Gaya Hidup Baru Sebagai Seorang “Cafe Addict”

Gaya Hidup Baru Sebagai Seorang “Cafe Addict”

Gaya Hidup Baru Sebagai Seorang “Cafe Addict”
Ilustrasi orang-orang bercengkerama di dalam kafe. (Foto: Ali Yahya/Unsplash)

Suaramuslim.net – Dewasa ini, merebaknya kafe mulai jadi pemandangan sehari-hari. Hal tersebut, dapat dilihat dengan banyaknya keberadaan kafe-kafe di tanah air. Berdasarkan data Asosiasi Pengusaha Kafe Restoran Indonesia-Jatim, di tahun 2012 terdapat peningkatan 15% sampai 20% jumlah kafe dan restoran di Kota Surabaya. Diikuti pula dengan kafe-kafe yang berada di kota besar lainnya seperti Jakarta, Bandung, Makassar, Yogyakarta, dan Denpasar.

Melalui beragam penyebutan, seperti kedai kopi, coffee shop, bahkan kafe sekalipun kian menjamur di berbagai kalangan masyarakat khususnya bagi anak muda. Maraknya kafe tersebut juga dibarengi dengan tema dan tujuan tertentu.

Sebagai misal, beragam konsep dengan iringan musik, terjangkaunya harga, hingga sajian menu dengan nuansa tradisional sampai modern seakan menjadi daya tarik tersendiri. Hal tersebut kian membuktikan animo masyarakat yang tinggi terhadap keberadaan kafe, karena semakin menjamurnya kafe secara tidak langsung menunjukkan minat pasar terhadap keberadaannya.

Umumnya, kafe dijadikan sebagai tempat bertatap muka atau ‘tempat ketiga’, baik itu dengan keluarga, teman ataupun rekan bisnis. Tidak dapat dipungkiri, bahwa kafe merupakan tempat nongkrong dan hangout yang digandrungi anak muda masa kini. Hal tersebut, dapat dipahami sebagai bentuk tuntutan globalisasi yang berdampak signifikan terhadap cara hidup masyarakat. Salah satunya adalah kebutuhan untuk ajang sosialisasi dengan komunitasnya.

Seiring berkembangnya zaman, kehidupan masyarakat perkotaan pun mulai mengalami perubahan gaya hidup. Salah satunya, manifestasi gaya hidup saat ini adalah kebiasaan nongkrong di kafe bagi kelompok masyarakat tertentu. Gaya hidup yang mengalir melalui secangkir kopi menjadikan kafe sebagai pilihan gaya hidup yang bisa didapatkan, diisi ulang, atau bahkan ditingkatkan.

Berbagai pilihan yang ditawarkan ‘tempat ngopi’ menjadikan orang memiliki beragam pilihan gaya hidup baru yang lebih cair, dan disadari atau tidak menjadi bagian dari kehidupan mereka sehingga kecenderungan untuk terikat pada kegiatan ini pun cukup tinggi.

Keberadaan orang memilih kafe sebagai tempat ketiga dengan berbagai alasan, tentu menjadi fenomena yang menarik dan berdampak bagi kehidupan sosial kita, terutama soal perubahan gaya hidup, pola konsumsi, dan bentuk interaksi yang terjadi. Seakan menjadi hal yang lumrah ketika orang-orang memindahkan kegiatan sehari-hari mereka ke kafe seperti mengetik, membaca, mengobrol bersama teman, ataupun sekadar mencari hiburan.

Keberadaan kafe dalam keseharian masyarakat khususnya bagi anak muda telah mendapat posisi tersendiri sebagai salah satu alternatif memanfaatkan waktu luang ataupun tujuan yang lebih penting. Berbagai hal mungkin saja terjadi di dalamnya oleh setiap individu yang datang ikut memberikan kontribusi terhadap proses konsumsi ruang kafe dewasa ini. Pola konsumsi ruang yang terjadi pun dapat berubah seiring mengalirnya selera, motif dan berbagai kepentingan bagi setiap pelaku di dalamnya.

Tidak hanya itu, perubahan ruang kafe dan gaya hidup juga ikut memengaruhi bahkan mengubah pola konsumsi serta motif individu dalam mengunjungi kafe. Hal ini mengingat, tendensi gaya hidup seseorang ditentukan melalui cara memilih, menggunakan benda atau dalam proses kunsumsinya. Lebih jauh, dinamika yang terjadi pada pemaknaan ruang serta konsumsi berdampak pula pada sektor usaha jasa dan kuliner. Perubahan ini pun dapat memengaruhi orientasi konsumsi seseorang.*

*Opini yang terkandung dalam artikel ini adalah milik penulis sendiri, dan tidak merefleksikan kebijakan editorial suaramuslim.net.

Like this article?

Share on Facebook
Share on Twitter
Share on WhatsApp
Share on Telegram

Leave a comment