Suaramuslim.net – Tidak hanya ibadah i’tikaf di bulan Ramadhan saja yang harus kita kejar, tetapi juga i’tikaf di bulan lain juga. I’tikaf adalah berdiam diri di dalam masjid dalam rangka mencari ridha Allah SWT. Sedangkan banyak dari orang muslim yang menyertainya dengan shalat sunnah, membaca Al-Qur’an, berdzikir dan bermuhasabah atas semua perbuatan yang pernah dilakukan.
Niat seorang untuk melakukan i’tikaf sering kali berubah karena beberapa kondisi dan situasi, misalnya niat yang kurang tulus, suasana masjid yang ramai, dll. Berikut beberapa tips agar ibadah i’tikaf menjadi istiqomah dan efektif sehingga menimbulkan penghayatan yang sebenarnya:
- Berniat i’tikaf pada setiap kali masuk masjid
Tidak hanya ibadah shalat saja yang dapat kita lakukan di masjid. Mengaji, berdzikir, belajar pun dapat kita lakukan di masjid. Maka dari itu, berusahalah untuk tetap berniat i’tikaf saat masuk ke dalam masjid walaupun kita ke masjid hanya untuk shalat lima waktu.
- I’tikaf itu membutuhkan penghayatan niat ikhlas
Ibadah yang tidak dilakukan dengan ikhlas sama saja dengan tidak ibadah, karena apabila orang berbuat baik karena mengharapkan balasan atau ingin dilihat orang lain, maka amalnya akan sia-sia. Biasakan diri saat beribadah hanya berniat dalam hati untuk mendapatkan semua bentuk kebaikan dari Allah.
- I’tikaf itu memerlukan penghayatan
Medatangkan penghayatan dalam beribadah sangat dianjurkan tetapi mendatangkan rasa itu tidak mudah. Salahsatunya kita dapat mendatangkan penghayatan dengan berniat ittiba’ (Mengikuti Rasulullah SAW) dan Ihyaus Sunnah (Menghidupkan Sunnah yang dilalaikan oleh banyak orang).
- Memperlama i’tikaf di masjid
Kadar seseorang dalam ibadah sangatlah berbeda-beda tiap orangnya, ada yang sejam sudah lama, ada yang 3 jam lama, ada 7 jam lama, dsb. Hal yang terpenting dalam pembahasan ini adalah melakukan i’tikaf dengan kemampuan semaksimal mungkin. Afdhalnya adalah I’tikaf selama 10 hari 10 malam terakhir pada bulan Ramadhan. Tetapi juga diperbolehkan sesorang untuk beri’tikaf hanya pada malam saja, atau hanya siang saja, atau hanya antara dua waktu shalat saja, atau kurang dari itu.
- I’tikaf itu memerlukan penghayatan dalam do’a
Malaikat pun akan bersamanya apalagi i’tikaf yang dilakukan saat orang tersebut duduk menunggu waktu shalat.
- I’tikaf itu memerlukan penghayatan dalam pahala
Pahala yang sama dengan pahala saat melakukan shalat terus menerus, selama berada di masjid, selama tidak batal wudhu’. Makanya dianjurkan untuk segera berwudhu setiap kali batal wudhu (dawaamul wudhu).
- I’tikaf itu memerlukan pengkhususan waktu
Waktu yang banyak digunakan untuk duduk sendirian (muhasabah), berdzikir (mengingat Allah), bertafakkur, bertaubat, mengingat kematian dll.
- I’tikaf itu memerlukan penghayatan saat memohon kepada Allah SWT.
Permohonan solusi kepada Allah atas semua problem hidup yang sedang kita hadapi dan yang sedang dihadapi oleh ummat Islam di negeri kita, di negeri-negeri muslim dan di seluruh dunia.
- I’tikaf itu memerlukan kegiatan mencatat
Mencatat janji-janji kita kepada Allah SWT., mencatat dosa-dosa yang akan ditinggalkan, mencatat inspirasi kebaikan, ide-ide kebangkitan dan perbaikan diri, keluarga dan Ummat.
- I’tikaf itu memerlukan aktifitas pembersihan penyakit hati
Pembersihan secara sungguh-sungguh dalam mencuci hati dari Syirik, takabbur, hasad, sangka buruk, pemarah, pendendam, cinta dunia berlebihan, kemalasan belajar Islam, kemalasan beribadah, benci kepada sesama muslim, cinta dosa, kagum kepada ahli dosa, penyakit dan kotoran hati lainnya.
Ibadah sedikit secara istiqomah sangat berbeda dengan ibadah sekali dengan kuantitas lebih. Hal yang membedakan adalah niatnya, jika kita beribadah istiqomah maka lebih bagus dihadapan Allah SWT dari pada yang kuantitasnya banyak tetapi hanya sekali dilakukan. Semoga ibadah kita yang lainnya pun dapat istiqomah. Amiin (arn/smn)
Sumber: Ustad Muhammad Sholeh Drehem