Suaramuslim.net – Kesulitan yang dialami manusia merupakan tantangan sekaligus ujian. Apakah dengan kesulitan akan menjadikan mulia atau hina. Allah mengangkat atau menurunkan derajat seorang hamba dengan menghadapkan pada suatu persoalan. Persoalan akan membuat manusia matang atau kekanak-kanakan. Manusia seringkali putus asa atau lari darinya. Padahal persoalan merupakan tangga menaikkan derajat manusia.
Allah menjanjikan ketika manusia sabar dalam menghadapi kesulitan, maka akan muncul berbagai kemudahan. Tidak sedikit seseorang yang berhasil melewati kesulitan, berbuah kemuliaan.
Ulul ‘Azmi bisa dijadikan sebagai sosok manusia mulia karena lolos menghadapi berbagai tangga ujian. Sebagai utusan Allah mereka dijadikan teladan sekaligus sebagai rujukan ketika ingin menjadi manusia unggul.
Kesulitan adalah sebuah sunnatullah
Kesulitan merupakan sunnatullah bagi manusia yang hidup di dunia. Allah menghadapkan manusia dengan satu persoalan, tidak lain untuk menguji guna menaikkan atau menurunkan derajatnya. Ketika manusia berhasil menghadapi kesulitan, maka Allah akan memudahkannya. Sebaliknya, ketika tidak tegar menghadapi ujian, maka kehinaan akan menimpanya.
Putus asa atau lari seringkali diambil oleh kebanyakan manusia ketika menghadapi persoalan. Ketika putus asa, maka persoalan itu bukan selesai, namun berlarut-larut dan berdampak negatif pada dirinya. Sebaliknya bagi mereka berhasil menghadapi kesulitan, maka mereka akan mendapat berbagai macam kebaikan.
Setelah kesulitan akan muncul kemudahan merupakan jaminan Allah. Persoalan itu pada hakikatnya kecil, dan pasti akan selesai. Hal itu bila manusia melakukan berbagai usaha dan upaya untuk menyelesaikannya. Allah menunjukkan bahwa setelah kesulitan akan lahir kemudahan yang berbuah kebaikan yang banyak.
اِنَّ مَعَ الْعُسْرِ يُسْرًا فَاِ نَّ مَعَ الْعُسْرِ يُسْرًا
“Maka sesungguhnya bersama kesulitan ada kemudahan, “sesungguhnya bersama kesulitan ada kemudahan.” (Q.S. Al-Insyirah: 6).
Dalam ayat ini, Allah mengulang dua kata dalam satu narasi. kalimat “Bersama kesulitan ada kemudahan” sengaja diulang secara berurutan. Bahkan Allah menggunakan kata الْعُسْر yang berarti hanya satu atau sedikit persoalan. Dan setelah kata الْعُسْر itu, Allah menyambung dengan kata يُسْرًا hal itu menunjukkan bahwa setelah manusia berhasil menghadapi satu kesulitan, maka akan muncul banyak kemudahan.
Kesulitan itu hanya sebentar, tidak lama, dan setelah itu muncul kemudahan yang mendatangkan kebahagiaan.
Apa yang dialami Nabi Muhammad bisa dipakai sebagai contoh, ketika beliau berdakwah menghadapi kesulitan seperti cemoohan dan perlawanan dari para pembesar Quraisy. Menghadapi kesulitan seperti ini, beliau tetap bersabar dan teguh di atas kebenaran. Nabi Muhammad pun tidak putus ada atau lari dari persoalan. Atas kesabaran beliau, maka Allah memberi jalan keluar dengan berbagai kemudahan.
Perjuangan nabi dalam menghadapi satu peperangan dengan peperangan yang lain, berakhir dengan kemenangan gemilang. Ketika sebelum berdakwah, Nabi dipandang remeh, dan terkucil. Namun berkat kesabarannya, Allah mengangkat derajat beliau dengan takluknya negara-negara Jazirah Arab. Bahkan negara-negara besar seperti Persia dan Romawi bisa ditundukkan umat Islam dengan izin Allah.
Kesulitan berbuah kemuliaan
Berani menghadapi kesulitan merupakan kunci selesainya persoalan, dan hal ini akan berakhir dengan kemuliaan. Apa yang dialami oleh Nabi Musa bisa dijadikan contoh. Beliau demikian sabar dan terus berjuang menghadapi kezaliman Fir’aun.
Beliau tetap gigih dalam berjuang meskipun berbagai pendustaan dan penistaan telah diterimanya. Bahkan beberapa mukjizat telah ditunjukkan secara nyata, namun Fir’aun tetap kokoh dalam penyimpangan.
Berubahnya tongkat menjadi ular, telapak tangan nabi Musa keluar cahaya putih, serta mukjizat lain yang jelas-jelas telah disaksikan, namun tetap membuat Fir’aun sombong dan angkuh di atas keyakinannya.
Keteguhan dalam kesombongan untuk menolak kebenaran, membuat Allah bertindak langsung menolong Nabi Musa. Sebagai pencongkak yang tidak pernah letih menolak kebenaran, maka Allah membantu Nabi Musa dengan menenggelamkan Fir’aun dan bala tentaranya.
Dalam menolong hamba-hamba-Nya, Allah tidak langsung mengambil alih seluruh persoalan yang dihadapi manusia, tetapi memberi keleluasaan mereka untuk menghadapinya secara personal. Setelah melihat usaha dan kesungguhan manusia dalam menghadapi kesulitan, maka Allah memberi jalan keluar yang tidak pernah diduga.
Ketika seseorang menghadapi kesulitan ekonomi, maka dia sabar dengan terus berusaha bekerja dengan giat dan tetap memegang amanah. Dia tetap jujur, dan disiplin dalam bekerja, serta tidak lupa menyandarkan nasib hidupnya dengan berharap pertolongan pada Sang Pencipta.
Kesabaran menghadapi kesulitan hidup, dengan tetap bekerja keras dan sungguh-sungguh dengan tetap menjaga hubungan baiknya dengan Allah. Dia istiqamah dalam memegang amanah, beribadah dengan rajin, selalu jujur pada majikannya, atas jerih payahnya itu, maka Allah pun memudahkan jalan hidupnya.
Kerja keras dan kejujurannya mendorong pimpinan perusahaan tempatnya bekerja memberikan jabatan yang layak. Allah membantu dengan membuka hati siapapun yang dikehendaki-Nya untuk memuliakan hamba-Nya.
Ketika kesulitan hidup dibarengi dengan malas bekerja, dan tidak jujur. Bahkan hubungan baik dengan Allah tidak dijaganya, maka dia semakin terpuruk dan persoalan itu menjadi pintu masuk yang akan menghinakan dirinya. Dengan demikian, kesulitan yang dihadapi manusia, akan melahirkan dua hal yakni mulia atau hina.