Suaramuslim.net – Sering kita jumpai, orang datang ke masjid untuk beribadah, namun di luar masjid kelakuannya sangatlah bertolak belakang. Itulah sebabnya muslim harus mempelajari dengan benar tentang akhlak, karena salah satu tujuannya agar kita tidak memisahkan antara akhlak dan ibadah. Atau bila kita pakai istilah yang lebih populer “menghindari pemisahan antara agama dan dunia (sekulerisme)”.
Dikotomi yang populer belakangan ini adalah pemikiran hidup “agama ada dalam masjid, sementara untuk kehidupan, akan bekerja sebagaimana yang mereka kehendaki.” Atau anda pernah menjumpai pendapat yang mengatakan “jangan campur adukkan urusan agama dan urusan sehari-hari.”
Dikotomi seperti ini sangat bertentangan dengan Islam. Islam itu satu kesatuan utuh. Ajarannya satu sama lain saling melengkapi. Maka jangan heran terhadap seseorang yang beribadah, kemudian di lain waktu Anda menjumpai akhlaknya sama sekali tidak mencerminkan ajaran Islam.
Kesalahan fatal
Pemisahan antara akhlak dan ibadah telah melahirkan dua tipe manusia. Pertama , hamba yang buruk akhlaknya. Kedua, hamba yang baik akhlaknya, tapi buruk ibadahnya. Anda akan sering menjumpai orang-orang yang bersifat amanah dan jujur, tetapi mereka tidak sholat.
Pada kesempatan lain, Anda juga akan menjumpai orang-orang yang rajin ibadahnya, tetapi buruk akhlaknya. Itulah dua contoh yang sangat tidak terpuji. Keduanya bukan dari Islam. Semoga kita bukan termasuk golongan muslim yang seperti ini.
Perhatikanlah dua hadist berikut ini, Rasulullah saw. bersabda,
“Demi Allah ia tidak beriman, demi Allah ia tidak beriman, demi Allah ia tidak beriman’. Para sahabat bertanya, ‘Siapakah mereka wahai Rasulullah?’ Rasulullah menjawab, ’Orang yang tidak dapat menyimpan rahasia kejelekan tetangganya’”. (HR. Muslim)
Banyak orang berbondong-bondong mendatangi Rasulullah saw. Mereka bertanya, “Wahai Rasulullah Fulanah menjadi buah bibir karena rajin shalatnya, puasanya dan zakatnya padahal ia menyakiti para tetangganya.” Rasulullah saw. menjawab, “Tempatnya di neraka.” Kemudian disebutkan pada Nabi wanita lainnya yang juga menjadi buah bibir karena sedikit sholatnya, puasanya dan zakatnya sedangkan ia tidak pernah menyakiti para tetangganya. Maka Nabi saw. menjawab, “Tempatnya di surga.” (HR. Ahmad)
Khusus untuk hadist yang ke dua ini kita harus cermat, bukan berarti ini mengajarkan untuk meminimkan ibadah. Namun justru kita harus memahaminya secara luas. Jangan memperbaiki satu sisi kemudian meninggalkan sisi lainnya. Ingatlah tidak ada pemisahan antara ibadah dan akhlak.
Bukalah mushaf Anda, di dalam Al Quran Anda akan menemukan sebuah kejutan yang dapat menjadi pelipur jiwa dan penenang hati. Ketika Allah berbicara tentang sifat-sifat orang mukmin yang berakhlak mulia, lihatnya perpaduan antara akhlak dan ibadah dalam terjemah surah Al Mukminun berikut ini, akan kami berikan keterangan mana yang akhlak dan ibadah pada masing-masing ayatnya.
“Sesungguhnya beruntunglah orang-orang yang beriman, (yaitu) orang yang khusyu’ dalam sholatnya (ibadah), Dan orang-orang yang menjauhkan diri dari (perbuatan dan perkataan) yang tiada berguna (akhlak), Dan orang-orang yang menunaikan zakat (ibadah), Dan orang-orang yang menjaga kemaluannya (akhlak),Kecuali terhadap istri-istri mereka atau budak yang mereka miliki, maka sesungguhnya mereka dalam hal ini tiada tercela. Barangsiapa mencari yang di balik itu maka mereka itulah orang-orang yang melampaui batas. Dan orang-orang yang memelihara amanat-amanat (yang dipikulnya) dan janjinya, (akhlak), Dan orang-orang yang memelihara sholatnya (ibadah). (QS. Al-Mukminun: 1-9)
Sekarang apakah anda sudah mengetahui sifat orang mukmin sejati? Merekalah yang tidak memisahkan antara akhlak dan ibadah. Semoga Allah menambah keimanan dan kebaikan akhlak kita semua. Amin. Wallahu a’lam.
Kontributor: Siti Aisy*
Editor: Oki Aryono
*Script writer dan audio editor