Covid-19, Mengapa Masih Santuy?

Covid-19, Mengapa Masih Santuy?

Ilustrasi Corona Virus-19. Sumber: klikpdpi.com

Suaramuslim.net – Dengan semakin besarnya ancaman bahaya akibat ganasnya sebaran virus corona alias covid-19, mengapa ya kok tetap banyak sekali kalangan umat, bahkan termasuk yang tinggal di wilayah/daerah/kota kategori zona merah sekalipun, yang masih pada sangat santuy sekali, seolah-olah tidak terjadi apa-apa?

Bahkan ada di antara mereka yang sampai menyalahkan dan mem-bully fatwa atau taushiyah MUI tentang penyelenggaraan kegiatan keagamaan dan ibadah di masjid dalam situasi terjadi gawat darurat covid-19. Lebih-lebih terhadap takmir/penanggung jawab masjid yang mengambil keputusan meniadakan salat Jumat dan atau salat jamaah rutin, di mana tuduhan yang diterima bisa bermacam-macam!

Tentu saja ada beragam faktor penyebab yang melatarbelakanginya, seperti berikut ini, misalnya:

1. Gegara mereka memang sama sekali belum paham dan belum ngeh tentang seberapa dahsyat potensi bahaya dari virus corona atau covid-19 ini. Sehingga untuk poin ini penting sekali jika bisa diperbanyak pembuatan semacam rangkuman data dan info singkat seputar tingkat bahaya makhluk super misterius ini, yang diharapkan benar-benar mampu menyadarkan yang masih perlu disadarkan. Lalu diviralkan seluas-luasnya. Semoga saja efektif.

2. Adanya semacam keyakinan dan ke-PD-an bahwa, Indonesia tidak mungkin akan mengalami nasib seperti misalnya Italia, Korsel, Prancis, Iran dan lain-lain.

Nah pada poin ini yang saya benar-benar gagal paham tentang dasar dan alasannya. Memang sedigdaya, sehebat, sesakti dan sekebal itukah negeri saya? Ya saya sih sangat berharap begitu! Tapi bagaimana ya cara saya agar bisa meyakinkan diri sendiri soal itu? Ini yang saya belum tahu.

3. Faktor sikap pemerintah yang tampak atau terkesan memang masih sangat luambat dan suantai sekali. Baik dalam penyampaian informasi yang transparan, sosialisasi dan arahan sikap, pemetaan wilayah sebaran, langkah-langkah penanganan sesuai tuntutan situasi dan kondisi genting, dan lain-lain. Benarkah itu semua gara-gara faktor ketidaksiapan? Wallahu a’lam. Wallahul Musta’an!!

4. Sikap ormas, ulama, ustaz, tokoh umat dan lain-lain yang tampaknya juga masih tetap saja belum cepat bisa guyub dan kompak dalam menyikapi potensi bahaya sedahsyat ini. Padahal kondisi super spesial seperti sekarang ini sudah seharusnya bisa mengubur dalam-dalam dan membenamkan semua bentuk khilafiyah yang ada selama ini! Sehingga semua pihak sewajibnya bisa benar-benar padu dalam satu kata, satu sikap, satu langkah dan satu-satu yang lain semuanya, demi menghadapi potensi ancaman bahaya besar akibat covid-19. Wal’iyadzu billah.

5. Adanya logika, pola pikir dan sudut pandang yang seolah-olah menjadikan fakta tidak/belum ditutupnya mall-mall, super market-super market, karaoke-karaoke, klub-klub dugem, tempat-tempat hiburan, warkop-warkop, bioskop-bioskop dan semacamnya, sebagai dalil dan hujjah kuat, berarti memang belum ada bahaya yang perlu dikhawatirkan (?)

Karena seandainya situasi dan kondisi memang sudah benar-benar gawat, menurut logika pemiliknya, mestinya kan mustahil jika semua tempat keramaian itu masih dibiarkan tetap buka dengan bebasnya?

Ya, yang berlogika seperti ini seolah-olah mensyaratkan begini: tutup dulu tempat-tempat itu semua, baru selanjutnya masjid-masjid, musala-musala dan tempat-tempat ibadah serta kegiatan keagamaan ditutup setelahnya.

Dan terhadap logika ini pun, terus terang, saya juga termasuk yang masih sangat gagal paham.

6. Dan faktor-faktor penyebab yang lain lagi.

Sekadar pengingat saja. Semoga manfaat. Wallahu a’lam.

Like this article?

Share on Facebook
Share on Twitter
Share on WhatsApp
Share on Telegram

Leave a comment