Cak Nanto, Tahniah!

Cak Nanto, Tahniah!

Cak Nanto, Tahniah!

Suaramuslim.net – Tahniah Cak Nanto! Selamat cak! Itu beberapa kalimat yang terlontar saat Cak Nanto unggul dengan 590 suara. Meninggalkan jauh pesaing beratnya Ahmad Labib 292 suara dan Ahmad Fanani 266 suara. Pemilihan dilakukan di Sportorium Universitas Muhammadiyah Yogyakarta, menjadi saksi Cak Nanto terpilih dan meneruskan kepemimpinan Dahnil Anzar Simanjuntak sebagai Ketua Pimpinan Pusat Pemuda Muhammadiyah periode 2018-2022.

Sunanto, nama aslinya, menuturkan saat dirinya sudah pasti berada di pucuk pimpinan jika kemenangan ini adalah kemenangan bersama. Tidak ada yang terhina dan tidak ada yang terhormat.

“Membangun organisasi sebesar Pemuda Muhammadiyah tidak bisa dikerjakan sendiri, semua harus dirangkul, digandeng dan diorbit bersama,” kata pria yang juga sebagai Kornas JPPR (Jaringan Pendidikan Pemilih untuk Rakyat) ini.

Perkataan di atas menjadi komitmen awal baginya tetap menggandeng pesaingnya dalam pemilihan. Mereka tidak akan ditinggalkan. Pada dasarnya semua dari kita berada di bawah naungan Muhammadiyah, lanjutnya.

“Perjuangan ke depan pasti lebih berat. Kami berharap semua pihak bisa bekerjasama dengan kami dalam memajukan dan menggerakkan nilai-nilai Pemuda Muhammadiyah,”tegas pemuda kelahiran Sumenep ini.

Sesuai dengan amanat dari Tanwir Pemuda Muhammadiyah, malam itu juga Cak Nanto diharuskan memilih Sekretaris Jenderalnya. Dzulfikar A. Tawalla menjadi pilihannya. Dzulfikar merupakan wakil dari Pimpinan Wilayah Pemuda Muhammadiyah Sulawesi Selatan.

Yang cukup menggembirakan ada tiga kader dari Jawa Timur yang masuk dalam dua belas formatur Muktamar XVII Pemuda Muhammadiyah. Mukayat Al Amin yang memperoleh 526 suara, Ali Muthohirin 472 suara dan Muhammad Sukron 587 suara. Hal ini bisa menguatkan kiprah Cak Nanto ke depan yang didukung dari kader Jawa Timur yang dirinya juga berasal dari Jawa Timur.

Sekilas tentang Sunanto merupakan anak petani miskin yang dilahirkan dari pasangan Muatram dan Zakiyah di Desa Lobuk, Kecamatan Bluto, Kabupaten Sumenep, Jawa Timur. Mengenyam pendidikan dasar di SD Negeri Lobuk. Lulus masuk ke Pondok Pesantren Sumber Mas di Kecamatan Gading, sebagaimana pada umumnya anak-anak Madura yang tidak lepas dari pesantren. Pendidikan formal menengah pertamanya di MTs Sumber Mas Gading.

Dia hampir tidak bisa melanjutkan pendidikan hingga akhirnya ia tinggal di Panti Asuhan Muhammadiyah (PAM) Sumenep. Di panti tersebut dia bisa mengenyam pendidikan menengah atas di SMA Muhammadiyah 1 Sumenep. Kemudian hijrah untuk kuliah di Universitas Muhammadiyah Surakarta mengambil hukum Islam.

Menariknya lagi dengan terpilihnya Sunanto, sedikit memecah anggapan bahwa Madura itu NU. Ayam dan sapinya terstempel NU. Sekaligus membuktikan jika di Pemuda Muhammadiyah semua etnis bisa terorbitkan dengan baik. Hal ini ditegaskan oleh Sekretaris Umum Pimpinan Pusat Muhammadiyah, Dr. Abdul Mu’ti, ”Terpilihnya Sunanto menjadi bukti kedewasaan dan multikulturalisme dalam tubuh Pemuda Muhammadiyah. Dua periode Pemuda Muhammadiyah dipimpin putera Batak, sekarang dipimpin putera Madura. Itu juga menjadi bukti sebaran Muhammadiyah sebagai gerakan integrasi nasional dan keindonesiaan yang sejati,” ungkapnya.

Kontributor: Muslih Marju
Editor: Muhammad Nashir

Like this article?

Share on Facebook
Share on Twitter
Share on WhatsApp
Share on Telegram

Leave a comment