Iman Sebagai Dasar Persatuan

Iman Sebagai Dasar Persatuan

Iman Sebagai Dasar Persatuan
Ilustrasi M. Natsir. (Ils: Suaramuslim.net/Rian Oktanto)

Suaramuslim.net – Saat ini, banyak yang merasa, umat Islam baik tua maupun muda tidak ada persatuannya. Dengan kata lain, terpecah belah.

Dan umum merasakan keperluan umat Islam harus “bersatu” dalam menghadapi persoalan-persoalan, baik persoalan-persoalan duniawi maupun ukhrawi, sekurang-kurangnya dalam persoalan duniawi ini.

Hasrat semacam ini adalah wajar. Dan persatuan umat Islam, sesuai dengan ajaran-ajaran agama kita. Firman Allah dalam surat Al-Hujurat ayat 10.

“Innama Al-Mu’minun Ikhwatun.” (Sesungguhnya umat beriman itu bersaudara).

Terus menerus ditablighkan dan dikhutbahkan; dan selalu dijadikan hujjah dan pembicaraan-pembicaraan di kalangan umat Islam, supaya umat Islam bersatu. Tetapi persatuan yang diidam-idamkan itu tidak kunjung tercapai.

Di bidang duniawi (politik-sosial) masih tetap saja ada bermacam-macam partai politik dan ormas-ormas. Dalam menghadapi soal negara belum juga kelihatan kesatuan sikap dan tindakan. Malah tampaknya saling “sikut-menyikut.”

Kalangan generasi muda Islam seringkali menyatakan penyesalannya terhadap generasi tua Islam: “Kenapa orang-orang tua kita itu tidak mau bersatu saja.”

Dalam pada itu bila kita memperhatikan keadaan di lingkungan generasi muda Islam sendiri, keadaannya boleh dikatakan sama saja, walaupun belum begitu parah. Ini harus kita akui. Jadi soal persatuan umat Islam ini, mengenai seluruh tubuh umat Islam, tua dan muda.

Maka timbul pertanyaan:
a. Kenapa jadi begitu?
b. Dan kalau kita menginginkan persatuan umat Islam, apa yang harus kita usahakan?

Pertanyaan yang pertama perlu kita jawab terlebih dahulu, agar dapat menjawab yang kedua.

Kenapa umat Islam belum dapat bersatu? Padahal mereka semua tahu bahwa ajaran Islam menghendaki yang demikian itu. Pertanyaan ini bisa dijawab dengan ringkas. Yaitu: pada umumnya kita umat Islam di Indonesia ini, tua muda adalah muslimin. Sedangkan golongan yang dijamin persatuannya bukan golongan muslimin.

Firman Ilahi di surat Al-Hujurat tadi berbunyi bukan, “Innama Al-Muslimun Ikhwatun.” Bunyinya ialah: “Innama Al-Mu’minun Ikhwatun.”

“Sesungguhnya orang-orang yang beriman (mukminin) itu bersaudara….”

Yakni bersatu dalam ikatan rasa bersaudara. Rasa bersaudara yang tumbuh dan keimanan kepada Allah dan Rasul.

Keimanan yang menjelma berupa ‘ubudiyah yang tertib dan khusyu’ kepada Allah, dalam amal saleh tingkah laku dan budi pekerti yang bermutu tinggi dalam pergaulan sehari-hari dengan sesama muslim khususnya dan sesama anggota masyarakat umumnya.

Keimanan yang meletakkan tuntunan Allah dan Rasul sebagai petunjuk dalam menentukan sikap dan langkah, bila berhadapan dengan tiap-tiap masalah duniawiyah dan ‘ubudiyah.

Keimanan yang menjadikan si pemiliknya mampu untuk mengendalikan hawa dan nafsu, dan menempatkannya pada ketentuan-ketentuan Allah dan Rasul, tempat memulangkan segala persoalan yang diperselisihkan.

Apabila keimanan yang demikian ini hilang atau lemah di kalangan umat Islam, atau di kalangan sebagiannya, maka rasa bersaudara akan hilang atau lemah pula. Terlampau lemah untuk menjadi ikatan-pemersatu umat Islam.

Sumber: Tulisan M. Natsir dalam Buku Mempersatukan Ummat

Like this article?

Share on Facebook
Share on Twitter
Share on WhatsApp
Share on Telegram

Leave a comment