Kompas TV dan stigma buruk pada Islam

Kompas TV dan stigma buruk pada Islam

Suaramuslim.net – Umat Islam kembali menjadi bulan-bulanan dengan stigma buruk. Kali ini Kompas TV yang menyinggung perasaan umat Islam dengan membuat opini yang menyudutkan.

Kompas TV membuat narasi buruk, di mana ada kasus kematian empat anggota keluarga di lingkungan Tionghoa. Namun berita yang muncul justru menyatakan ketidakpekaan umat Islam yang lebih senang berhaji.

Penyebaran informasi miring terhadap umat Islam seolah menjadi watak terselubung sekaligus menjadi kebiasaan buruk dari para pembenci Islam. Mereka terus merasa terusik jika umat Islam menikmati ketenangan.

Dengan kata lain, mereka senantiasa menciptakan kegelisahan umat Islam dengan menciptakan pemberitaan yang menyinggung perasaan umat Islam.

Permusuhan terselubung

Media sosial saat ini memperbincangkan pemberitaan Kompas TV yang membuat judul berita “Membantu Tetangga yang Kelaparan Lebih Utama daripada Berhaji, Sayangnya Banyak yang Tidak Peka”.

Sontak saja Kompas TV banyak menuai kecaman dari netizen karena judul dan framing berita itu tidak berdasar fakta yang terjadi, hanya karangan dan mengait-ngaitkan sesuatu yang sama sekali tidak ada kaitannya.

Setelah banyak diprotes, Kompas TV akhirnya mengganti judul berita di situsnya dengan judul baru “Kasus Kematian Keluarga di Kalideres Karena Dugaan Kelaparan dan Pentingnya Kesalehan Sosial” (Senin, 14/11/2022).

Apa yang dilakukan oleh Kompas TV jelas-jelas menyinggung perasaan umat Islam. Peristiwa yang tidak ada kaitannya dengan Islam, mereka terus membidik dengan menyudutkan umat Islam.

Alih-alih membuat berita yang proporsional dan profesional, Kompas TV justru membuat berita yang tidak etis.

Betapa tidak, peristiwa kematian itu terkait kasus empat jenazah yang masih satu keluarga ditemukan meninggal dunia di Perumahan Citra Garden, Kalideres, Jakarta Barat pada Jumat, (11/11/22).

Korbannya adalah keluarga Tionghoa. Tetangga yang pertama kali mengendus bau itu adalah ketua RT yang bernama Asiong keturunan dari Tionghoa juga.

Kejadian berupa kematian karena kelapan yang menimpa keluarga Tionghoa, di tengah komunitas Tionghoa justru yang dipersalahkan umat Islam. Kalau pun KompasTV membuat berita “Keluarga Tionghoa tidak peduli terhadap sesamanya” juga kurang pantas dan akan menyinggung perasaan etnis Tionghoa.

Apalagi Kompas TV justru membuat berita yang menyudutkan umat Islam dengan mengaitkan ketidakpekaan umat Islam terhadap orang yang mati kelaparan.

Ketidakpekaan umat Islam itu disangkutpautkan dengan ibadah haji. Umat Islam dipandang sebagai komunitas yang rendah kepekaannya pada orang lain.

Apa yang disampaikan Kompas TV bukan hanya tidak nyambung tetapi semakin menguatkan stereotype kebencian mereka terhadap umat Islam.

Kematian keluarga yang kelaparan bukan mengaitkan dengan ketidakpekaan tetangga sekitar, tetapi justru menusuk umat Islam sebagai masyarakat yang rendah kepekaannya, kepekaan rendah karena membiarkan satu keluarga mati kelaparan.

Uniknya menyalahkan umat Islam dengan mengaitkannya dengan haji. Yang menjadi pertanyaan besar, mengapa mengaitkan dengan ibadah haji, yang merupakan peribadatan umat Islam yang sangat agung.

Tidak ada angin dan tidak ada hujan, tiba-tiba umat Islam dipersekusi tanpa mengaitkan dengan konteks dan realitas yang sebenarnya.

Mereka seolah-olah menyudutkan umat Islam tanpa mengaitkan ketidakpedulian lingkungan sekitarnya terhadap tetangga sekitarnya. Mereka justru terusik dengan ketenangan yang sedang dirasakan umat Islam.

Dalam benak mereka, umat Islam harus disangkutpautkan dengan keburukan, dan tidak boleh menerima kebaikan. Hal itu termaktub sebagaimana firman-Nya berikut:

مَا يَوَدُّ الَّذِيْنَ كَفَرُوْا مِنْ اَهْلِ الْكِتٰبِ وَلَا الْمُشْرِكِيْنَ اَنْ يُّنَزَّلَ عَلَيْكُمْ مِّنْ خَيْرٍ مِّنْ رَّبِّکُمْ ۗ وَا للّٰهُ يَخْتَصُّ بِرَحْمَتِهٖ مَنْ يَّشَآءُ ۗ وَا للّٰهُ ذُو الْفَضْلِ الْعَظِيْمِ

“Orang-orang yang kafir dari Ahli Kitab dan orang-orang musyrik tidak menginginkan diturunkannya kepadamu suatu kebaikan dari Tuhanmu. Tetapi secara khusus Allah memberikan rahmat-Nya kepada orang yang Dia kehendaki. Dan Allah pemilik karunia yang besar.” (Q.S. Al-Baqarah: 105).

Di tengah fitnah yang menanda umat Islam, Allah justru menghadirkan ketenangan dengan memberikan rahmat-Nya kepada mereka yang berbuat baik dan menanam kebaikan.

Apa yang dilakukan Kompas TV jelas menyakiti umat Islam, dan membenarkan watak buruk mereka yang tidak menginginkan umat Islam dalam keadaan tenang.

Kekafiran: watak menghancurkan

Apa yang dilakukan Kompas TV dengan menyudutkan umat Islam dengan menciptakan opini menyimpang pada publik. Apa yang dilakukan oleh Kompas TV ini jelas menginginkan umat Islam menuai citra buruk atas peristiwa yang tidak dilakukan. Orang-orang kafir terus memproduksi berita untuk menyusahkan umat Islam.

Watak membuat permusuhan dari orang-orang selain Islam ini digambarkan dengan jelas oleh Al-Qur’an sebagaimana firman-Nya:

يٰۤـاَيُّهَا الَّذِيْنَ اٰمَنُوْا لَا تَتَّخِذُوْا بِطَا نَةً مِّنْ دُوْنِكُمْ لَا يَأْلُوْنَكُمْ خَبَا لًا ۗ وَدُّوْا مَا عَنِتُّمْ ۚ قَدْ بَدَتِ الْبَغْضَآءُ مِنْ اَفْوَاهِهِمْ ۖ وَمَا تُخْفِيْ صُدُوْرُهُمْ اَكْبَرُ ۗ قَدْ بَيَّنَّا لَـكُمُ الْاٰ يٰتِ اِنْ كُنْتُمْ تَعْقِلُوْنَ

“Wahai orang-orang yang beriman! Janganlah kamu menjadikan orang-orang yang di luar kalanganmu (seagama) sebagai teman kepercayaanmu, (karena) mereka tidak henti-hentinya menyusahkan kamu. Mereka mengharapkan kehancuranmu. Sungguh, telah nyata kebencian dari mulut mereka, dan apa yang tersembunyi di hati mereka lebih jahat. Sungguh, telah Kami terangkan kepadamu ayat-ayat (Kami), jika kamu mengerti.” (Q.S. Ali Imran: 118).

Allah telah mengabarkan bahwa musuh-musuh Islam terus memproduksi berita kebohongan untuk menghancurkan umat Islam. Lidah dan mulut mereka mengeluarkan berita yang menyesakkan dada dan menyusahkan hati umat Islam. Bahkan hati mereka yang tersembunyi menyimpan agenda besar untuk kehancuran umat Islam.

Tidak heran bila Al-Qur’an mengabarkan perilaku kelompok non-muslim bahwa penghancuran Islam dimulai dengan menstigma buruk pada umat Islam.

Surabaya, 14 November 2022

Dr. Slamet Muliono R.
Dosen Prodi Pemikiran Politik Islam
Fakultas Ushuluddin dan Filsafat
UIN Sunan Ampel Surabaya
Opini sepenuhnya menjadi tanggung jawab penulis. Jika ada pihak yang berkeberatan atau merasa dirugikan, dapat memberikan hak jawabnya. Redaksi Suara Muslim akan menayangkan tulisan tersebut secara berimbang sebagai bagian dari hak jawab.

Like this article?

Share on Facebook
Share on Twitter
Share on WhatsApp
Share on Telegram

Leave a comment