New Normal: Era Bangkitnya Ekonomi Warga

New Normal: Era Bangkitnya Ekonomi Warga

New Normal: Era Bangkitnya Ekonomi Warga
Ilustrasi belanja online. (Ils: Kompas.com)

Suaramuslim.net – Istilah new normal atau kenormalan baru pada awalnya bermula dari sebuah istilah dalam dunia bisnis dan ekonomi yang merujuk pada suatu keadaan atau kondisi keuangan usai mengalami krisis seperti halnya yang terjadi pada saat krisis keuangan tahun 2007 hingga 2008 dan resesi global tahun 2008 hingga 2012.

New normal adalah suatu keadaan yang sebelumnya dianggap tidak normal karena sesuatu sebab peristiwa tertentu atau tidak lazim dan kini menjadi umum dilakukan. Kata kuncinya adalah adanya suatu perubahan di dalam masyarakat dengan mengikuti pola yang baru. Istilah new normal ini kembali mengemuka pada masa Covid-19 ini.

New normal dilakukan sebagai upaya kesiapan beraktivitas di luar rumah seoptimal mungkin, sehingga dapat beradaptasi dalam menjalani perubahan perilaku yang baru. Perubahan pola hidup ini dibarengi dengan menjalani protokol kesehatan sebagai pencegahan penyebaran dan penularan Covid-19. Sekali lagi inti dari new normal sesungguhnya adalah perubahan ke arah yang lebih baik.

New normal yang digaungkan saat pandemi Covid-19 adalah suatu ajakan perubahan untuk melakukan perilaku baru menuju kehidupan individu dan masyarakat yang lebih peduli terhadap kebersihan dan kesehatan baik dirinya maupun lingkungan.

Perubahan perilaku dalam bidang kesehatan adalah entry point untuk masuk dalam sebuah perubahan besar lainnya menuju sebuah tatanan baru dunia yang lebih baik lagi.

Jika selama tiga bulan masyarakat “dikarantina” di rumah masing-masing dengan bekerja dari rumah (work from home), mungkin hal itu bisa dilakukan oleh para pekerja kantoran dengan gaji yang sudah pasti. Namun hal itu tidak bisa dilakukan mereka yang pekerjaannya mengandalkan kreatifitas dan usaha kerja kerasnya dengan pendapatan harian yang tidak menentu. Pada masyarakat yang seperti ini, satu hari dalam bekerja adalah untuk menyambung keberlangsungan hidupnya, seperti para pedagang, wirausahawan mandiri dan pekerja serabutan yang mendapatkan penghasilan harian.

Bekerja satu hari bagi mereka adalah untuk menyambung nafas dirinya dan keluarganya. Ketiadaan pekerjaan karena karantina sebab Covid-19 dengan alasan apapun akan sulit diterima argumentasinya karena urusan perut tidak dapat ditunda. Karantina selama 3 bulan tanpa pekerjaan dan penghasilan akhirnya bukan semata persoalan ekonomi melainkan pula persoalan sosial.

Ketiadaan pekerjaan dan penghasilan yang terjadi selama pandemi harus pula mengubah perilaku belanja warga masyarakat untuk tidak hanya sekadar mengencangkan ikat pinggang dengan kesederhanaan namun lebih dari itu haruslah mampu membangkitkan kembali roda ekonomi warga yang sebelumnya sempat terhenti dan hampir sekarat.

Gerakan belanja di warung tetangga

Salah satu pola yang harus berubah agar menjadi lebih positif adalah dalam perilaku bermuamalah warga, yaitu perilaku jual beli atau komsumsi harian yang dapat saling membangkitkan ekonomi sesama warga masyarakat melalui gerakan kesadaran bersama untuk segera bangkit dari keterpurukan ekonomi, dan saling membantu di antara warga untuk dapat bangkit bersama-sama menyelesaikan persoalan ekonomi mereka.

Hal itu dapat dilakukan dengan cara saling berbelanja di antara mereka atau tetangga dan saling memenuhi kebutuhan mereka dalam sebuah gerakan yang dapat disebut dengan gerakan belanja di warung tetangga.

Gerakan ini membutuhkan kesadaran bersama dari seluruh warga masyarakat untuk saling membantu dan memudahkan berbagai urusan warga lainnya dengan cara melakukan transaksi ekonomi hanya di kalangan mereka sendiri.

Gerakan belanja di warung tetangga adalah cara untuk bangkit bersama, saling menguatkan ekonomi antar tetangga serta mengunci perputaran uang hanya di kalangan mereka saja.

Dengan demikian maka potensi ekonomi akan bergerak semuanya, sehingga mereka bisa saling memenuhi kebutuhannya, setiap orang memiliki penghasilan dan pendapatan secara merata pula dari sesama tetangga. Perputaran uang secara internal ini akan mampu membangkitkan roda ekonomi warga sehingga kekayaan tidak hanya dimiliki oleh segelintir orang saja, melainkan dapat dirasakan pula oleh semua warga sehingga tercipta kesejahteraan sosial secara merata.

Sejahtera bersama, sama-sama sejahtera

Langkah awal mencipta kesejahteraan sosial dalam skala yang lebih luas harus melalui kemandirian ekonomi dan semangat saling membantu, kepedulian bersama, melalui belanja antar sesama warga secara internal dalam ruang lingkup yang mikro seperti perumahan, kampung yang akan melahirkan semangat mencintai produk hasil warga masyarakat sendiri dalam satu komunitas itu.

Dengan kesadaran komunal ini akan mampu mencipta kesejahteraan bersama dan sama-sama sejahtera.

Mungkin dalam aktifitas belanja antar tetangga akan dijumpai nilai harga yang lebih tinggi dan mahal dibandingkan dengan yang ada di luar warga maka perlu pula kesadaran bersama dengan niatan untuk saling bersedekah di antara mereka.

Motif suatu tindakan yang didasarkan atas niatan saling membantu, memudahkan, saling peduli dan niatan bersedekah maka tentu akan mampu mengundang keberkahan dalam hidup.

Berkah artinya bertambahnya kebaikan demi kebaikan. Kampung yang berkah berarti tercukupi segala kebutuhan masyarakatnya tenang aman dan damai lingkungannya nyaman dan aman hubungan sosialnya paling membantu penuh kepedulian sehingga tercipta kehidupan yang bahagia dan sejahtera dirasakan oleh seluruh warga. Keberkahan inilah yang akan mendorong terciptanya kesejahteraan bersama.

Kesejahteraan sosial dibangun atas dasar kemandirian dari warga masyarakat yang dilakukan secara sadar dan bersama-sama untuk saling membantu dan mendukung bangkit bersama mencipta kehidupan baru yang lebih baik

Bangkit bersama

Realitas masyarakat yang demikian secara nyata dipraktikkan oleh warga masyarakat di Perumahan Villa Bukit Tidar (Kelurahan Merjosari dan Karang Besuki) kota Malang Jawa Timur dengan sebuah program pasar online warga dalam sebuah gerakan belanja di warung tetangga.

Di daerah ini telah muncul kesadaran komunal dari masyarakat untuk bangkit bersama secara sadar, saling membantu dan saling mendukung untuk menjalankan program belanja ke sesama dan antar tetangga yang diinisiasi oleh Satgas Covid-19 di perumahan tersebut.

Setiap warga secara nyata saling membantu dalam memenuhi kebutuhan hidup mereka melalui transaksi ekonomi secara online dalam pasar online warga yang dibentuk oleh, dari dan untuk kalangan warga sendiri. Warga di daerah tersebut saling berusaha memenuhi semua kebutuhannya yang diproduksi secara mandiri untuk beberapa hal yang dapat mereka produksi sendiri.

Kesadaran untuk belanja ke sesama tetangga adalah modal terpenting membangun kesejahteraan bersama sebab uang berputar di kalangan mereka sendiri produksi menjadi bangkit bersama-sama ekonomi warga menggeliat penghasilan mulai tampak meningkat dan dan dukungan sosial di antara mereka semakin dekat karena interaksi yang intensif.

Hal ini menjadi modal sosial yang sangat mahal untuk membangun kesejahteraan bersama di antara warga masyarakat dan tentu dalam konteks yang lebih luas lagi sebagai sebuah bangsa. Inilah awal untuk membangun nasionalisme dan rasa cinta atas produk sendiri, sebagai awal membangun suatu kesejahteraan sosial bagi seluruh warga bangsa.

Best practice dari kesadaran komunal ini juga ditampilkan oleh Kabupaten Kulon Progo dengan program bela belinya. Lihat pula Korea dan Jepang yang mampu segera bangkit lalu kemudian menguasai ekonomi atau produk dunia. Semua ini bermula dari adanya kesadaran bersama untuk mencintai produk dalam negerinya dengan saling membela dan membeli produk mereka sendiri.

Demikianlah bahwa nasionalisme harus bermula dari tindakan kecil di lingkup yang terkecil yaitu antar warga kampung dan tetangga. Mari galakkan kesadaran untuk belanja di warung tetangga sebagai sebuah gerakan nyata menuju kehidupan baru yang lebih positif. New normal adalah era bangkitnya ekonomi warga.

10 Juni 2020
Akhmad Muwafik Saleh
Pengasuh Pesantren Mahasiswa Tanwir al Afkar, Dosen FISIP UB, Motivator Nasional, Penulis Buku Produktif, Sekretaris KDK MUI Provinsi Jawa Timur.
Opini yang terkandung di dalam artikel ini adalah milik penulis pribadi, dan tidak merefleksikan kebijakan editorial Suaramuslim.net

Like this article?

Share on Facebook
Share on Twitter
Share on WhatsApp
Share on Telegram

Leave a comment