Ketika Fir’aun Bertipu Daya

Ketika Fir’aun Bertipu Daya

Ketika Fir'aun Bertipu Daya

Suaramuslim.net – Nampaknya semakin menunjukkan kualitas keangkuhannya, demi mempertahankan kesalahan yang sudah dilakukannya, Fir’aun mencari dalih pembenar atas perbuatannya. Kekuasaan dan singgasana telah melupakan jati dirinya sebagai raja. Fir’aun tak hanya memperbudak rakyatnya, tapi juga memerintahkan rakyat untuk bersimpuh tunduk menempatkannya sebagai “tuhan” penyelamat kehidupan rakyatnya.

Maka, dia siapkan seluruh perangkat penutup kesalahannya, agar tak ada celah bagi siapa pun mempersoalkan penempatan posisinya sebagai “tuhan” dan raja. Dia perintahkan semua bala tentaranya untuk mengejar dan menangkap siapa pun yang mengancam “kedudukan ketuhanannya”. Tak ada lagi bagi Fir’aun logika sehatnya. Dia aduk-aduk logika rakyatnya yang benar jadi salah dan sebaliknya yang salah menjadi benar. Bagi Fir’aun, kebenaran itu adalah dirinya dan pengikutnya.

Demi memperkuat ambisinya, Fir’aun pun memerintahkan para pembantunya untuk berbohong tanpa merasa berbohong. Maka dia datangkanlah para tukang bohong kelas dunia untuk melatih para pembantunya yang terdiri dari para menteri dan aparat serta para pendukung loyalnya. Hasilnya memang luar biasa, Fir’aun mampu menciptakan pembohong yang luar biasa kehilangan urat malunya.

Ketika kebohongan Fir’aun dan para pembantunya semakin mengintimidasi masyarakatnya, Musa yang dibesarkan di istana merasakan kegundahan yang sangat dalam. Setelah menjalani masa-masa penempaan diri di bukit Thursina, Musa diperintahkan untuk mengingatkan Fir’aun agar tidak menyebarkan teror kebohongan dan intimidasi kepada rakyatnya. Apa yang dilakukan oleh Fir’aun beserta para pendukungnya sudah melewati ambang batas yang bisa mengundang bencana bagi rakyat dan bangsanya.

Bersama Harun, sampailah Musa ke istana Fir’aun dan mengingatkan bahwa di atas kekuasaan yang dia genggam masih ada Yang Maha Kuasa, yaitu Allah Tuhan Semesta Alam. Mendengar peringatan yang disampaikan Musa, maka Fir’aun yang memang ahli dalam tipu daya dan bohong membohongi, mulailah menebar logika kebohongannya.

Hal pertama yang dilakukan adalah membangkitkan memori Musa kembali saat dia bersamanya di istana. Hal yang ingin dibangun Fir’aun kepada Musa, agar Musa merasa “sungkan” atas kebaikan Fir’aun ketika merawatnya sejak kecil. Namun logika kebenaran dan nalar kebenaran hakiki yang dimiliki, menjadikan Musa mampu memisahkan antara balas budi dan tugas kebenaran dalam rangka menyelamatkan bangsanya dari kehancuran.

Ketika jurus pertama tak mampu mempengaruhi perasaan Musa agar “sungkan” terhadap kebaikan Fir’aun, maka dia tebarkan jurusan lanjutan dengan mempertanyakan dalil bukti apa yang bisa meyakinkan bahwa ada tuhan selain dirinya. Maka ditunjukkanlah Musa atas Tuhan yang sebenarnya yaitu Tuhan yang bisa menghidupkan dan mematikan. Berhentikah Fir’aun dari kebohongannya? Tidak, bahkan Fir’aun pun semakin menjadi-jadi dengan ambisi kebohongan dan kekuasaannya.

Dia kumpulkan seluruh tukang sihir terbaik di negerinya untuk membungkam kebenaran yang dibawa Musa dan Harun. Dia perintahkan para tukang sihir untuk melemparkan jerat kebohongan agar menjadi ular-ular pemangsa kebenaran yang dibawa oleh Musa dan Harun. Musa pun membalasnya dengan dialektika yang digunakan oleh Fir’aun dan para penyihirnya, lalu dia lemparkan tongkatnya dan kemudian menjadilah seekor ular yang besar dan memangsa ular-ular kebohongan Fir’aun dan para penyihirnya.

Fir’aun pun semakin marah akan kecerdasan Musa mengancurkan logika kebenaran palsu  yang dibangunnya. Demi mempertahankan marwah dirinya agar tidak kelihatan bohong, maka dia perintahkan aparatnya untuk memburu Musa dan para pengikutnya. Fir’aun tak segan mencekoki masyarakatnya dengan informasi bohong dan logika sesat agar terlihat benar.

Ketika pada ambang batas yang memang sudah tak bisa ditolerir kebohongan dan logika sesat yang disebarkan, maka Tuhan memerintahkan kepada laut untuk menggulung Fir’aun dan bala tentaranya. Konon di saat menjelang ajal kehancurannya, Fir’aun mengakui kalimat tauhid yang pernah dicampakkannya.

Semoga Allah melindungi kita dari kesesatan dan logika pikir yang salah. Serta menjadikan kita semua khusnul khatimah.

*Ditulis di Surabaya, 25 Oktober 2018

Like this article?

Share on Facebook
Share on Twitter
Share on WhatsApp
Share on Telegram

Leave a comment