Kidung Cinta Para Pahlawan untuk Negeri Syam

Kidung Cinta Para Pahlawan untuk Negeri Syam

Kidung Cinta Para Pahlawan untuk Negeri Syam
(Foto: Akhwatmuslimah.net)

(Penulis: Fahmi Salim*

Suaramuslim.net – Dua hari ini, 3-4 Desember 2018 bertepatan 24-25 Rabiul Awwal 1440 H kami melakukan perjalanan dakwah Syam Organizer, menyampaikan pesan dan seruan kemanusiaan dari Negeri Syam di bumi lancang kuning, Riau.

Masih segar wangi semerbak Rabiul Awwal bagi seluruh muslimin di dunia, terutama Nusantara. Selalu menuntun langkah kita untuk menggali hikmah kelahiran Muhammad Sang Rasul. Ternyata sejak kelahirannya, Rasulullah Muhammad saw telah menyingkap keutamaan Negeri Syam. Mari kita simak penuturan beliau.

“Sungguh aku hamba Allah yang telah ditetapkan sebagai penutup para Nabi saat Adam masih dalam rupanya berbentuk tanah. Daku kabarkan kalian awal permulaanku: Aku adalah jawaban doa Ibrahim, kabar gembira yg dibawa oleh Isa, dan mimpi ibuku yg melihat (saat melahirkanku) cahaya yang keluar dari rahimnya lalu menerangi istana-istana Negeri Syam” (Hadis riwayat Irbadh ibn Sariyah dalam Takhrij Misykat al-Mashabih disahihkan oleh al-Albani).

Subhanallah, sejak kelahirannya beliau telah dinubuatkan kekuasaannya kelak sampai dinding-dinding istana Syam. Lahir di Makkah, hijrahnya ke Madinah, dan kekuasaan mandat ilahinya diberikan di atas Baitul Maqdis saat peristiwa agung Isra dan Mikraj.

Sang Rasul mengabadikan hubungan Baitul Maqdis dengan Makkah dan Madinah sebagai kota suci umat Islam dalam sabdanya, “Tidak dianjurkan perjalanan yang melibatkan semua potensi kecuali ke tiga masjid: masjid Al Haram, masjidku di Madinah dan masjid al-Aqsha”. Ianya membentang dari dunia hingga akhirat.

Sang Nabi bersabda, “Sesungguhnya aku memiliki telaga”. Dengan antusias ia melanjutkan, “Telaga itu membentang dari Kakbah hingga Baitul Maqdis, airnya putih seperti susu, cangkirnya sebanyak bintang di langit, dan sungguh aku adalah Nabi yang paling banyak pengikutnya di hari kiamat”. (Sahih Ibnu Majah)

Jika ditelusuri lebih jauh, telaga Nabi itu akan melintasi Masjid Nabawi, yang di tengahnya terdapat “Taman Surga” yaitu Raudhah Nabi letaknya antara mimbar dan rumah Nabi. Dan ternyata, “Mimbarku ada di atas telaga itu.” (Sahih Bukhari dari Abu Hurairah).

Tak berhenti di situ, kita akan tercengang dengan sabda Sang Nabi, bahwa Baitul Maqdis adalah negeri awal penciptaan manusia (ardhul mansyar) dan tempat pengadilan akhirat (ardhul mahsyar) bagi seluruh manusia. Demikian jawaban Rasul kepada Maimunah, pelayan rumah tangganya saat ditanya tentang Baitul Maqdis.

“Dialah satu-satunya tanah di atas bumi ini yang pernah Allah menahan matahari beberapa saat sebelum tenggelam agar Allah sempurnakan kemenangan jihad Nabi Yusya bin Nuun yang berdoa, “Wahai matahari engkau hamba yang diperintahkan Allah sebagaimana aku juga. Ya Allah tahanlah matahari tidak tenggelam sampai kami sempurna membebaskan Baitul Maqdis.” (Sahih Bukhari dari Abu Hurairah).

Suatu keterangan yang membangkitkan semangat para mujahidin sepanjang zaman untuk membebaskannya dari tirani.

Betapa risalah Islam ini dinubuatkan Allah Pemilik Arsy dan Pencipta Jagat Raya akan menumbangkan kezaliman sistem buatan manusia yang disimbolkan oleh kekuatan adi daya Romawi dan Persia. Sekaligus ditetapkan bahwa kaum muslimin akhir zaman akan mengakhiri kesombongan Bani Israel yang merajalela kedua kalinya di bumi, seperti saat dahulu Sang Rasul dan umatnya yang kokoh (Ulii ba’sin syadid) mengalahkan dan menumbangkan kesombongan Yahudi di Madinah hingga merangsek ke dalam kampung-kampungnya. Dua surah Allah turunkan berdekatan jaraknya di Makkah yaitu surah Ar-Rum dan Bani Israil.

Keseluruhannya terjadi di Negeri Syam. Baik peristiwa Isra Mikrajnya Rasulullah dan tumbangnya Persia-Romawi, sebelum disatukan oleh penaklukan Islam di era Khalifah Umar bin Khattab.

Sang Rasul telah perintahkan kaum muslimin menyerbu Romawi di Syam dua kali di penghujung hayatnya yaitu: Perang Tabuk dan Perang Mu’tah yang berakhir dengan kemenangan, meski beberapa sahabat terbaik Nabi gugur di sana sebagai syuhada.

Sebelum Makkah ditaklukkan Sang Rasul, ia lebih dahulu merobohkan kecongkakan Yahudi di Khaibar setelah perjanjian Hudaibiyah.

Lihatlah puzzle-puzzle sejarah kenabian itu dengan cermat, tidakkah kita akan melihat suatu gambaran utuh betapa peradaban Islam ini telah disiapkan Allah untuk memimpin dan menyelamatkan umat manusia?

Kidung cinta Sang Rasul terhadap Negeri Syam dan pusatnya di Baitul Maqdis terus mengalun, desiran alunannya tak berhenti sejenak pun, tak pernah sedetail ini Rasulullah merindukan Baitul Maqdis hingga tiap malamnya, ia tak tertidur sebelum membaca Surah Bani Israel dan Az-Zumar. Hanya untuk mengenang takdir Ilahi yang telah, sedang dan akan dijalani oleh umatnya sepeninggal beliau.

Shalawat salam buat Rasulullah yang selalu merindukan Negeri Syam. Hingga akhir hayatnya beliau menunjuk Usamah bin Zaid memimpin pasukan ke Syam hendak membebaskannya dari kezaliman Romawi.

Shalawat salam kepada para sahabatnya, Abu Bakar Shiddiq yang menuntaskan misi Rasulullah dengan melepas pasukan Usamah setelah wafatnya Kanjeng Nabi. Umar bin Khattab yang gemilang menuntaskan nubuat Allah menaklukkan Persia dengan medan Qadisiyyah dan menaklukkan Baitul Maqdis yang bahkan jasanya itu telah disebut dalam surah Bani Israil “kama dakholuuhu awwala marrah” (ayat 7). Kepada para pahlawan Mu’tah: Zaid bin Haritsah (anak angkat Rasul), Abdullah bin Rawahah dan Ja’far bin Abi Thalib yang gugur syuhada dalam menunaikan misi suci pembebasan Negeri Syam yang menjadi tanda nubuwwah Sang Rasul sejak lahirnya.

Kepada segenap pahlawan muslim, Nuruddin Zanki dan Sholahuddin Ayyubi yang membebaskan Syam dari agresi Salibis Eropa dan Syiah Bathini Rafidhi. Kepada Saifuddin Quthuz di arena medan ‘Ain Jalut yang menumpas nafsu serakah Hulagu Khan yang hendak melumat Negeri Syam seterusnya ke Hijaz Makkah dan Madinah, hingga agresi Mongol terhenti di Syam 500.000 pasukan Mongol mati tak menyisa.

Demikianlah kidung cinta para pahlawan yg tak pernah kering membasahi bumi yang diberkahi Allah.

Bandara Sultan Syarif Kasim, 5/12/2018

*Ketua Majelis Intelektual dan Ulama Muda Indonesia (MIUMI) DKI Jakarta.

*Opini yang terkandung di dalam artikel ini adalah milik penulis pribadi, dan tidak merefleksikan kebijakan editorial Suaramuslim.net

Like this article?

Share on Facebook
Share on Twitter
Share on WhatsApp
Share on Telegram

Leave a comment