Jaminan Iman

Jaminan Iman

Jaminan Iman
(Foto: Minasnews.net)

Suaramuslim.net – Dalam episode kehidupan ada rayuan untuk berhenti berjuang atau kembali ke titik awal perjalanan. Namun di sinilah niat dan tekad kita teruji, sekuat apa kita bertahan dalam derasnya ujian dan tempaan kehidupan.

Rajjal Unfuah, sahabat nabi yang sudah menghafal ribuan hadits dan ayat Al Quran, dipuji oleh Abu Bakar, dipilih oleh Abu Bakar untuk menjadi delegasi sunnah, mendakwahkan Islam kepada Musailamah al-Kadzab seorang nabi palsu. Namun justru dia yang masuk rayuan Musailamah al-Kadzab, menjadi pengikutnya dan akhirnya meninggal dalam keadaan murtad.

Ulama’ Barsisha yang terkenal sebagai ahli ibadah hingga tak ada satu orang pun yang bisa menandingi, shalat, puasa dan wiridnya. Suatu malam ia menemukan seseorang yang ternyata ibadahnya lebih banyak dari pada dirinya. Ia pun bertanya apa rahasinya. Dijawablah oleh syetan yang sedang menjelma sebagai ahli ibadah itu, bahwa kekuatan ibadahnya dikarenakan masa lalunya yang penuh kemaksiatan. Maka jika Barsisha ingin sekuat dirinya, Barsisha pun juga harus melakukan sebuah kemaksiatan agar tumbuh sebuah penyesalan dalam dirinya. Lalu berawal dari minuman keras yang diteguk Barsisha, yang beliau kira sebagai dosa ringan muncullah kemaksiatan-kemaksiatan lain, berzina hingga membunuh wanita yang dizinainya. Diakhir hayatnya pun syetan tak henti-hentinya menggoda. Janjinya yang semanis madu, bahwa Barsisha akan lepas dari tiang gantungan jika mau tunduk kepadanya adalah palsu. Barsisha mati dalam keaadaan tunduk kepada syetan yang dia harapkan bisa membantunya. Sirnalah semua amal ibadahnya.

Dikisahkan pula pada zaman Nabi Musa ada seorang laki-laki dari Bani Israil yang perbuatan maksiatnya sudah melampaui batas. Setiap hari yang dia lakukan adalah bermaksiat dan selalu mendzalimi orang di sekitarnya.

Suatu ketika laki-laki tadi meninggal, dan karena semasa hidupnya dia selalu mendzalimi orang lain dan selalu berbuat maksiat, akhirnya orang-orang di sekitarnya hanya membiarkannya dan menelantarkannya.

Kemudian, Allah subhanahu wa ta’ala memberi wahyu kepada nabi Musa agar memandikan dan menshalati mayat dari laki-laki tersebut, dikarenakan Allah sudah memberi ampunan kepada laki-laki tersebut. Nabi Musa  merasa heran setelah mendapat wahyu tersebut. kemudian Nabi Musa pun bertanya kepada Allah, ”Ya Allah, sebab karena apakah Engkau mengampuninya?”

Allah berfirman, ”Karena dia membuka kitab taurat, dan dia menemukan nama Muhammad di dalamnya. Dia merangkulinya (menciuminya) kemudian dia bershalawat kepada Muhammad, setelah itu aku mengampuninya.”

Seorang yang pernah membunuh seratus orang pun juga, mendapat ampunan dari Allah lantaran niatnya untuk meninggalkan kampung yang penuh kemaksiatan, berpindah kepada kampung orang-orang beriman. Dan bahkan ampunan itu turun sebelum ia sampai ke tempat yang dituju. Saat ajal menjemput, Allah sudah mengampuni semua dosa-dosanya.

Dari kisah-kisah di atas kita dapat mengambil hikmah, bahwa kita tidak akan tahu akhir dari riwayat hidup seseorang, apakah dia khusnul khotimah ataukah su’ul khotimah. Tak ada yang mampu menjamin keimanan seseorang. Dan yang paling mampu dan berhak menghakimi dosa dan kesalahan semua manusia hanyalah Allah subhanahu wa ta’ala yang Maha Segala-galanya.

Tarbiah memang bukan segalanya, tapi dengan tarbiahlah kita bisa mendapatkan segalanya. Karena di sanalah kita mengeksplor berbagai potensi diri dan mengarahkannya untuk kemajuan Islam.

Istiqomah itu ujian. Karena Allah ingin melihat sejauh mana kita bertahan di dalamnya. Futur itu ujian. Karena Allah ingin melihat upaya kita untuk keluar darinya. Sabar itu ujian. Karena Allah hendak menguji seberapa kuat kita menjaganya dalam diri ini. Marah itu ujian. Karena Allah hendak menguji semampu apa kita menahan diri. Lelah itu ujian. Karena Allah telah membedakan kita dengan mereka yang lalai.

Wallahu a’lam bishawab.

Like this article?

Share on Facebook
Share on Twitter
Share on WhatsApp
Share on Telegram

Leave a comment