Suaramuslim.net – Setelah Allah mengusir Iblis dan menurunkan Adam alaihis salam, maka Allah memberikan bekal dua macam pakaian kepada manusia agar terhindar dari godaan Iblis ketika berada di dunia.
Perhatikan Firman Allah ini;
يَا بَنِي آدَمَ قَدْ أَنْزَلْنَا عَلَيْكُمْ لِبَاسًا يُوَارِي سَوْآتِكُمْ وَرِيشًا ۖ وَلِبَاسُ التَّقْوَىٰ ذَٰلِكَ خَيْرٌ ۚ ذَٰلِكَ مِنْ آيَاتِ اللَّهِ لَعَلَّهُمْ يَذَّكَّرُونَ
“Hai anak Adam, sesungguhnya Kami telah menurunkan kepadamu pakaian untuk menutup auratmu dan pakaian indah untuk perhiasan. Dan pakaian takwa itulah yang paling baik. Yang demikian itu adalah sebagian dari tanda-tanda kekuasaan Allah, mudah-mudahan mereka selalu ingat.” (Al-A’raf: 26).
Dari ayat di atas dapat dipahami ada dua model baju atau pakaian yang diturunkan Allah yaitu;
1. Pakaian penutup aurat atau ‘baju takwa’ dan juga berfungsi sebagai perhiasan.
2. Pakaian takwa atau pakaian yang menjadi perisai diri keburukan jiwa.
Keduanya ada hubungan, hanya dengan takwa seseorang dapat menutup auratnya dan tidak berlebihan dalam berhias.
Karena itu Iblis hendak merampas dua macam baju itu dari manusia sejak di Surga, bahkan hingga di dunia sampai manusia itu dijemput ajalnya.
Lihatlah ayat berikutnya dari surat Al-A’raf ayat 27:
يَا بَنِي آدَمَ لَا يَفْتِنَنَّكُمُ الشَّيْطَانُ كَمَا أَخْرَجَ أَبَوَيْكُمْ مِنَ الْجَنَّةِ يَنزعُ عَنْهُمَا لِبَاسَهُمَا لِيُرِيَهُمَا سَوْآتِهِمَا إِنَّهُ يَرَاكُمْ هُوَ وَقَبِيلُهُ مِنْ حَيْثُ لَا تَرَوْنَهُمْ إِنَّا جَعَلْنَا الشَّيَاطِينَ أَوْلِيَاءَ لِلَّذِينَ لَا يُؤْمِنُونَ
“Hai anak Adam, janganlah sekali-kali kalian dapat ditipu oleh setan sebagaimana ia telah mengeluarkan kedua ibu bapak kalian dari surga; ia menanggalkan dari keduanya pakaiannya untuk memperlihatkan kepada keduanya auratnya. Sesungguhnya ia dan pengikut-pengikutnya melihat kalian dari suatu tempat yang kalian tidak bisa melihat mereka. Sesungguhnya Kami telah menjadikan setan-setan itu pemimpin-pemimpin bagi orang-orang yang tidak beriman.”
A. Baju takwa atau pakaian lahir
Sekalipun itu nampak luar saja tapi itu juga simbol atau tanda ketakwaan seseorang. Dan Iblis sejak di surga berusaha melepas itu, karena sekali dilepas sehingga nampak aurat maka yang terjadi adalah lepasnya semua ikatan kedekatannya seseorang dengan Allah, artinya ia akan semakin jauh dengan-Nya. Lihat Al-A’raf 22;
فَدَلَّاهُمَا بِغُرُورٍ ۚ فَلَمَّا ذَاقَا الشَّجَرَةَ بَدَتْ لَهُمَا سَوْآتُهُمَا وَطَفِقَا يَخْصِفَانِ عَلَيْهِمَا مِنْ وَرَقِ الْجَنَّةِ ۖ وَنَادَاهُمَا رَبُّهُمَا أَلَمْ أَنْهَكُمَا عَنْ تِلْكُمَا الشَّجَرَةِ وَأَقُلْ لَكُمَا إِنَّ الشَّيْطَانَ لَكُمَا عَدُوٌّ مُبِينٌ
“Maka setan membujuk keduanya (untuk memakan buah itu) dengan tipu daya. Tatkala keduanya telah merasai buah itu, nampaklah bagi keduanya aurat-auratnya, dan mulailah keduanya menutupinya dengan daun-daun surga. Kemudian Tuhan mereka menyeru mereka: “Bukankah Aku telah melarang kamu berdua dari pohon kayu itu dan Aku katakan kepadamu, sesungguhnya setan itu adalah musuh yang nyata bagi kamu berdua?”
Perhatikan kalimat Allah di atas و ناداهما ربهما / kemudian Tuhan mereka memanggil merekan berdua. Kalimat itu sudah menunjukkan jauhnya Adam dan Hawa dengan Allah setelah terbukanya aurat mereka berdua, dan ini yang dikehendaki oleh Iblis.
Itu pula akhirnya Iblis dan tentaranya selalu membuat program ‘pameran aurat’ di seluruh dunia dengan berbagai nama, miss kecantikan, putri kecantikan dan lainnya.
Karena itu fungsi pakaian dalam spirit dan motivasi Al-Qur’an adalah;
a. Penutup bagian-bagian yang dinilai agama dan atau oleh norma masyarakat sebagai sesuatu yang buruk jika dilihat.
b. Risy, hiasan yang menunjukkan keindahan, keserasian, dan kebersihan pemakai.
c. Sebagai penunjuk identitas atau diferensiasi yakni pembeda di antara masyarakat. Misal, ketika seorang menggunakan jilbab itu sudah pasti menjadi indentitas lahir sebagai seorang muslimah. Lihat surat Al Ahzab: 59.
B. Pakaian Takwa yaitu pakaian ruhani yang dapat menjadi perisai seseorang secara ruhani
Jika tiga fungsi pakaian lahir di atas itu digabung dengan pakaian takwa sebagai perisai ruhani jiwa, sungguh anggun penampilan seorang bertakwa.
Namun terkait takwa ada kenyataan sebagai berikut;
Sering kita mendengar pendapat orang ketika sehabis puasa Ramadan atau momen kepulangan haji masih ada yang berbuat maksiat langsung divonis puasanya tidak diterima atau hajinya tidak maqbul (diterima).
Seolah ada anggapan bahwa siapa yang puasa Ramadan atau melaksanakan ibadah haji atau umrah, ada keniscayaan baginya tidak berbuat maksiat. Apa betul yang demikian?
Mari kita lihat firman Allah dalam Surat Ali Imran 135;
وَالَّذِينَ إِذَا فَعَلُوا فَاحِشَةً أَوْ ظَلَمُوا أَنْفُسَهُمْ ذَكَرُوا اللَّهَ فَاسْتَغْفَرُوا لِذُنُوبِهِمْ وَمَنْ يَغْفِرُ الذُّنُوبَ إِلَّا اللَّهُ وَلَمْ يُصِرُّوا عَلَىٰ مَا فَعَلُوا وَهُمْ يَعْلَمُونَ
“Dan (juga) orang-orang yang apabila mengerjakan perbuatan keji atau menganiaya diri sendiri, mereka ingat akan Allah, lalu memohon ampun terhadap dosa-dosa mereka dan siapa lagi yang dapat mengampuni dosa selain Allah? Dan mereka tidak meneruskan perbuatan kejinya itu, sedang mereka mengetahui.”
Dari ayat itu menunjukkan takwa yang diinginkan Allah adalah takwa alam manusia bukan takwa alam malaikat. Karena takwa alam manusia masih ada kemungkinan naik turun kualitasnya, namun yang terpenting selalu kembali ke jalan yang diridai Allah.
So… Pasca Ramadan setelah ditempa, semestinya seorang muslim memiliki dua model pakaian itu yang terus dipakai kapan pun dan di mana pun. Kalau suatu saat ‘terpleset’ cepatlah kembali untuk mendekat kepada-Nya.
Wallahu a’lam