Dunia Muslim Pasca Pandemi Covid-19

Dunia Muslim Pasca Pandemi Covid-19

Langkah Nabi Muhammad Membina Masyarakat Islam di Madinah

JAKARTA (Suaramuslim.net) – Pandemi Covid-19 yang melanda hampir seluruh kawasan mendorong terjadinya disrupsi dan mempercepat proses sejarah manusia. Keputusan yang dibuat para pemimpin dunia hari ini akan menentukan wajah dunia di masa depan, termasuk wajah dunia Islam. Dunia Muslim baik yang terdiri dari state actor maupun non-state actor secara langsung merasakan dampak pandemi dan tengah menggeliat mengatasi potensi masalah yang akan muncul di masa mendatang.

Negara-negara berpenduduk mayoritas Muslim, sebagian besar terkategorikan negara–negara rapuh (fragile states) karena ditimpa konflik sosial, krisis ekonomi, bencana kemanusiaan hingga invasi bersenjata yang dilakukan negara lain. Palestina, Suriah, Yaman, Irak, Libya, Somalia, Mali, Kashmir, Turkistan Xinjiang, Filipina Selatan, merupakan sederet negeri yang terus berjibaku dengan konflik sebelum munculnya pandemi Covid-19.

Founder Global Indonesia Strategis Studies, Jaka Setiawan menegaskan tidak ada jawaban yang jelas dan mudah untuk menjawab pertanyaan bagaimana pandemi Covid-19 memengaruhi dunia dalam mengelola risiko, konflik, kekerasan dan prospek dunia Islam di tengah krisis ini.

Global Indonesia Strategic Studies (GISS) merupakan lembaga kajian strategis yang berfokus pada isu resolusi konflik dan perdamaian. Hubungan internasional, geostrategik, diplomasi, ekonomi internasional, politik internasional dan militer. Berbasis di Jakarta, lembaga ini bersifat independen dan nonprofit dan melakukan riset, survei, penguatan wacana publik dan advokasi.

Dalam Webinar Kajian StrateGISS bertajuk “Moslem World After Covid-19” pada Sabtu 6 Juni 2020, Jaka mengungkapkan krisis masih terus berlangsung dengan cara yang mengejutkan sedangkan penilaian tentang eskalasi dampak terus bergeser dan berubah setiap hari.

Dalam konteks hubungan antarnegara, pandemi Covid-19 sangat dipengaruhi dua kekuatan dunia yang tengah memanas yakni AS vs Cina. Presiden Donald Trump memilih narasi at war with virus dan mendaku dirinya sebagai presiden di masa perang, sementara Cina memilih pendekatan medical diplomacy. Untuk itu, semua negara yang menjadi proksi Amerika atau satelit Cina-Rusia akan terpengaruh dari pilihan kebijakan parent state-nya.

Wajah dunia Islam setelah virus corona di masa mendatang

Suriah

Wabah Covid-19 berubah menjadi pandemi ketika gencatan senjata dicapai oleh dua pemegang kekuatan asing utama (Rusia dan Turki) dalam perang yang telah berlangsung sembilan tahun di Suriah.

Tiga juta orang yang tinggal di zona gencatan senjata, wilayah barat laut Idlib, memiliki sedikit harapan, kesepakatan itu akan bertahan. Namun, kekhawatiran corona bisa menyebar seperti api di seluruh negara yang hancur, tampaknya telah memberikan perpanjangan gencatan senjata.

Menurut Observatorium Suriah untuk Hak Asasi Manusia pada Maret, korban sipil terendah sejak konflik dimulai pada 2011, dengan 103 kematian.

Yaman

Pemerintah Yaman dan pemberontak Houthi awalnya menanggapi secara positif permohonan PBB untuk gencatan senjata, seperti halnya negara tetangga, Arab Saudi, yang memimpin koalisi militer untuk mendukung pemerintah.

Secercah harapan langka dalam konflik lima tahun itu berumur pendek karena pekan lalu pertahanan udara Saudi mencegat rudal balistik atas Riyadh, saat sebuah kota perbatasan diserang pemberontak yang didukung Iran.

Koalisi yang dipimpin Saudi membalas dengan menyerang Houthi di ibu kota yang dikuasai pemberontak Sanaa pada Senin. Di negara yang infrastruktur kesehatan telah runtuh, saat air menjadi komoditas langka, dan 24 juta orang memerlukan bantuan kemanusiaan, penduduk

Libya

Khawatir akan musnah jika gencatan senjata tidak memungkinkan bantuan yang memadai. Sama seperti Yaman, protagonis utama dalam konflik Libya awalnya menyambut seruan gencatan senjata PBB tetapi dengan cepat melanjutkan permusuhan.

Pertempuran sengit telah mengguncang selatan ibu kota Tripoli dalam beberapa hari terakhir, menunjukkan risiko wabah corona tidak cukup membuat perang senjata terhenti. Sebuah laporan oleh International Crisis Group mengatakan, para pejabat Eropa memilih untuk mengabaikan sementara Libya karena tingkat pandemi yang tinggi di negara mereka.

Irak

Irak tidak lagi dicengkeram oleh konflik penuh tetapi tetap rentan terhadap kebangkitan Daish/IS di beberapa wilayah dan saat dua pendukung asing utamanya saling serang. Iran dan Amerika Serikat adalah dua negara yang paling terpengaruh oleh corona, tetapi belum ada tanda-tanda akan berhenti bertempur untuk mendapatkan pengaruh yang sebagian besar dimainkan di Irak.

Asia Tenggara

Tidak ada pemerintah negara-negara Asia Tenggara yang mau jatuh akibat penanganan virus corona, walau potensinya sangat signifikan. Pandemi Covid-19 menghantam negara-negara Asia Tenggara lebih awal dari sebagian besar kawasan di dunia. Saat ini kawasan Asia Tenggara memiliki lebih dari 90.000 kasus, dengan lebih dari 2.700 kematian dikonfirmasi.

Tingkat pengujian yang rendah di semua negara di kawasan, kecuali Singapura, seharusnya menimbulkan skeptisisme. Wabah virus corona baru kemungkinan jauh lebih tersebar luas daripada apa yang diakui pemerintah. Bukti informal menunjukkan ada jauh lebih banyak kematian daripada yang telah dilaporkan secara resmi.

Pandemi telah menimbulkan malapetaka bagi ekonomi negara-negara Asia Tenggara, yang bergantung pada pariwisata dan ekspor. Dana Moneter Internasional (IMF) memperkirakan kontraksi ekonomi global 3 persen. Semua bukti menunjukkan ekonomi global Asia Tenggara akan sangat terpengaruh, dengan resesi yang terjadi di Thailand, Indonesia, Singapura, Malaysia, dan Filipina.

Reporter: Fajar Shadiq
Editor: Muhammad Nashir

Like this article?

Share on Facebook
Share on Twitter
Share on WhatsApp
Share on Telegram

Leave a comment