Forgiving Management: Forgive But Nor Forget?

Forgiving Management: Forgive But Nor Forget?

Forgiving Management Forgive But Nor Forget

Suaramuslim.net – Forgive but not forget, adalah ungkapan yang mungkin sering kita dengar bahkan mungkin sering kita ucapkan. Menunjukkan bahwa kita bisa saja memaafkan seseorang tapi belum tentu akan melupakan kesalahan yang telah diperbuatnya. Di hari lebaran, di saat kita melakukan silaturahmi dimungkinkan kita bertemu dengan seseorang yang pernah membuat kita marah/jengkel. Haruskah kita memaafkan begitu saja? Bukankah memaafkan ataupun tidak adalah hak asasi seseorang?

Mari kita kupas, apakah Islam mengajarkan hal tersebut?

Agama Pemaaf

Islam adalah ajaran agama yang mengajarkan untuk memaafkan, hal tersebut tampak pada beberapa ayat di antaranya Q.S. Al Imran: 133-134;

“Dan bersegeralah kamu kepada ampunan dari Tuhanmu dan kepada surga yang luasnya seluas langit dan bumi yang disediakan untuk orang-orang yang bertakwa, (yaitu) orang-orang yang menafkahkan (hartanya), baik di waktu lapang maupun sempit, dan orang-orang yang menahan amarahnya dan memaafkan (kesalahan) orang. Allah menyukai orang-orang yang berbuat kebajikan.”

Berikutnya pada Surah Al-A’raf: 199.

”Jadilah engkau pemaaf dan suruhlah orang mengerjakan yang makruf serta berpalinglah dari orang-orang yang bodoh.”

Surah Al-Hijr ayat 85.

Maka maafkanlah (mereka) dengan cara yang baik.’

Serta surah Asy Syura di ayat 43.

Tetapi orang yang bersabar dan memaafkan sesungguhnya (perbuatan) yang demikian itu termasuk hal-hal yang diutamakan.

Mengapa Allah SWT ingin kita umat Islam sebagai pemaaf?

Dampak Memaafkan

Allah SWT ingin kita menjadi pribadi pemaaf karena;

  1. Agar hati kita mampu beradaptasi dengan kampung halaman akhirat nanti, yakni surga.

Dalam QS Al Fajr 27-30, Allah SWT berfirman, “Hai jiwa yang tenang. Kembalilah kepada Tuhanmu dengan hati yang ridha lagi diridhai-Nya. Maka masuklah ke dalam jama’ah hamba-hamba-Ku, masuklah ke dalam syurga-Ku.”

Hati yang tenang dan ridha, adalah hati hamba Allah yang sangat sesuai dengan kondisi surga. Allah SWT tidak ingin hati kita bergejolak dengan nafsu amarah, karena kondisi tersebut akan lebih sesuai untuk kondisi neraka.

  1. Agar umat muslim memiliki jiwa yang sehat. Kesehatan kita sangat tergantung oleh bagaimana pola pikir otak dan pola rasa hati kita. Karen Swartz, M.D. dari Rumah Sakit John’s Hopkins mengatakan bahwa memaafkan akan menurunkan risiko serangan jantung, mengurangi tekanan darah, serta mengurangi stres dan depresi.

Ditambahkan bahwa hasil riset yang dipresentasikan tahun 2011 di pertemuan Society of Behavioral Medicine oleh Amy Owen, PhD, menyatakan bahwa penderita AIDS yang pemaaf memiliki imunitas lebih tinggi dibanding yang pemarah. Artinya sifat pemaaf meningkatkan sistem imunitas seseorang dari virus dan bakteri. Itulah yang memunculkan ungkapan “unforgiveness is like drinking poison and expecting the other person to die.”

  1. Agar hati kita bahagia bertemu dengan siapapun dan berada di mana pun. Tidak menjadikan kita was-was akan bertemu dengan seseorang yang kita benci, padahal orang tersebut sedang bahagia.

Dengan demikian anjuran untuk menjadi pemaaf adalah bukti kasih sayang Allah kepada umat-Nya agar dapat hidup bahagia di dunia serta akhirat, seperti yang menjadi doa kita. Adalah hak seseorang untuk tidak memaafkan, namun adalah kerugian bagi pelakunya.

Bila memaafkan memang hal yang benar untuk kita lakukan, bagaimana dengan tidak melupakan kesalahan yang telah dilakukan orang lain kepada kita? Forgive but not forget?

 Al ‘Afuw

Dalam QS Al Imran 133-134, seperti yang telah dikutip di atas, kita tentu menginginkan mendapatkan pengampunan dari Tuhan atas segala kesalahan yang telah kita perbuat. Apakah kita ingin dimaafkan, namun tetap ada catatan dari perilaku kita? Demikian pula aktivitas memaafkan, dengan tidak melupakan, seperti belum benar-benar mampu memaafkan.

Hal ini juga disampaikan oleh seorang pendeta, bernama Henry Ward Beecher, “I can forgive, but I cannot forget, is only another way of saying, I will not forgive. Forgiveness ought to be like a cancelled note-torn in two, and burned up, so that it never can be shown against one.

Lebih dalam lagi kita dapat belajar dari sifat Allah, Al-‘Afuw yakni Maha menghapuskan dosa-dosa dan memaafkan perbuatan maksiat.

Syaikh Abdurrahman as-Sa’di ketika menafsirkan firman Allah Ta’ala. Sesungguhnya Allah benar-benar Maha Pema’af lagi Maha Pengampun” (QS al-Hajj: 60). Beliau berkata, artinya: Dia Maha Memaafkan orang-orang yang berbuat dosa, dengan tidak menyegerakan siksaan bagi mereka, serta mengampuni dosa-dosa mereka. Maka Allah menghapuskan dosa dan bekas-bekasnya dari diri mereka. Inilah sifat Allah Ta’ala yang tetap dan terus ada pada zat-Nya (Yang Maha Mulia), dan inilah perlakuan-Nya kepada hamba-hamba-Nya di setiap waktu, (yaitu) dengan pemaafan dan pengampunan.”

Kita semua ingin dosa kita dimaafkan Allah dan dihapus, maka tidak sepantasnya kita sebagai hamba-Nya masih mengingat keburukan orang lain.

Namun Islam juga mengajarkan agar kita tidak mengulangi kesalahan yang sama. “Tidaklah seorang mukmin tersengat bisa dari lubang (binatang berbisa) yang sama sebanyak dua kali.” (HR Al-Bukhari dan Muslim).

Untuk itu seorang muslim harus tetap melakukan evaluasi agar kesalahan masa lalu tidak terulang kembali. “Tidak ada orang yang bijaksana kecuali telah memiliki pengalaman.” (HR Al-Bukhari).

Untuk itu ungkapan ‘Forgive but not forget” akan lebih tepat menjadi “Forgive with wisdom.

 Manajemen Memaafkan

 Adakah cara kita mengelola hati sehingga mudah memaafkan kesalahan seseorang, dan menjadikan kita lebih bijaksana?

Beberapa hal yang harus kita ingat adalah, pertama memahami salah satu misi hidup kita adalah untuk hidup bahagia, mendapatkan kesenangan (QS Al Baqarah: 36). Kedua bahwa setiap anak Adam pernah berbuat salah dan sebaik-baik yang berbuat salah adalah yang bertobat dari kesalahannya” (HR. At Tirmizi). Bahwa termasuk kita pun pasti pernah berbuat salah dan ingin dimaafkan. Ketiga, bahwa segala sesuatu terjadi karena seizing-Nya, artinya ALLAH menghadapkan keburukan/kesalahan orang lain kepada kita adalah untuk belajar menjadi lebih dewasa dan tenang. Keempat, ingatlah manfaat memaafkan yang telah dibahas.

Semoga Allah menjadikan kita semua sebagai insan yang bahagia dunia dan akhirat. Selamat berlebaran.*

Dr Gancar C. Premananto, MSi
Koordinator Program Studi Magister Manajemen FEB Universitas Airlangga

*Opini yang terkandung di dalam artikel ini adalah milik penulis pribadi, dan tidak merefleksikan kebijakan editorial Suaramuslim.net

Like this article?

Share on Facebook
Share on Twitter
Share on WhatsApp
Share on Telegram

Leave a comment