Ketika kenikmatan dunia menjadi orientasi hidup

Ketika kenikmatan dunia menjadi orientasi hidup

Rahasia Sukses Dunia-Akhirat ala Abdurrahman bin Auf

Suaramuslim.net – Manusia umumnya menginginkan angan-angan duniawinya terwujud bersifat instan dan cepat tanpa harus menunggu lama. Padahal kalau mau lebih sabar beberapa saat, maka angan-angannya pasti terwujud dengan kuantitas dan kualitas yang jauh lebih baik.

Manusia banyak tergiur oleh kepentingan sesaat sehingga melalaikan sesuatu yang bersifat jangka panjang dan abadi. Allah mengajak manusia untuk mengejar kenikmatan akhirat dengan mengorientasikan hidupnya untuk kenikmatan yang lebih hakiki.

Ketika manusia mengorientasikan hidupnya untuk mendapatkan dunia, hingga lalai akhiratnya, maka di dunia hidupnya tergelincir dan di akhirat bakal terhina.

Kenikmatan di dunia ini memang menggiurkan, sehingga banyak manusia berdesak-desakan menggapainya. Pada saat yang sama terlalaikan orientasi akhiratnya. Hal ini akibat dari melupakan janji Allah berupa kenikmatan surga dan memperoleh ridha-Nya yang agung.

Godaan dan fasilitas dunia

Allah menjadikan dunia ini dengan berbagai perangkat dan fasilitas. Perangkat dan fasilitas itu diperuntukkan sebagai sarana dan alat untuk memakmurkan bumi ini. Memakmurkan bumi merupakan tugas utama manusia sebagai khalifah.

Fasilitas duniawi yang menyenangkan itu justru dijadikan manusia sebagai tujuan, hingga menjadikannya lalai atas hakikat tujuan hidup yang sebenarnya. Allah memaparkan hilangnya orientasi hidup yang hakiki dan terjebak dengan kehidupan sesaat. Hal itu termaktub sebagaimana firman-Nya:

زُيِّنَ لِلنَّا سِ حُبُّ الشَّهَوٰتِ مِنَ النِّسَآءِ وَا لْبَـنِيْنَ وَا لْقَنَا طِيْرِ الْمُقَنْطَرَةِ مِنَ الذَّهَبِ وَا لْفِضَّةِ وَا لْخَـيْلِ الْمُسَوَّمَةِ وَا لْاَ نْعَا مِ وَا لْحَـرْثِ ۗ ذٰلِكَ مَتَا عُ الْحَيٰوةِ الدُّنْيَا ۚ وَا للّٰهُ عِنْدَهٗ حُسْنُ الْمَاٰ بِ

“Dijadikan terasa indah dalam pandangan manusia cinta terhadap apa yang diinginkan, berupa perempuan-perempuan, anak-anak, harta benda yang bertumpuk dalam bentuk emas dan perak, kuda pilihan, hewan ternak, dan sawah ladang. Itulah kesenangan hidup di dunia, dan di sisi Allah-lah tempat kembali yang baik.” (Ali Imran: 14).

Allah sengaja menghiasi dunia ini dengan perempuan-perempuan cantik, kecintaan pada anak, harta benda berupa perhiasan dalam bentuk emas-perak, serta kuda pilihan sebagai sarana transportasi yang nyaman. Serta dilengkapi hewan ternak yang sangat banyak di tengah hamparan kebun yang indah dan luas.

Semua sarana itu seharusnya menjadi pintu masuk bagi hamba untuk bersyukur dan beribadah, sarana untuk mengagungkan Tuhannya. Alih-alih menyembah dan mengagungkan Tuhannya, kenikmatan hidup itu justru membuat lupa dan lalai terhadap Sang Pencipta dan Pemberi kenikmatan.

Kenikmatan dunia yang bersanding dan menopang hidup bukan mendorong untuk bersyukur lebih mendalam tetapi justru melalaikannya dari pengagungan pada Tuhannya.

Perempuan bukan dimanfaatkan untuk penopang spirit ibadahnya, tetapi justru menjadi sarana pelampiasan hawa nafsunya. Banyaknya anak membuatnya melalaikan ibadahnya.

Bahkan harta kekayaan yang dimiliki justru membuat jauh hubungannya dengan Sang Pencipta. Betapa tidak, kekayaan harta berupa hewan ternak dan kebun justru melalaikannya untuk berkomunikasi dengan Tuhannya.

Implikasinya, manusia lupa memakmurkan bumi secara kolektif, bergeser disibukkan dengan pertikaian dan persekongkolan jahat untuk memperebutkan perempuan, anak, harta kekayaan.

Akhirat sebagai keabadian hidup

Ajakan Allah kepada hamba untuk mengorientasikan hidupnya pada kehidupan akhirat tidak berarti alergi dan mencampakkan kenikmatan duniawi. Kenikmatan-kenikmatan yang hakiki itu ditunda dengan surga yang tidak sebanding dengan berbagai fasilitas hidup saat di dunia.

Masuk surga merupakan dambaan seluruh kaum muslimin setelah kematian. Allah menyiapkan kenikmatan surga dengan berbagai keagungannya. Adanya sungai-sungai di surga yang mengalir, dan perempuan suci disiapkan sebagai rangking tertinggi. Bahkan mendapatkan keridhaan-Nya merupakan puncak kenikmatan di surga. Hal itu diperuntukkan bagi mereka yang menghambakan diri pada Allah.

قُلْ اَؤُنَبِّئُكُمْ بِخَيْرٍ مِّنْ ذٰ لِكُمْ ۗ لِلَّذِيْنَ اتَّقَوْا عِنْدَ رَبِّهِمْ جَنّٰتٌ تَجْرِيْ مِنْ تَحْتِهَا الْاَ نْهٰرُ خٰلِدِيْنَ فِيْهَا وَاَ زْوَا جٌ مُّطَهَّرَةٌ وَّرِضْوَا نٌ مِّنَ اللّٰهِ ۗ وَا للّٰهُ بَصِيْرٌ بِۢا لْعِبَا دِ

“Katakanlah, “Maukah aku kabarkan kepadamu apa yang lebih baik dari yang demikian itu?” Bagi orang-orang yang bertakwa (tersedia) di sisi Tuhan mereka surga-surga yang mengalir di bawahnya sungai-sungai, mereka kekal di dalamnya, dan pasangan-pasangan yang suci, serta rida Allah. Dan Allah Maha Melihat hamba-hamba-Nya.” (Ali Imran: 15).

وَعَدَ اللّٰهُ الْمُؤْمِنِيْنَ وَا لْمُؤْمِنٰتِ جَنّٰتٍ تَجْرِيْ مِنْ تَحْتِهَا الْاَ نْهٰرُ خٰلِدِيْنَ فِيْهَا وَمَسٰكِنَ طَيِّبَةً فِيْ جَنّٰتِ عَدْنٍ ۗ وَرِضْوَا نٌ مِّنَ اللّٰهِ اَكْبَرُ ۗ ذٰلِكَ هُوَ الْفَوْزُ الْعَظِيْمُ

“Allah menjanjikan kepada orang-orang mukmin laki-laki dan perempuan, (akan mendapat) surga yang mengalir di bawahnya sungai-sungai, mereka kekal di dalamnya, dan (mendapat) tempat yang baik di Surga ‘Adn. Dan keridaan Allah lebih besar. Itulah kemenangan yang agung.” (At-Taubah: 72).

Keridhaan Allah merupakan nikmat paling agung dan menjadi dambaan setiap muslim. Kalau di dunia manusia banyak mengejar kenikmatan duniawi dengan melampiaskan nafsunya kepada banyak perempuan, membanggakan anak-anaknya yang cerdas dan pintar, serta harta kekayaan yang melimpah. Hilangnya orientasi akhirat membuat hidupnya tanpa arah.

Sebaliknya, manusia yang mengorientasikan hidupnya untuk akhirat, Allah mengganjar dan menjanjikan puncak kenikmatan dengan masuk surga dan mendapatkan ridha-Nya. Ridha Allah merupakan puncak kenikmatan dan itu merupakan kemenangan yang agung bagi seorang muslim.

Surabaya, 16 April 2022
Dr. Slamet Muliono R.
Wakil Dekan III Fakultas Ushuluddin dan Filsafat
UIN Sunan Ampel Surabaya (2018-2022)

Like this article?

Share on Facebook
Share on Twitter
Share on WhatsApp
Share on Telegram

Leave a comment