Suaramuslim.net – Seharusnya, Islam menjadi umat yang paling disiplin di dunia. Karena, kedisiplinan menjadi satu nilai yang sangat utama dalam ajaran Islam. Jika umat, kembali pada nilai-nilai dasar ajaran, masa kejayaan akan terulang.
Dalam kamus besar bahasa Indonesia, disiplin bisa bermakna tata tertib di sekolah, kemiliteran, dan sebagainya, ketaatan (kepatuhan) kepada peraturan tata tertib menaati (mematuhi) tata tertib dan sebagainya maupun bidang studi yang memiliki objek (kajian ilmu) tertentu.
Diakui atau tidak, kedisiplinan akan menentukan pencapaian tujuan dan cita-cita seseorang. Seorang yang disiplin, tidak akan pernah bermain-main dengan waktu. Karena pencapaian tujuan dan cita-cita erat kaitannya dengan perencanaan untuk mencapainya. Tidak bisa tidak, berdisiplin menggunakan waktu ialah salah satu kunci kesuksesan.
Islam mengajarkan tentang bagaimana menghargai waktu. sebagaimana firman Allah subhanahu wa ta’ala dalam Surah Al-Asr 103; ayat 1-3 yang artinya, “ Demi waktu, sesungguhnya, manusia berada dalam kerugian, kecuali orang-orang yang beriman dan mengerjakan kebajikan serta saling menasehati untuk kebenaran dan saling menasehati untuk kesabaran.”
Dalam keseharian, Islam juga mengajarkan berdisiplin waktu dengan ibadah sholat yang dilakukan lima kali dalam sehari. Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam pernah mengatakan kepada seorang sahabat bahwa salah satu hal yang utama adalah shalat di awal waktu.
Dalam Al Quran surat Al Kahfi ayat 23, menyebutkan, “Janganlah kamu mengatakan saya akan mengerjakannya esok”.
Kedisiplinan, dalam banyak hal akan membuahkan keberhasilan. Sebaliknya, ketidakdisiplinan akan merugikan pelakunya. Kita bisa belajar dari lalu lintas. Pengendara yang tidak disiplin dalam berlalu lintas, akan membahayakan tidak hanya dirinya tapi juga orang lain.
Allah subhanahu wa ta’ala berfirman dalam surat Al-Jumuah ayat 9-10, “Wahai orang-orang yang beriman, apabila kalian diseru untuk menunaikan shalat Jum’at, maka bersegeralah untuk mengingat Allah dan tinggalkanlah jual beli. Yang demikian itu lebih baik bagi kalian jika kalian mengetahui. Apabila telah ditunaikan shalat, maka bertebaranlah kalian di muka bumi, dan carilah karunia Allah, dan ingatlah Allah banyak-banyak supaya kalian beruntung.” (QS Al-Jumuah: 9-10).
Disiplin, Membuahkan Keberuntungan
Dalam firman Allah itu, dijelaskan bahwa kedisiplinan akan membuahkan keberuntungan bagi pelakunya.
Rasulullah Muhammad shallallahu ‘alahi wa sallam sangat berdisiplin dalam keseharian hidupnya. Entah ia menjadi suami, menjadi guru bagi para sahabatnya, menjadi kepala pemerintahan, menjadi panglima perang. Karenanya, beliau sukses mendapatkan pengaruh luar biasa bagi umatnya. Hingga saat ini tidak ada satupun orang di dunia ini yang dicontoh segala aktivitas hidupnya, baik caranya tidur, makan, memimpin, bahkan caranya berpolitik.
Allah ta’ala menegaskan dalam surat Al-Ahzab ayat 21, “Sungguh telah ada bagi kalian pada diri Rasulullah teladan yang baik, yaitu bagi orang yang berharap kepada Allah dan hari akhir serta banyak mengingat Allah.”
Musuh-musuh beliau pun mengakui kedisiplinan beliau dalam menepati janji. Ka’b bin Asad, pembesar Yahudi bani Quraizha suatu saat berkata kepada Huyayy bin Akhtab yang memprovokasi bani Quraizha agar melanggar perjanjian dengan Nabi Muhammad, apa katanya “Demi tuhan, dia (Muhammad) tidak pernah tidak menepati janji”.
Di Indonesia, kita mengenal pemimpin besar Jendral Soedirman, Mohammad Natsir, Kyai Haji Agus Salim yang sangat disiplin dalam dunia perpolitikan, sehingga disegani oleh musuh-musuh mereka dari kalangan komunis.
Allah akan mengganjar perbuatan ini sebagaimana firmannya dalam surat Al-Isra ayat 84, “Tiap-tiap orang berbuat menurut keadaannya masing-masing. Maka Tuhanmu lebih mengetahui siapa yang lebih benar jalannya.” Hal senada juga ada di dalam surat An-Najm ayat 39-40, “Dan sesungguhnya manusia memperoleh hasil dari usahanya. Dan Allah akan melihat hasil usahanya.” Inilah sesungguhnya basis ajaran disiplin dari Islam. Jika Umat Islam ingin bangkit, tidak lain dan tidak bukan adalah harus kembali pada nilai-nilai dasar ajaran, salah satunya adalah kedisiplinan.
Kontributor: Abby Fadhilah Yahya
Editor: Muhammad Nashir