Cina Akan Ubah Penafsiran Buku-Buku Keagamaan Sesuai Ideologi Komunis

Cina Akan Ubah Penafsiran Buku-Buku Keagamaan Sesuai Ideologi Komunis

Presiden Cina Xi Jinping seusai berbicara kepada awak media di Bandara Internasional Hong Kong, Kamis (29/6). Selama sepekan terakhir, Kepolisian Hong Kong sudah melakukan berbagai antisipasi terkait kunjungan Presiden Xi Jinping. (AP Photo/Kin Cheung)

BEIJING (Suaramuslim.net) – Pemerintah Cina akan mengubah tafsir buku-buku dan teks-teks keagamaan di negara itu dengan ide-ide Partai Komunis yang berkuasa.

Media Cina melaporkan pada Rabu (25/12) bahwa partai yang berkuasa, dalam pertemuan dengan perwakilan kelompok-kelompok agama dan ideologis di negara itu, memberikan instruksi untuk menafsirkan kembali buku-buku dan teks-teks keagamaan sejalan dengan ide-ide Partai Komunis yang berkuasa dan keadaan saat ini.

Media itu menyatakan bahwa pertemuan tingkat tinggi berlangsung pada 26 November, di hadapan Wang Yang, penasihat politik top Cina, dan diundang ke perwakilan organisasi keagamaan negara itu.

Selama pertemuan, Wang menekankan bahwa otoritas agama harus mengikuti arahan Presiden Tiongkok Xi Jinping dan menjelaskan berbagai ideologi agama yang sejalan dengan “nilai-nilai fundamental partai” dan “persyaratan zaman.”

Dalam sebuah wawancara dengan surat kabar Prancis “Le Figaro”, peneliti Akademi Ilmu Sosial Cina Ren Yanli mengatakan bahwa “pertemuan Beijing, yang dihadiri oleh perwakilan dari berbagai organisasi keagamaan, akan meningkatkan kontrol pemerintah terhadap agama.”

Yanli menambahkan, “pengetatan kontrol atas agama akan berdampak negatif.”

Dia menekankan bahwa pemerintah Cina harus fokus pada ekonomi dan masyarakat daripada mengendalikan agama.

Pada gilirannya, sejarawan Cina Zhang Lifan berkata, “sistem Komunis melihat agama dan sekte sebagai ideologi dari saingannya.”

Pertemuan November dengan perwakilan organisasi keagamaan datang di tengah tuduhan keras terhadap Cina atas hubungannya dengan minoritas Muslim Uighur, yang terletak di bagian barat negara itu di wilayah Xinjiang.

Sejak 1949, Beijing menguasai Turkistan Timur, rumah bagi minoritas Muslim Uighur Turki, dan mereka menyebutnya “Xinjiang” yang berarti “perbatasan baru.”

Pada Agustus 2018, sebuah komite hak asasi manusia Perserikatan Bangsa-Bangsa melaporkan bahwa Cina menahan sekitar satu juta Muslim Uighur di kamp-kamp rahasia di Turkistan Timur.

Menurut statistik resmi, ada 30 juta Muslim di Cina, di antaranya 23 juta adalah Uighur, sementara laporan tidak resmi memperkirakan jumlah Muslim hampir 100 juta, atau sekitar 9,5 persen dari populasi.

Sumber: Anadolu Agency

Like this article?

Share on Facebook
Share on Twitter
Share on WhatsApp
Share on Telegram

Leave a comment