Suaramuslim.net – Salah satu bentuk kesuksesan Nabi Muhammad shallallahu ‘alaihi wasallam selama 23 tahun adalah keberhasilannya dalam bidang kaderisasi pemuda. Usia pontensial ini tidak dibiarkan berlalu tanpa arti. Mereka dibidik, dikembangkan, bahkan disiapkan media untuk pengembangan diri.
Tidak berlebihan jika beliau pernah mengatakan, “Sebaik-baik generasi adalah pada masaku”. (HR. Bukhari)
Suatu masa gemilang yang kebanyakan diisi oleh pemuda-pemuda cemerlang dan brilian yang berkontribusi besar dalam suksesi dakwah Islam ke seantero alam.
Untuk mengetahui bagaimana keberhasilan Nabi shallallahu ‘alaihi wasallam, maka akan disebutkan beberapa segmen beserta contoh sahabat yang menonjol di dalamnya. Mudah-mudahan bisa diteladani, khususnya oleh para-para tokoh Islam. Paling tidak ada lima segmentasi tanpa bermaksud membatasi- yang akan dikupas dalam tulisan ini: Pertama, pemimpin kaliber negara. Kedua, ulama. Ketiga, militer. Keempat, ekonomi. Kelima, dakwah.
Dalam bidang kepemimpinan setingkat kepala negara, ada sosok Abu Bakar, Umar, Utsman, dan Ali. Keempat sahabat ini memang memiliki potensi-potensi besar dalam memimpin negara. Pasca meninggalnya nabi, semuanya secara berurutan menjadi Khalifah bagi umat Islam. Di bawah kepemimpinan keempat khilafah ini, Islam bukan saja semakin tersebar luas dan disegani, tapi juga menjadi embrio bagi peradaban Islam yang akan menjadi soko guru bagi peradaban dunia.
Adapun dalam bidang keulamaan, Mahmud Thahhan dalam Taisîr Mushthalah al-Hadits (2004: 244-245) menyebutkan dua kategori: ulama hadits dan ahli hukum. Yang paling banyak meriwayatkan hadits misalnya: Abu Hurairah (5374 hadits), Ibnu Umar (2630), Anas bin Malik (2286), Aisyah (2210), Ibnu Abbas (16160) dan Jabir bin Abdullah (1540). Rata-rata ulama hadits ini selain Abu Hurairah- ketika masuk Islam masih berusia muda.
Sedangkan sahabat yang diakui dan dikenal sebagai ahli hukum sehingga banyak mengeluarkan fatwa ada enam orang: Umar bin Khattab, Ali bin Abi Thalib, Ubay bin Kaab, Zaid bin Tsabit, Abu Darda, Ibnu Masud. Kebanyakan dari mereka pun, tatkala masuk Islam masih berusia muda.
Pada bidang militer, Nabi Muhammad shallallahu ‘alaihi wasallam juga sangat perhatian terhadap potensi pemuda. Contohnya seperti saat meletus Perang Badar, beliau mengijinkan Muadz bin Amru bin Jamuh (berusia 13 tahun) dan Mu’awwidz bin ‘Afra (berusia 14 tahun). Meski masih sangat muda, tapi karena punya talenta dalam bidang militer, keduanya diizinkan nabi turut berkontribusi di medan tempur. Gembong musyrik, Abu Jahal tumbang oleh kedua pemuda ini.
Tak kalah mengharukan dari kedua pemuda tersebut, adalah Umair bin Abi Waqash (saudara Saad bi Abi Waqash) yang masih berusia 16 tahun, ikut perang Badar sambil sembunyi-sembunyi karena khawatir ditolak Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam karena usianya masih muda. Cita-cita pemuda ini satu: syahid di jalan Allah. Pada akhirnya ia dijumpai oleh Saad, dan ia mengutarakan maksud luhurnya kemudian diberi izin Rasulullah karena memiliki kemampuan di bidang militer.
Belum lagi Utsamah bin Zaid. Pemuda potensial ini sebelum Nabi meninggal dunia, diutus Rasulullah sebagai panglima perang menuju Syam. Bayangkan, usianya pada waktu itu baru 18 tahun. Disuruh memimpin sahabat sekaliber, Abu Bakar, Umar dan Utsman. Walaupun ekspedisi ini ditunda akibat wafatnya Nabi, tapi pada masa kekhilafaan Abu Bakar, ekspedisi ini berlanjut dan mendapatkan kesuksesan gemilang.
Dalam bidang ekonomi misalnya, ada sosok seperti Utsman bin Affan (masuk Islam pada usia 28) dan Abdurrahman bin Auf (masuk Islam pada usia 30 tahun). Kedua sahabat ini adalah pebisnis sukses yang berkontribusi besar secara ekonomi dan finansial. Saat hijrah ke Madinah, Abdurrahman bin Auf adalah sosok yang berjasa besar dalam membantu Nabi menciptakan pasar sendiri agar terlepas dari hegemoni ekonomi Yahudi.
Bidang dakwah pun tidak lepas dari kaderisasi nabi. Figur seperti Shuhaib bin Sinan Ar-Rumi (diutus ke Madinah pada usia tiga puluhan ke atas), Muadz bin Jabal (diutus dakwah ke Yaman pada usia 18 tahun), Jafar bin Abi Thalib adalah sosok yang pernah diutus menjadi ketua dalam hijrah ke Habasyah yang kedua. Dalam kesempatan itu, sepupu nabi ini mampu menyampaikan dakwah dengan baik sehingga membuat Najasyi jatuh hati pada Islam, dan membuat utusan kafir Qurays gagal total.
Sebenarnya, selain kelima hal di atas, masih banyak bidang atau segmen yang digarap nabi untuk mengkader pemuda, karena tidak mungkin disebutkan semua pada tulisan ini. Yang jelas, para pemuda menjadi salah satu prioritas kaderisasi. Dan sebagai kader, mereka telah menunjukkan potensi terbaiknya untuk Islam.
Ini tak mengherankan karena beliau pernah bersabda, ada lima hal yang perlu dimanfaatkan dengan baik sebelum datangnya lima hal lain, di antaranya, (manfaatkan) masa mudamu, sebelum masa tuamu. (HR. Abu Syaibah)
Rasulullah pun memanfaatkan masa mudanya dengan sangat baik. Lebih dari itu, para pemuda di kalangan sahabat juga dikader dengan sangat serius, sehingga tidak heran sepeninggal beliau mereka menjadi lakon-lakon atau subyek-subyek yang mengubah peradaban dunia. Wallahu alam.
Kontributor: Mahmud Budi Setiawan, Lc*
Editor: Oki Aryono
*Tim Konten AQL Islamic Center (Pimpinan Ustadz Bachtiar Nasir), alumnus Univ. Al Azhar Mesir