Suaramuslim.net – Di antara sejumlah sektor milik umat Islam Indonesia yang sangat tertinggal adalah dunia ekonomi. Di antara daftar 50 pengusaha terkaya di Indonesia versi Forbes hanya terdapat 8 muslim saja dengan nilai total kekayaan sekitar 11 miliar Dollar AS. Sisanya diisi pengusaha nonmuslim dengan nilai total yang sangat jauh lebih besar yaitu 91 miliar Dollar AS. Inilah salah satu PR umat Islam Indonesia yang dipaparkan Muhammad Nuh, Ketua Badan Wakaf Indonesia (BWI) dalam pertemuan Forum Peduli Bangsa di Ponpes Riyadlul Jannah, Pacet, Mojokerto, Jawa Timur (12/2/2018).
“Paparan saya ini bukan untuk membahas SARA (suku, agama, ras dan antar golongan). Data ini bukan untuk memusuhi siapa pun. Tidak. Saya tidak suka model seperti itu,” tukas Nuh di sela presentasi dalam acara silaturahim antara pengusaha muslim, tokoh Islam dan ulama ini.
“Tapi data saya ini untuk menggugah kita semua. Agar kita kerja lebih keras lagi. Soal potensi ekonomi umat Islam, tak perlu diragukan lagi. Potensi ekonomi kita ini seperti air danau. Kalau tidak dioptimalkan, paling-paling hanya kita ambil ikannya saja. Coba kalau kita bangun bendungan dan pembangkit listrik, bisa sangat besar daya yang dihasilkan”, beber Rektor ITS Surabaya periode 2003-2006 ini.
“Jumlah kita ini sudah maksimal,” masih kata Nuh, “Tapi dayanya masih minimal”. Maka cita-cita semua adalah menjadikan jumlah maksimal menjadi daya yang maksimal pula. Ini cita-cita yang sangat wajar. Masak jumlah besar tapi daya kecil. “Jadi mafhum mukholafahnya (logika terbaliknya) kita sekarang ini belum wajar. Maka harus kita wajarkan,” seloroh salah satu pimpinan PBNU ini.
“Saya mengusulkan untuk membentuk ANTUM atau Aliansi Transmart untuk Umat. Ini saya gagas bersama Pak Choirul Tanjung, selaku pimpinan Transmart,” sambungnya. “Nantinya jaringan Transmart ini bisa mejadi mitra bersama para pengusaha mikro dari kalangan pesantren dan koperasi umat Islam,” jelas Mendiknas dan Menkominfo era Presiden SBY ini.
Hal senada diungkap KH. Mahfudz Sobari, pengasuh Ponpes Riyadlul Jannah selaku tuan rumah acara ini. “Saat ini banyak orang Islam dengan tipe yang berbeda-beda. Saya membaginya menjadi tiga: mampu, mau dan bisa. Banyak yang hanya punya salah satunya. Tidak punya keduanya. Atau hanya punya dua. Saya kenal dosen UGM yang mampu membuat teknologi yang bisa mengolah buah kelapa menjadi 100 lebih produk. Ada makanan, minuman, obat, kosmetik, dll. Tapi dia tidak punya kebun kelapa. Tapi saya punya teman yang punya perkebunan kelapa di Sulawesi hingga 10 ribu pohon lebih. Tapi dia tidak mampu mengolahnya hingga banyak yang terbengkalai. Nah, Forum Peduli Bangsa inilah kita semua bersinergi agar yang mau, punya, dan mampu bisa kerja sama sehingga ekonomi ini menjadi solusi ketahanan bangsa. Sebab jika umat yang besar jumlahnya ini bisa kuat secara ekonomi, maka bangsa ini juga akan kuat. Forum Peduli Bangsa kerja keras optimalkan ekonomi umat”, ungkap Mahfudz Sobari dalam sambutannya.
Acara ini juga diisi paparan potensi lembaga ekonomi syariah dari Ketua MUI Pusat yang juga Ketua Dewan Syariah Nasional (DSN), KH. Maruf Amin, juga sambutan dari Presiden Indonesia Islamic Business Forum (IIBF) dan sambutan Menteri Koperasi dan UKM. Di akhir acara, sejumlah pihak bersepakat menandatangani beberapa nota kesepahaman demi kemajuan ekonomi umat seperti kesepahaman Perhutani dengan ponpes dalam pengelolaan lahan hutan, program donasi sosial (crowdfunding) untuk pengembangan peternak ayam petelur, distribusi produk sarung BHS melalui koperasi pesantren, kerja sama jaringan Transmart dengan pengusaha kecil, dll.
Reporter: Oki Aryono
Editor: Muhammad Nashir