TAIPEI (Suaramuslim.net) – Berawal dari ide teman-temannya dua puluh tahun yang lalu, Yunus Ma (57) memulai usaha restoran halal di kota Taipei, Taiwan, dengan nama Yunus Halal Restaurant. Rumah makan halal yang menyediakan berbagai menu dari negara Asia ini akhirnya ramai dikunjungi bukan hanya oleh kalangan muslim, tapi juga warga lokal non-muslim yang tertarik dengan makanan halal.
“Waktu itu teman-teman saya dari Jepang dan Amerika datang ke Taiwan, saat itu belum ada restoran halal di sini. Mereka mengusulkan kepada saya untuk membuka rumah makan menu halal. Saya pun memilih menu utama dari Thai food karena orang Taiwan suka makanan tersebut,” ujar Yunus yang sekarang lebih dikenal dengan sebutan Haji Yunus.
Redaksi Suaramuslim.net saat berkunjung ke Taipei berkesempatan menikmati menu halal di restoran yang terletak di Pei Ning Road nomor 36 dan berbincang dengan Haji Yunus perihal bisnisnya ini.
Datang bersama tim Taiwan Familiarization Tour for Indonesian Media yang diundang oleh Taiwan Tourism Bureau, Senin (22/7) redaksi Suaramuslim.net disuguhi menu khas yaitu Tom Yam Soup, Spicy Beef Chicken, Bamboo Fried Beef, Lemon Fish dan tentunya nasi putih yang tidak boleh ketinggalan.
Restoran halal ini tidak hanya menyediakan menu halal, namun juga musala di basement bagi pengunjung muslim yang akan menunaikan salat. Saat itu, kami datang menjelang Magrib dan seraya menunggu waktu salat, redaksi sempat berbincang dengan Haji Yunus.
Ketika memasuki restoran, pembeli akan langsung melihat banyak bendera kecil dari berbagai negara dipajang berderet di atas meja kasir. Fungsinya sebagai pertanda. Jika ada rombongan kedutaan yang datang, Haji Yunus bisa langsung menaruh bendera itu di meja rombongan. Terlihat bendera dari Indonesia, Malaysia, Singapura, Brunei, Turki, Jepang, dll.
Menu utama di rumah makan ini adalah Thai food dan Chinese food. Thailand dipilih karena orang Taiwan suka makanan Thailand yang rasanya unik.
“Orang Taiwan kalau mau berwisata, pilihan pertamanya adalah negara Thailand dan setelah menyicipi masakan Thailand, mereka suka. Ada campuran rasa manis, pedas, asin dan asamnya pas. Berbeda misalnya dengan makanan dari negara kalian (Indonesia, red.) yang sebagian dominan manis, sebagian dominan asin. Orang Taiwan kalau bicara makanan luar negeri, yang diingat ya Thai food, bukan Indonesia atau Timur Tengah,” cerita Yunus.
Untuk memastikan bahan baku daging sapi dan ayamnya halal, Yunus menyebut, ia membeli langsung dari petugas masjid yang menyembelihnya dengan cara Islami. Sebagai jaminan semua proses dilakukan dengan cara-cara Islami, ia pun mengantongi berbagai sertifikat halal dari lembaga yang berwenang.
“Jaminan pertama kehalalan restoran ini adalah sertifikat halal tentunya. Namun seiring berjalannya waktu dan popularitas sebagai restoran halal pertama di Taiwan, para pengunjung akhirnya tidak meragukan kehalalan menu restoran saya. Menyebut nama Haji Yunus saja sudah jadi jaminan makanan di sini halal,” ucapnya diiringi tawa kecil.
Para pengunjung non-muslim, imbuh Yunus, senang dengan makanan halal karena lebih bersih dari proses menyembelih sampai memasaknya, sehingga mereka suka.
“Warga muslim di sini minoritas, sehingga mayoritas pengunjung saya justru berasal dari wisatawan muslim mancanegara dan mereka yang non-muslim,” ceritanya.
Berbeda dengan restoran di Indonesia yang mengalami puncak kunjungan saat bulan puasa, restoran halal Haji Yunus pada saat Ramadan pengunjungnya justru menurun.
“Pengunjung saya sekitar 70 persen dari wisatawan luar negeri dan sisanya warga lokal muslim dan non-muslim. Musim paling sepi itu di bulan Ramadan, karena saat berpuasa para turis tidak wisata ke Taiwan dan warga muslim di sini buka puasa di masjid atau di rumah dan tempat mereka masing-masing. Sehingga pengunjung saya menurun di bulan itu,” ungkapnya.
Haji Yunus melayani sendiri tamu-tamu yang datang dengan ramah, kerap kali ia mengucapkan “terima kasih” menggunakan bahasa Arab kepada pengunjung yang akan pulang.
“Warga non-muslim di sini menganggap makanan halal itu bersih dan spesial karena disembelih (ayam dan sapi) dan warga muslim itu ramah. Jadi, sebagai muslim, kita harus bersikap ramah,” pungkasnya dengan wajah yang selalu tersenyum seraya mengutip terjemah hadis Nabi tentang anjuran bersikap ramah.
Dengan lima orang pekerja di restorannya, Yunus belum berkeinginan untuk membuka cabang baru di daerah lain di Taiwan, meski begitu, ia berharap nantinya anaknya meneruskan usahanya ini di suatu hari.
“Anak saya dua. Satu masih kuliah di Universitas Islam Madinah Saudi Arabia dan yang satu sekarang bekerja di Dubai,” tutup Yunus.