Suaramuslim.net – Ahed Tamimi remaja perempuan Palestina berusia 16 tahun diputus sebagai terdakwa pada Senin (1/1/2017) oleh Pengadilan Israel karena menampar tentara Israel. Ahed melakukan aksi yang berani tersebut, yakni memukul tentara Israel di dekat rumahnya Desa Nabi Saleh, Tepi Barat pada 15 Desember lalu. Pasca pemukulan tersebut, Ahed ditahan bersama ibunya hingga persidangan berikutnya pada Senin (8/1/2017).
Insiden pemukulan terhadap tentara Israel itu membuat Ahed kian terkenal dan dianggap sebagai pahlawan simbol perlawanan terhadap Israel. Aksi Ahed berhadapan langsung dengan tentara Israel bukan yang pertama kalinya. Tahun 2015, dia menggigit tentara Israel yang berusaha menangkap adiknya. Lalu pada tahun 2012, Ahed kecil memukul tentara Israel lalu mendapat penghargaan dari Presiden Turki Recep Tayyip Erdogan setelah fotonya beredar luas.
Sementara pengacara Ahed, Gaby Lasky memprediksi jaksa akan berupaya menjatuhkan hukuman maksimal dan menahan Ahed selama mungkin.
“Saya yakin mereka ingin menahan dia selama mungkin, karena mereka tidak menginginkan perlawanan di luar penjara,” kata Lasky seperti dilaporkan Reuters di pengadilan militer, Penjara Ofer dekat Ramallah, Palestina.
Lantas mengapa Israel begitu takut kepada Ahed Tamimi seorang perempuan yang masih remaja?. Ariel Gold aktivis pro Palestina asal Amerika mengatakan bahwa Ahed Tamimi adalah simbol penolakan terhadap aturan Israel terhadap rakyat Palestina.
“Yang ditakuti Israel terhadap Ahed adalah karena penolakannya untuk tunduk pada logika Israel, yakni agar orang-orang Palestina harus bekerja sama dengan segala aturan Israel. Mereka harus bergerak diam-diam melalui pos pemeriksaan, membuka tas mereka, tidak memandang mata penjajah dan tidak menantang atau memprotes pencurian tanah, sumber daya dan kebebasan mereka. Ahed secara terbuka melawan dan menolak itu semua” jelas Ariel.
Ariel menambahkan, dalam logika Israel segala aturan yang sangat menekan tersebut diharapkan membuat rakyat Palestina tidak setuju dan pergi.
“Dengan aturan itu Israel sangat ingin orang Palestina pergi. Strateginya adalah membuat hidup jadi tak tertahankan bagi orang-orang Palestina, sehingga mereka pergi dengan sukarela, dan sekali lagi Ahed menolaknya” kata Ariel.
Dalam pandangan Ariel Gold, Ahed adalah ancaman bagi seluruh sistem kekuasaan Israel, dia tidak hanya menyadari kekuatan internalnya sendiri, tapi juga dia sama sekali tidak takut dengan penjajahnya.
Keluarga Ahed Tamimi adalah keluarga pejuang, Ayah Ahed, Bassem Tamimi adalah aktivis terkemuka di Palestina. Pada tahun 2013, pamannya syahid karena tentara Israel menembakkan tabung gas air mata ke kepalanya. Pada tahun 2014, ibunya hampir cacat permanen saat ditembak di kaki. Sementara sepupu dan kakaknya lebih banyak menghabiskan waktu di penjara Israel.
Penulis: Ahmad Jilul Qur’ani Farid
Editor: Muhammad Nashir