JAKARTA (Suaramuslim.net) – Gabungan dari Basarnas, TNI, Kementerian Perhubungan, KNKT, DVI Polri dan Jasa Raharja melakukan Konferensi pers terkait proses evakuasi jatuhnya pesawat Lion Air JT 610 pada Senin (5/11) di hotel Ibis, Cawang, Jakarta Timur.
Ketua Komite Nasional Keselamatan Transportasi (KNKT) Soerjanto Tjahjono mengatakan pesawat Lion Air JT 610 pecah ketika menabrak permukaan air laut.
“Kita lihat serpihan ini sudah dalam bentuk kecil. Itu menandakan pesawat menyentuh air dengan kecepatan cukup tinggi,” ujar Soerjanto ketika memberikan penjelasan yang juga dihadiri oleh keluarga korban.
“Pesawat pecah ketika menyentuh air atau ketika impact terhadap air dan pesawat tidak pecah di udara. Kalau (pecah) di udara, serpihannya akan jauh lebar,” tambah Soerjanto.
Selain itu Soerjanto menyampaikan soal pengunduhan Flight Data Recorder (FDR) dari black box pesawat. Menurut Soerjanto, proses itu sudah dilakukan dan sebagian isinya sudah informasikan.
“Kita ambil data black box yang berisi 69 jam penerbangan dan parameternya 1.900 parameter yang direkam,” kata Soejanto.
Tetapi, lanjut Soerjanto perlunya bagian black box lain yang harus ditemukan yakni Cockpit Voice Recorder (CVR) yang berisi rekaman suara dari kokpit ke menara pengawas, suara antara kapten dan kopilot, suara di kokpit, dan suara komunikasi antara kokpit dengan kabin.
Soerjanto menyebut pihaknya dibantu dari Amerika Serikat, Australia, dan Singapura dan juga Arab Saudi dalam mengerjakan hal itu.
“Satu bulan ke depan KNKT akan menerbitkan laporan awal berupa data fakta selama investigasi. Tim kami sedang mempelajari seluruh datanya,” ucapnya.
Pada Senin 29 Oktober 2018, Pesawat Lion Air dengan nomor penerbangan JT 610 jatuh di perairan Tanjung Pakis, Karawang, Jawa Barat.
Reporter: Ali Hasibuan
Editor: Muhammad Nashir