Suaramuslim.net – Perkembangan ilmu pendidikan menemukan bahwa manusia mempunyai beragam kecerdasan. Dari banyak kecerdasan itu, yang paling jarang dibahas adalah kecerdasan intuisi, apa dan bagaimana itu?
Kecerdasan intuisi dibentuk oleh naluri intuisi seseorang. Pemikiran-pemikiran cerdas lahir dari kecedasan ini, berani berbeda dengan pemikiran banyak orang. Kadang pemikiran itu belum bisa dijelaskan dengan logika manusia pada umumnya, tetapi logika berpikir itu akan dapat dipahami dikemudian hari.
Di dalam kamus on-line Wikipedia, Intuisi adalah istilah untuk kemampuan memahami sesuatu tanpa melalui penalaran rasional dan intelektualitas. Sepertinya pemahaman itu tiba-tiba saja datangnya dari dunia lain dan di luar kesadaran.
Misalnya saja, seseorang tiba-tiba saja terdorong untuk membaca sebuah buku. Ternyata, di dalam buku itu ditemukan keterangan yang dicari-carinya selama bertahun-tahun. Atau misalnya, merasa bahwa ia harus pergi ke sebuah tempat, ternyata di sana ia menemukan penemuan besar yang mengubah hidupnya. Namun tidak semua intuisi berasal dari kekuatan psikis.
Dalam sebuah penelitian menunjukkan bahwa orang-orang yang berada dalam puncak kesuksesan adalah orang yang memiliki indera ke-enam. Sebagaimana kecerdasan intuisi yang tidak semua orang memilikinya, tentu hal ini menjadi faktor penunjang keberhasilan dan kesuksesan karier mereka. Karena tidak jarang, kemampuan intuisilah sebagai penentu keputusan yang mereka ambil.
Intuisi dalam bahasa sederhana bisa diartikan getaran hati (jiwa) akan sesuatu hal (causalitas) yang dihadapi atau yang akan terjadi. Getaran hati atau mungkin bisa juga diartikan “perasaan” akan sesuatu (itu) muncul atau terasa. Akal (sehat) berpikir dan berbicara (sehat) akan membuat hati/perasaan sehat (tenang) begitupun sebaliknya.
Mengoptimalkan Kecerdasan Intuisi
Bambang Sutiyoso (2008) memaparkan bahwa ada beberapa hal yang bisa dilakukan terhadap intuisi untuk mengoptimalkan kecerdasan intuisi, yaitu:
- Bedakan intuisi dari angan-angan muluk.
Jika ingin memakai intuisi, coba tanyakan pada diri sendiri, apakah diri dipengaruhi oleh pikiran dan harapan yang muluk atau sekedar perkiraan semata? Lebih baik jika mengandalkan intuisi secara objektif. Artinya intuisi itu berdasarkan perkiraan yang didukung data-data.
- Bedakan intuisi dan keinginan pribadi.
Seringkali seseorang mencampuradukkan intuisi dengan keinginan pribadi. Misalnya, memperkirakan kesuksesan suatu penelitian hanya karena gagasan penelitian tersebut adalah ide sendiri. Hindari perkiraan semacam ini. Seseorang boleh saja yakin untuk melakukan suatu penelitian, namun karena penelitian tersebut benar-benar layak dilakukan dan berkualitas.
- Jangan campur intuisi dan emosi pribadi.
Perkiraan yang didasarkan emosi pribadi jelas tidak obyektif. Contoh kasus, pelaku bisnis di Inggris terus mempertahankan suatu produk hanya karena penghuni istana Buckingham masih suka memakai produk itu, sementara masyarakat umum sudah tidak menyukainya sama sekali. Hal seperti inilah yang harus dihindari.
- Jangan memakai intuisi secara terburu-buru.
Kadang intuisi memang muncul secara mendadak, namun jangan keburu menggunakannya sebagai langkah pengambil keputusan atau tindakan. Intuisi itu tetap memerlukan kelayakan uji coba untuk menghindari penilaian yang terlalu dini. Inilah yang sering terjadi pada siswa di kelas. Memakai intuisi secara buru-buru tanpa pertimbangan apakah sudah tepat atau tidak untuk dijadikan tindakan. Hingga muncullah ceplosan yang terkadang berada di luar kajian pembelajaran dari siswa tersebut.
- Jangan enggan menguji.
Seberapapun canggihnya intuisi, pertimbangkan untuk menguji kelayakan intuisi itu. Jangan terlalu saklek oleh satu intuisi tanpa pertimbangan lain.
- Seringlah melakukan dzikir “Laa ilaha illallah”
Dzikir “Laa ilaha illallah” dengan penghayatan khusuk, dan mengingat kebesaran Allah subhanahu wa ta’ala yang menciptakan bumi dan seisinya ini. Dan yakinlah bahwa Allah pasti akan membantu, jika Anda mempercayai-Nya.
Ingatlah firman Allah di sebuah Hadits ini, “Aku adalah sebagaimana yang diprasangkakan (dipikirkan) hamba-Ku kepada-Ku”. Jadi berprasangka baik merupakan sebuah keniscayaan untuk bagi seorang muslim.
Kedekatan dengan Sang Maha Pencipta inilah cara paling ampuh meningkatkan kecerdasan intuisi kita.
Rasulullah pernah bersabda, “Hati- hatilah dengan firasat orang yang beriman, karena dia melihat dengan cahaya Allah.”
“Sesungguhnya pada peristiwa itu terdapat tanda-tanda bagi orang–orang yang “ Al Mutawassimin.” (QS Al Hijr: 75).
Al Mutawasimin menurut pengertian ulama adalah orang-orang yang mempunyai firasat, yaitu mereka yang mampu mengetahui suatu hal dengan mempelajari tanda-tandanya.
Kontributor: Yetty
Editor: Muhammad Nashir