Falsafah Ajaran KH. Ahmad Dahlan (1)

Falsafah Ajaran KH. Ahmad Dahlan (1)

Falsafah Ajaran KH. Ahmad Dahlan

Suaramuslim.net – Buku ini merupakan karangan K.R.H. Hadjid yang berisi ikhtisar pelajaran yang beliau dapat selama belajar rutin enam tahun kepada Kyai Dahlan.

Seperti apa yang tertera dalam mukadimah buku ini “Jadi genap enam tahun saya berkhidmat, berguru dan berteman dengan beliau. Dalam waktu enam tahun itu saya tidak mendapat ilmu apapun dari beliau yang dapat tercatat dalam hati, kecuali hanya tujuh perkara. Begitu juga saya yakin, bahwa kesulitan yang timbul dalam masyarakat umum dan dunia internasional akan dapat diatasi dengan tujuh perkara, yang akan saya terangkan dalam buku ini.”

Sebelum masuk dalam rangkuman buku ini, hendaknya kita sedikit mengenal tentang K.R.H Hadjid terlebih dahulu. Kyai Hadjid lahir di Kampung Kauman Yogyakarta tanggal 6 Maulud 1316 H/ 29 Agustus 1898. Setelah menamatkan Sekolah Rendah, pada usia sebelas tahun Hadjid diajak ayahnya ke Makkah guna menunaikan ibadah haji sekaligus belajar agama selama satu tahun.

Di sana beliau berguru kepada Kyai Fakih, Kyai Humam, dan Kyai Al Misri untuk menajamkan ilmu baca Al Qur’an, tulis arab dan semangat beragama. Setiba di Tanah Air, beliau melanjutkan perjalanan mencari ilmu ke Pondok Pesantren Termas di daerah Pacitan selama tiga tahun.

Kyai Hadjid mulai belajar kepada Kyai Dahlan sepulang dari Termas tahun 1916, ketika itu beliau berumur sembilan belas tahun, sekaligus masuk di perkumpulan Muhammadiyah. Karir beliau adalah wakil ketua Komite Nasional Indonesia untuk daerah Yogyakarta dan tercatat pula dalam jajaran Majelis Musyawarah Ulama di Yogyakarta.

Kyai Hadjid juga bergabung di Partai Masyumi dan didaulat sebagai wakil ketua pusat Partai Politik Masyumi. Di Muhammadiyah, beliau menjadi Penasihat P.P. Muhammadiyah, beliau turut berperan pada awal berdirinya Sekolah Tinggi Islam (Sekarang UII). Beliau wafat Kamis Malam Jumat, 23 Desember 1977.

Kyai Hadjid memulai tulisan di buku ini dengan mukadimah lalu ulasan mengenai Kyai Dahlan dan perbedaannya dengan Ulama lain. “Kiyahi Ahmad Dahlan di samping mempunyai sifat dzakak cerdas akalnya untuk memaham kitab yang sukar, beliau mempunyai maziyah atau keistimewaan dalam khauf atau rasa takut terhadap “Naba al-‘Adzim”, kabar bahaya besar, yang tersebut dalam Al Qur’an sarat An Naba’. Sehingga nampak dalam kata-katanya, pelajaran yang diberikan dan nasihat-nasihat serta wejangan-wejangan Kyai Hadjid. Pada akhir usianya, ketika beliau sakit nampak sedang dalam sifat rajak, yaitu mengharap-harap rahmat Tuhan.”

Kyai Hadjid juga menggambarkan bahwa Kyai Dahlan adalah orang yang adil, pandai menempatkan pembacaannya terhadap kitab-kitab dan menggunakannya sebagaimana mestinya. Senarai kitab-kitab Kyai Dahlan yang terekam oleh Kyai Hadjid ada beberapa judul.

Pada mulanya kitab-kitab yang dipelajari atau ditelaah Kyai Dahlan adalah kitab-kitab yang biasa dipelajari oleh kebanyakan ulama di indonesia dan Ulama Makkah. Misalnya dalam ilmu aqidah ialah kitab yang beraliran ahlussunnah wal jama’ah, ilmu fiqh dari mazhab Syafi’yah, dalam ilmu tasawwuf menurut Imam Al Ghazali.

Kemudian setelah itu Kyai Dahlan mempelajari tafsir Al Manar karangan Rasyid Ridlo, majalah al manar dan tafsir Juz Amma karangan Muhammad Abduh, dan muthala’ah kitab Al-Urwatul Wutsqa karangan Jamaluddin al-Afghani. Kitab lain yang sempat Kyai Hadjid lihat pada koleksi kitab Kyai Dahlan:

  1. Kitab Tauhid Muhammad Abduh
  2. Tafsir Juz Amma Muhammad Abduh
  3. Kitab Kanzul Ulum
  4. Dairatul Ma’arif karangan Farid Wajdi
  5. Kitab-kitab fil bid’ah karangan Ibnu Taimiyyah sebagaimana kitab Attawasul wal Wasilah
  6. Kitab Al Islam wan Nasraniyyag karangan Muhammad Abduh
  7. Kitab Idharulhaq karangan Rahmatullah Al-Hindi, dan kitab-kitab Hadis karangan Ulama Mazhab Hambali dan lain-lainnya.

Lanjutan artikel “Falsafah Ajaran KH. Ahmad Dahlan (2)”

Penulis: Muhammad Fisabilillah
Editor: Oki Aryono

Like this article?

Share on Facebook
Share on Twitter
Share on WhatsApp
Share on Telegram

Leave a comment