Filosofi Hidup: Hidup dan Persaingan

Filosofi Hidup: Hidup dan Persaingan

Filosofi Hidup: Hidup dan Persaingan

Suaramuslim.net – Banyak orang menyatakan bahwa hidup adalah persaingan, sehingga dalam bentuk tayangan televisi muncullah program-program kompetisi seperti American/Indonesian Idol, Miss Universe/Indonesia, Kontes Dangdut Indonesia (KDI), dan audisi lainnya. Tayangan televisi tersebut pada dasarnya merupakan bentuk/model mini (miniatur) yang menggambarkan kehidupan manusia pada umumnya. Dalam bentuk mini tersebut, sang juara 1 adalah segalanya, sedang yang tidak menang hanya menjadi pecundang.

Dalam kehidupan sehari-hari, persaingan juga tampak manakala kita mencari sekolah untuk anak-anak kita dan mencari pekerjaan untuk diri kita, bahkan untuk mendapatkan pasangan. Bahkan persaingan sudah terjadi saat proses pembuahan (Anwar, 2012):

“Siapa yang “berhak” membuahi sel telur ini pun butuh persaingan ketat. Sperma-sperma yang tersisa akan saling berebut untuk menjebol dinding sel telur. Apa boleh buat, saling sikut pun terjadi untuk memperebutkan gelar juara.”

Bila hanya melihat dari proses tersebut, maka boleh jadi pernyataan yang menganggap bahwa sejak awal manusia memang diciptakan untuk bersaing dengan keras, bahkan saling ‘sikut’, adalah benar. Namun, bila dicermati lebih lanjut, maka proses pembuahan tidaklah sesederhana itu. Berdasarkan informasi dari Harun Yahya (2007) didapatkan keterangan menarik sebagai berikut:

“Profesor Cevat Babuna, mantan dekan Fakultas Kedokteran, Ginekologi dan Kebidanan, Universitas Istanbul, menjelaskan desain khusus pada sperma ini sebagai berikut:

’Sel-sel sperma dibuat dalam tubuh sang ayah. Tapi fungsi sperma ini dilakukan dalam tubuh sang Ibu. Dan semenjak dunia ini dimulai, dengan kata lain dalam sejarah umat manusia, tidak ada sperma yang berkesempatan kembali pulang ke tubuh sang Ayah setelah melaksanakan tugasnya dalam tubuh sang Ibu, dan kemudian berkata pada sel-sel yang telah membuatnya tentang apa yang telah mereka lakukan, kesulitan apa yang mereka hadapi, atau apa tugas mereka.

Jadi kalau begitu, bagaimana sel sperma memiliki struktur yang sangat berbeda dengan semua ribuan macam sel yang ada dalam tubuh?

Bagaimana sel sperma mengetahui bahwa ia akan mengangkut muatan genetis yang ia ambil dari tubuh sang Ayah ke tubuh lain yang kemudian akan menjadikannya hidup, sehingga bagian kepala, yakni bagian depannya, harus memiliki pelindung?

Bagaimana sel sperma mengetahui bahwa ia akan menembus membran sel sehingga ia juga membawa sejumlah senjata kimia yang dipasang di balik pelindungnya?

Jadi, Anda tahu bahwa adalah mustahil semua struktur pada sel ini, tugas yang ia lakukan, berbagai peristiwa yang ia alami adalah sebuah kebetulan, ia mengerjakannya dengan kebetulan, atau bahkan ia secara sadar mengerjakan semua ini berulang-ulang. Ini adalah bukti paling jelas bagaimana Allah, Sang Pencipta, telah memberinya tugas ini, dan bagaimana ia melakukannya dengan cara yang paling sempurna.’

Perancangan menakjubkan dalam desain sperma itu sendiri adalah sebuah keajaiban penciptaan. Sekitar 250 juta sperma pada satu waktu dikirimkan ke rahim sang Ibu. Angka ini sengaja dibuat tinggi, sebab segera setelah sperma-sperma ini memasuki tubuh sang Ibu, mereka mendapati diri mereka berhadapan dengan bahaya mematikan. Terdapat campuran pekat asam di dalam organ reproduksi sang Ibu yang menghalangi pertumbuhan bakteri. Campuran asam ini juga mematikan bagi sperma. Dalam beberapa menit saja, dinding rahim diliputi jutaan sperma yang mati. Beberapa jam kemudian, sebagian besar dari 250 juta sperma tersebut akan mati. Senyawa asam ini, yang sangat penting bagi kesehatan sang ibu, sungguh sangat ampuh sehingga dengan mudah mampu membunuh semua sperma yang memasuki rahim. Pada peristiwa ini, pembuahan tidak dapat terjadi, dan ras manusia akan punah.

Akan tetapi Allah yang menciptakan sperma, juga menciptakan pencegahan melawan bahaya yang akan ditemui oleh sperma dalam rahim sang Ibu. Pada saat sperma sedang diproduksi dalam tubuh sang ayah, senyawa basa ditambahkan pada cairan yang berisi sperma tersebut. Senyawa ini menurunkan pengaruh asam dalam rahim sang Ibu. Oleh sebab itu, sejumlah sperma lolos memasuki rahim sang Ibu dan berhasil mencapai pintu masuk ke tuba falopi.”

Berdasarkan uraian tersebut di atas, maka proses pembuahan bukanlah proses yang berbau persaingan yang kejam dan saling mematikan. Jutaan sperma yang mati, ditujukan untuk menjadikan perjalanan yang aman bagi sperma yang lain agar dapat tiba di tujuan dengan selamat. Dengan demikian, dalam proses pembuahan terjadi proses saling mendukung untuk mencapai tujuan.

Oleh karena itu, dalam suatu kehidupan, kita tidak selayaknya melakukan kompetisi yang saling mematikan. Seharusnya, kita saling membantu untuk mencapai tujuan dan kebahagiaan bersama. Seandainyapun terjadi kompetisi, maka kompetisi yang dilakukan adalah berkompetisi untuk saling melakukan kebaikan. Hal tersebut sesuai dengan keterangan yang teredapat dalam QS Al Baqarah: 148 berikut ini:

Maka berlomba-lombalah (dalam membuat) kebaikan.” (QS Al Baqarah: 148)

Life is not about ‘Competing’ but ‘Co-existing’ or even ‘Co-creation’, that’s make our life beautiful.

Penulis: Dr. Gancar C. Premananto*

*Koordinator Program Studi Magister Manajemen FEB Universitas Airlangga Surabaya

Like this article?

Share on Facebook
Share on Twitter
Share on WhatsApp
Share on Telegram

Leave a comment