Suaramuslim.net – Tak dipungkiri, peran ibu dalam mendidik anak adalah sangat besar. Sejak anak masih dalam kandungan, calon ibu pun sudah menjalankan perannya. Mengelus-elus janinnya sambil bercerita ini dan itu. Ketika janinnya lahir, ehm, lisan ibu hampir tak bisa diam. Dikenalkannya anaknya pada dunia yang sangat lembut dan menyenangkan.
Itulah ibu. Anak bisa berbicara karena Allah mengilhamkan kepada ibu untuk cerewet. Ibu mana yang tak cerewet? Rasanya jarang ditemui. Kala bayi menendang-nendang kakinya di kasur dan rewel, sang ibu dengan senyum berkata,”Oh, dikau lagi semangat ya kayak pemain sepak bola. Tak pantang menyerah.” Bayi pun sudah merekam banyak kata. Ganti suasana, sang ibu pun keluar lagi beribu kata dari lisannya. Rekaman kata itu semakin banyak di otak buah hatinya.
Tak heran, jika banyak ahli pendidikan anak dan parenting menyarankan, agar anak di 0-6 tahun fasih bahasa ibunya. Dan ini akan sangat mudah karena ibu mengambil peran dengan porsi besar di ranah ini. Untuk apa? Agar anak tumbuh baik kemampuan berkomunikasinya. Jika kemampuan ini terasah dengan baik maka emosi anak akan berkembang dengan baik pula. Perbendaharaan kata yang banyak akan memudahkan anak menyampaikan keinginan dan gagasannya.
Lalu apa kaitannya dengan ilmu shorof dalam Bahasa Arab? Jelas bukan, anak lebih banyak bisa berbicara dan berbahasa adalah dari ibunya? Ketika anak melihat matahari, ibunya lah juga yang menjelaskan panjang lebar tentang bintang ciptaan Allah itu.
Dalam Bahasa Arab, tugas melahirkan kata-kata adalah fungsi dari ilmu shorof. Misalnya kata “memukul”. Dari satu kata ini akan muncul kata lain yang menjadi turunannya, namun berbeda maknanya. Kata apa saja? Ada “pemukul, pukulan, memukuli, dipukul, dipukuli, dan pemukulan”. Luar biasa.
Dari kata “membaca”, maka akan muncul kata “pembaca, dibaca, dibacakan, membacakan, bacaan, dan pembacaan”. Tentunya dalam Bahasa Arab, ya. Satu kata bisa melahirkan banyak kata turunan. Itulah mengapa Bahasa Arab menjadi sangat kaya.
Sesuai sekali dengan peran ibu yang mengajarkan bahasa kepada anaknya. Ibu tidak bisa berkata hanya satu kata. Ketika bersama anaknya, banyak kata dilontarkannya. Anak pun bahagia sehingga merasa nyaman bersama ibunya. Lambat laun anak pun bisa berbicara. Dengan ijin Allah tentu saja.
Yang menarik lagi, ketika membacakan buku untuk anaknya pun, ibu tidak terpaku persis seperti kata-kata yang ada di buku. Ibu bisa berkreasi lagi soal kata-kata. Dahsyat, anak pun menangkap banyak kata dengan hebat.
Ibu bagai ilmu shorof dalam Bahasa Arab. Bertugas melahirkan kata-kata hingga terikat kuat dalam benak anaknya, sehingga bahasa menjadi fasih dilantunkannya.
Kontributor: Henny Puspitarini*
Editor: Oki Aryono
*Pengelola Rumah Pelangi Daycare