Ketika Anak “Sibuk” Bertanya

Ketika Anak “Sibuk” Bertanya

Ustazah Hamdiyaturrahmah, Praktisi Pendidikan dan Parenting Sekolah Alam Insan Mulia Surabaya. Foto: Suaramuslim.net

Suaramuslim.net – Setiap orang tua pasti pernah merasakan masa-masa ketika anaknya senang bertanya. Bertanya tentang hal apa saja, yang anaknya ingin tanyakan. Bila jawaban yang diperoleh dirasa belum puas maka anak akan terus bertanya sampai ia benar-benar merasa puas.

Adakalanya orang tua merasa kesal, tidak sabar bahkan bisa memarahi anak kalau bolak-balik bertanya. Atau ada juga yang bilang kalau anaknya itu cerewet atau bawel.

Anak bertanya itu adalah hal wajar dan normal, karena pada masa anak-anak sudah mulai tahu banyak hal. Secara kognitif pastinya apa yang dilihat itu menimbulkan sesuatu yang terkadang pas sesuai bayangannya tetapi terkadang juga tidak, sehingga itu butuh jawaban dari orang di sekitarnya. Dan kalau dia berani bertanya itu adalah point yang sangat positif.

Lalu kapan masanya anak-anak aktif bertanya?

Menurut buku yang diteliti oleh para psikolog sesungguhnya dimulai pada usia 3,5 tahun ke atas. Karena di usia ini anak-anak sudah mampu menangkap sesuatu termasuk apa yang diajarkan oleh orang tua dan itu abstrak.

Di usia sekitar 3,5 tahun ini mereka hanya terlihat dengan ekspresi. Dia tidak akan bisa untuk menyampaikan. Sehingga terkadang anak yang kemampuan komunikasinya mendahului kemampuan-kemampuan yang lain, rasa penasarannya biasanya lebih tinggi.

Semakin banyak yang dia tahu, semakin tinggi pula rasa penasarannya. Dan referensi anak-anak itu sesuai apa yang mereka lihat, bukan yang mereka baca. Sehingga apa yang dilihat kemudian menarik bagi dia, dia pasti akan bertanya. Kalau dia tidak mampu bertanya, biasanya dia akan mendekati, melihat dengan saksama dan disentuh bagi anak-anak yang berani.

Namun, jika anak itu penakut mungkin biasanya hanya dilihat, dipikir, kemudian beralih. Nah, jika ada anak yang seperti itu, seharusnya kita tanya dia terlebih dahulu supaya dia bisa mengungkapkan apa yang dia rasa dan tidak menjadi penghambat komunikasinya kelak.

Bahasa bunda adalah bahasa pertama yang dia kenal, maka seberapa sering sentuhan bunda dengan anak dalam belajar komunikasi itu yang akan mempengaruhi. Jadi, ketika bunda memberikan kata baru, kemudian menjelaskan secara konkret kepada anak, kemudian konstruksi pengetahuan yang dimiliki anak itu sangat terbantu dengan sesuatu yang konkret.

Sehingga, para bunda kalau mau mengajarkan satu kata baru jangan lupa diberi sesuatu yang konkret itu.  Di luar itu saya pikir nanti kita tunggu saja dulu apa saja yang membuat anak itu penasaran, apakah butuh pembuktian yang konkret atau cukup diberi cerita.

Artikel ini dikutip dari siaran Mozaik Radio Suara Muslim Surabaya 93.8 FM edisi Jumat, 31 Januari 2020 pukul 13.00-14.00 bersama Ustazah Hamdiyaturrahmah, Praktisi Pendidikan dan Parenting Sekolah Alam Insan Mulia Surabaya.

Like this article?

Share on Facebook
Share on Twitter
Share on WhatsApp
Share on Telegram

Leave a comment