Jangan Putus Asa pada Dosamu

Jangan Putus Asa pada Dosamu

Suaramuslim.net – Dosa itu seperti debu di kaca. Dan taubat serta amalan kebaikan merupakan kain lap pembersih kaca tersebut. Sehingga putus asa dari dosa merupakan perbuatan tercela.

Tobat

Ketika ada yang bertanya, apakah dosaku diampuni oleh Allah? Tentu berikan saja jawaban. Bisa. Bukankah Allah sudah memberi jalan. Baik dari Al Quran maupun hadits.

“Sesungguhnya Allah Maha Penerima taubat lagi Maha Penyayang.” (QS Al Baqarah: 37)

Ayat di atas merupakan lampu hijau dari Allah jika akan menerima taubat hambanya. Sebesar apapun dosa yang dia miliki. Baik itu dosa badan maupun dosa batin. Dosa yang nampak maupun tak nampak (oleh mata).

“Dan Dialah (Allah) yang menerima taubat dari hamba-hambaNya dan memaafkan kesalahan-kesalahan dan mengetahui apa yang kamu kerjakan.” (QS. Asy-Syura:25)

Semua dikerjakan manusia tidak akan selamanya lurus. Kadang bahkan sering terjatuh kepada kesalahan (dosa). Jika mau kembali kepada Allah dengan tobat tentu Allah akan menerima tobat tersebut. Sikap percaya diri ini yang ditanam dalam hati.

Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda, ”Bahwa Allah membentangkan tangan-Nya di malam hari untuk menerima taubat orang-orang yang berbuat jelek di siang hari dan membentangkan tangan-Nya di siang hari untuk menerima taubat orang-orang yang berbuat jelek di malam hari sehingga matahari terbit dari arah barat.” (HR Muslim).

Begitu luas rahmah Allah ini seharusnya menumbuhkan rasa optimis bagi hati seorang hamba. Tidak ada alasan berhenti untuk bertaubat dari dosa yang banyak. Hingga setan merasa bosan dengan taubat yang dilakukan.

Adapun tata cara taubat tidak harus dengan salat (salat taubat). Fleksibel. Bisa dengan berdoa bisa juga dengan dzikir. Jika dilakukan semua maka itu lebih baik.

Syarat tobat sendiri ada tiga jika kaitan dengan Allah dan ditambah satu dengan sesama manusia. Pertama, berhenti dari melakukan maksiat yang dilakukan. Dua, menyesali dari apa yang dilakukan. Tiga, bertekad untuk tidak mengulagi lagi. Empat, meminta maaf jika ada punya salah kepada manusia yang lain.

Syarat di atas bukan berarti dipahami secara kaku. Artinya, berhenti dari melakukan maksiat yang dilakukan pada waktu itu. Jika di waktu lain melakukan lagi (maksiat) maka tidak mengapa untuk bertobat lagi.

Jika dipahami hanya satu kesempatan tobat, maka akan banyak manusia putus asa dari rahmahnya Allah. Rasa menyesal tetap ada. Meskipun merasa belum mampu untuk berhenti.

 Amal Kebaikan

Kebaikan bisa menghapus dosa. Dosa-dosa yang dalam taraf kecil. Dosa kecil tapi terlalu sering bisa menumpuk dan jadi dosa besar.

“Sesungguhnya kebaikan itu menghapuskan keburukan, yang demikian itu adalah peringatan bagi orang-orang yang ingat.” (QS Hud: 114)

Kebaikan menghapus keburukan bagi mereka yang mengingat Allah dalam setiap tempat, waktu dan keadaan. Sesuai dengan keadaan orang yang bertakwa. Selalu ingat dengan Allah dalam mengharap maghfirah-Nya.

Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda, ”Bertakwalah kepada Allah di manapun kamu berada, ikutilah kejelekan dengan kebaikan yang menghapusnya dan bergaullah dengan sesama manusia dengan akhlak (perangai/perilaku) yang baik.” (HR Tirmidzi dan Ahmad).

Kejelekan diikuti dengan kebaikan. Sehingga bisa dikatakan satu kejelekan satu kebaikan. Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda, ”Kebajikan itu adalah budi pekerti yang baik, dan dosa itu adalah segala sesuatu yang menggelisahkan perasaanmu dan yang engkau tidak suka bila dilihat orang lain.” (HR Muslim).

Kebaikan menghasilkan pahala yang bisa menggelontor dosa dari keburukan yang dilakukan. Seperti jeruk nipis menggelontorkan kolesterol. Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda, ”Dan ikutilah keburukan itu dengan kebaikan karena (pahala) kebaikan itu dapat menghapuskan (dosa) keburukan.” (HR Ahmad, Tirmidzi dan Tabrani).

Kebaikan banyak macamnya. Bisa dari sedekah sampai sekadar berkata yang baik. Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda, ”Sedekah dapat menghapus dosa sebagaimana air memadamkan api.” (HR Tirmidzi).

Dalam hadits yang lain, ”Sesungguhnya termasuk sebab mendapatkan ampunan adalah memberikan salam dan berkata baik.” (HR Al Kharaithi)

Semoga bermanfaat.

Like this article?

Share on Facebook
Share on Twitter
Share on WhatsApp
Share on Telegram

Leave a comment