Inilah Hukum Menyingkat Tulisan Shalawat

Inilah Hukum Menyingkat Tulisan Shalawat

Inilah Hukum Menyingkat Tulisan Shalawat

Suaramuslim.net – Tanpa sadar, di beberapa literatur, sering dijumpai beberapa kata shalawat yang disingkat. Seperti contohnya shalallahu ‘alaihi wa salam menjadi SAW, ‘alaihissalam menjadi AS, dan lain sebagainya. Lalu, bagaimana sebenarnya hukum dari menyingkat kata-kata yang bermakna doa tersebut ?

Secara bahasa, kata-kata seperti di atas sebenarnya mengandung doa. Misalnya saja kata ‘alaihissalam memiliki artian ‘semoga keselamatan dilimpahkan kepadanya’. Kemudian, pada kata radhiyallahu ‘anhu atau sejenisnya juga memiliki artian berupa ‘semoga Allah meridhainya’. Dengan mengetahui hal demikian, sudah sepatutnya kita tak berusaha menyingkatnya kembali. Karena, dalam kata-kata tersebut mengandung doa sekaligus penghormatan kepada para nabi dan rasul-Nya.

Sementara itu, dipaparkan oleh Ustadz Firanda Andirja tentang jawaban dari Syaikh Al Albani rahimahullah soal menyingkat kata-kata tersebut. Jawabannya adalah memperbolehkan hal tersebut asal tidak menimbulkan kesalahpahaman dengan simbol tersebut. Kembali pada tujuannya, penyimbolan tersebut bukan untuk dibaca, kegunaannya hanya sebagai pemberitahuan untuk bershalawat.

Dasar dari pendapat tersebut ada berbagai macam menurut Ustadz Firanda Andirja. Di antaranya adalah sebagai berikut.

  1. Tujuan dari Tulisan adalah Dibaca

Setiap orang yang giat dalam kepenulisan pasti tak luput dari menyingkat kata, yang semula terdiri dari beberapa huruf bisa jadi hanya 2-3 huruf saja. Jika, suatu tulisan telah dibaca dan dipahami maksudnya maka tujuan dari tulisan tersebut sudah tercapai. Sebenarnya, tulisan yang dibuat hanyalah sebagai media. Yang mana media tersebut bertujuan untuk dibaca.

  1. Keterbatasan Alat

Di zaman yang serba canggih ini banyak perkembangan yang sedang terjadi. Salah satunya ada pada sektor komunikasi dan teknologi. Meski sedemikian canggih, alat buatan manusia tetap saja ada batasnya. Tak jarang dalam membuat pesan-pesan singkat, penyingkatan terhadap beberapa kata sering dibutuhkan untuk menghemat biaya pun waktu.

  1. Sebagian Ahli Hadits sering Menggunakan Penyingkatan

Dalam beberapa literasi hadits sering pula dijumpai bahwa mereka melakukan penyingkatan. Seperti dalam menuliskan kata ‘Nabi’ mereka tidak menambahkan shalallahu ‘alaihi wa salam. Karena, mengucapkan shalawat nabi cukup dengan lisan bukan tulisan.

  1. Para Ulama juga Terkadang Menggunakan Singkatan

Dalam beberapa ceramah, dapat pula dijumpai para ulama yang menyingkat beberapa kata. Seperti bismillahirrahmanirrahim menjadi bismillah, Alhamdulillah menjadi hamdalah dan lain sebagainya. Selama para komunikan paham akan maksud kata-kata tersebut, penggunaan singkatan diperbolehkan.

Meski demikian, banyak yang menyelisihi pendapat dari Syaikh Al Albani rahimahullah. Kebanyakan ulama memandang bahwa penyingkatan seperti itu hukumnya makruh.

Terlepas daripada itu, ada baiknya menyingkat kata-kata tersebut tak menjadi kebiasaan. Karena, tentunya terdapat berbagai kebaikan meski hanya melalui tulisan bukan lisan. Tak hanya dari lisan juga tulisan, dapat kita petik pahala-pahala yang telah diberikan Allah subhanahu wa ta’ala untuk umat-Nya.

Kontributor: Ilham Prahardani
Editor: Oki Aryono

Like this article?

Share on Facebook
Share on Twitter
Share on WhatsApp
Share on Telegram

Leave a comment