Suaramuslim.net – Menuju tangga takwa ke-30 di penghujung Ramadan nanti insyaallah, apakah pada hari ke-8 ini peringkat iman dan takwa kita sudah sampai tangga 8 juga?
Berapa persen kah yang sudah tercapai, sampai hari ini, di antara target-target pengistimewaan bulan teristimewa dengan amal-amal ibadah ritual, sosial, dakwah, kepedulian dan lain-lain yang telah kita canangkan sejak sebelum atau awal Ramadan? Atau kah jangan-jangan ada yang justru lupa mencanangkan target apa pun untuk Ramadan terspesial kali ini?
Dari dosa-dosa kita yang menumpuk bahkan menggunung, sudah berapa banyakkah kira-kira yang kita cukup optimis telah terhapus dan terampunkan dengan taubatan nashuha yang telah kita mujahadahkan sampai hari ini?
Sudah berapa banyakkah air mata istigfar yang telah tumpah dalam munajat dan khalwat kita sampai saat ini? Ataukah jangan-jangan ada yang justru masih belum cukup peka iman untuk bisa merasa dan menyadari banyaknya dosa yang telah dilakukannya, sehingga waktu-waktu mustajab pun dilewatkan sia-sia begitu saja?
Apa kabar hati dan jiwa? Sudah sebersih apakah ia di hari ke-8 ini dari noda-noda pekat yang biasa mengotorinya? Seperti kemunafikan, kefasikan, kemaksiatan, kebid’ahan, kedengkian, kebencian, permusuhan dan lain sebagainya.
Sudah seberapa signifikan kira-kira peningkatannya dalam upaya naik dari jurang terendah an-nafsul ammarah bis-suu’ (jiwa pendikte kejahatan) melewati tangga an-nafsul musawwilah (jiwa penghias keburukan dengan kebaikan), demi menuju minimal peringkat an-nafsul-lawwamah (jiwa penegur dan penasihat), lebih-lebih derajat puncak an-nafsul-muthmainnah (jiwa yang damai dan tenang penuh iman)?
Lalu bagaimanakah hakikat kondisi diri kita di bulan satu-satunya ini di mana seluruh pintu surga dibuka blak-blakan selebar-lebarnya dan seluruh pintu neraka digembok sekuat-kuatnya?
Apakah benar-benar telah terkonfirmasi bahwa, kita memang termasuk dalam golongan para pecinta dan perindu surga sejati? Apa buktinya? Jadi berapakah kira-kira di antara pintu-pintunya yang terbuka itu di mana secara jujur kita telah berupaya sungguh-sungguh memasukinya?
Ataukah masih ada yang, dari sikapnya, seolah-olah justru tetap saja enggan masuk surga, dan seolah-olah malah lebih memilih “menunggu” dibukanya kembali pintu-pintu neraka selepas Ramadan nanti? Na’udzu billah!
Ramadan adalah momentun perubahan dan pelejitan potensi. Nah, sudah sesignifikan apakah perubahan yang telah terwujud, sampai hari kedelapan ini, dalam upaya pelejitan potensi diri menuju terbentuknya pribadi mukmin dan mukminah yang lebih bermartabat, lebih berkapasitas, lebih berkualitas, lebih berkompetensi, lebih berdedikasi dan lebih mumpuni.
Tentu masing-masing sesuai bidang potensi, misi dan peran tertentu dalam kehidupan yang telah disiapkan oleh Allah Ta’ala untuknya!
Mari terus saling mengingatkan. Mari terus saling memotivasi. Mari terus bermujahadah. Mari terus bermuhasabah. Mari terus ber-fastabiqul khairat. Mari terus berupaya memberi bukti sesuai kondisi masing-masing bahwa, doa “Allahumma ballighna Ramadhan” yang biasa kita lantunkan itu bukanlah doa pura-pura! Tapi doa yang sebenar-benar doa. Dan sekaranglah pembuktiannya. Maka sebisanya janganlah ada sedetik pun, semenit pun, sejam pun, sehari pun dan semalam pun dari bulan termulia ini, yang sampai berlalu sia-sia begitu saja tanpa makna!!!
Amin allahumma amin ya Rabbal ‘alamin, birahmati-Ka ya Arhamar rahimin, wa ya Akramal akramin!