambarkan kalau kita selalu bertahan pada pendapat kita, tak mau menerima pendapat orang lain serta berupaya melemahkan pendapat orang lain dengan cara-cara yang jauh sikap pembelajar. Misalnya murid yang selalu membantah guru atau guru yang selalu menyalahkan murid atau seperti yang terjadi pada orang tua terhadap anak atau sebaliknya.

Mereka yang bertahan dalam kegelapan dan mereka yang menghendaki jalan terang digambarkan oleh Allah dengan perumpamaan yang indah dalam Al Quran surat Al Baqarah ayat 257 yang artinya:

“Allah Pelindung orang-orang yang beriman. Dia mengeluarkan mereka dari kegelapan (kekafiran) kepada cahaya (iman). Dan orang-orang yang kafir, pelindung-pelindungnya ialah setan, yang mengeluarkan mereka daripada cahaya kepada kegelapan (kekafiran). Mereka itu adalah penghuni neraka, mereka kekal di dalamnya”.

*Ditulis di Surabaya, 24 Mei 2018
*Opini yang terkandung di dalam artikel ini adalah milik penulis pribadi, dan tidak merefleksikan kebijakan editorial Suaramuslim.net

Like this article?

Share on Facebook
Share on Twitter
Share on WhatsApp
Share on Telegram

Leave a comment