Kapan harus mengikutkan anak psikotes?

Kapan harus mengikutkan anak psikotes?

Artikel ini disarikan dari program Mozaik Suara Muslim Radio Network.

Suaramuslim.net – Psikotes menjadi tes yang digunakan untuk mengetahui fungsi kognitif maupun emosional seorang individu. Tujuan dari psikotes pun bermacam-macam. Seperti digunakan untuk recruitment karyawan, mengetahui minat bakat, dll.

Pasti di antara kita sudah tidak asing lagi bila ke toko buku dan melihat buku tips and trik sukses psikotes, analisis psikotes, dsb.

“Sebenarnya, mempelajari soal-soal psikotes itu adalah kesalahan yang fatal.  Karena nantinya, jawaban dari psikotes itu tidak sesuai dengan kepribadian kita,” ujar Psikolog Meutia Ananda dalam program Mozaik Radio Suara Muslim Surabaya 93.8 FM, Sabtu (24/7/21).

Psikolog pun juga nantinya akan mengetahui bila jawaban tersebut dipelajari. Karena akan ada banyak indikator dan alat validasi lain yang digunakan psikolog untuk melihat potensi dan karakter asli seseorang.

“Sedangkan yang bocor di toko buku itu hanya satu sisi saja. Maka, akan terlihat bila jawaban kita tidak konsisten, atau telah dipelajari sebelumnya,” imbuh dosen UIN Sunan Ampel Surabaya ini.

Oleh karena itu, lanjutnya, akan lebih baik bila kita melakukan psikotes dengan sepenuh hati, jujur, konsentrasi, dan menyiapkan mental dan fisik sebelumnya.

Hasil psikotes dengan efektifitas kerja seseorang nantinya juga sangat berpengaruh. Psikotes itu adalah gerbang dan penjamin bahwa ketika kandidat karyawan yang masuk tidak akan merugikan perusahaan lebih jauh lagi.

Untuk siswa maupun anak-anak, ketika dapat hasil psikotes yang kurang baik, maka sedini mungkin orang tua harus tahu. Segera distimulasi lebih lanjut.

Tidak perlu khawatir dan cemas, selagi anak kita masih dalam fase perkembangan. Karena masa-masa perkembangan anak itu masih fluktuatif, masih bisa naik turun. Tergantung stimulasi orang tua.

Sebenarnya psikotes tidak terlalu diperlukan bila tidak ada tujuan tertentu. Selagi orang tua bisa mengobservasi anaknya, sang anak masih bisa berpendapat, bermain, dan bersosialisasi tidak perlu melakukan psikotes.

“Memberikan pendampingan pola asuh, dan menstimulasi anak setiap hari itulah yang terpenting, daripada psikotes itu sendiri,” jelas Meutia.

Namun ketika ada satu tujuan, seperti anak memiliki indikasi keterlambatan di suatu bidang, atau ingin mengetahui minat bakat. Boleh untuk datang ke psikolog dan konseling untuk mengetahui apa yang harus dilakukan.

Potensi manusia 25 persen dipengaruhi faktor genetik, sedangkan 75 persennya dari faktor lingkungan. Bagaimana ia tumbuh, dia memperoleh pembelajaran dll. Maka stimulasi dan pola didik kepada anak ini sangat penting.

Bila dibandingkan, anak yang biasa saja tapi mendapatkan stimulasi, mendapatkan pendidikan, hidup bahagia. Optimalisasinya akan lebih bagus daripada anak yang terlahir pintar, namun tidak diberi pendampingan dan stimulasi.

Untuk orang tua yang memiliki putra putri yang masih di masa tumbuh kembang, yang perlu dijadikan perhatian adalah asupan tiap hari, baik asupan gizi ataupun asupan bagi otak.

Fokus pada perkembangannya. Ketika ingin melakukan identifikasi, harus dikonselingkan pada psikolog yang tepat. Tetapi pada saat melakukan psikotes harus ada tujuan yang pasti dan jelas.

Kontributor: Sarah Syahida
Editor: Muhammad Nashir

Like this article?

Share on Facebook
Share on Twitter
Share on WhatsApp
Share on Telegram

Leave a comment