Suaramuslim.net – Salah satu peran penting dalam sebuah organisasi selain pimpinan dan bawahan, adalah komunikator. Dalam sholat jama’ah, peran mu’adzin sangatlah penting. Ia harus memiliki suara yang indah dan lantang untuk memanggil target audiensnya dalam adzan-nya. Dengan demikian sinyal pembelajaran yang dapat dilihat adalah perlunya keindahan dan kemampuan menjangkau sasaran yang luas dalam melakukan komunikasi.
Pembelajaran lain dari masalah adzan adalah berkaitan dengan diferensiasi pendekatan komunikasi. Hadits berikut memberikan pembelajaran tersebut.
Hadist riwayat dari Abdullah bin Umar ra., ia berkata: “Dahulu, orang-orang Islam ketika tiba di Madinah, mereka berkumpul lalu memperkirakan waktu sholat. Tidak ada seorang pun yang menyeru untuk sholat. Pada suatu hari mereka membicarakan hal itu. Sebagian mereka berkata: ‘Gunakanlah lonceng seperti lonceng orang Kristen’. Sebagian yang lain berkata: ‘Gunakanlah terompet seperti terompet orang Yahudi’. Kemudian Umar berkata: ‘Mengapa kalian tidak menyuruh seseorang agar berseru untuk sholat?’ Rasulullah saw. bersabda: ‘Hai Bilal, bangunlah dan serulah untuk sholat’”. (HR. Muslim)
Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam mengajarkan untuk selalu membuat diferensiasi, tidak sekedar melakukan me too program atau pun me too product. Artinya, Nabi dalam menghasilkan suatu produk tidak ingin ikut-ikutan. Hal ini telah dibahas pada bagian awal mengenai ‘Nilai Sholat’.
Jadi, ketika melakukan promosi produkpun tidak ingin sama seperti yang lain. Dalam hal promosi, Nabi mengajarkan bahwa nilai penting dari promosi adalah melakukan diferensiasi diri, tidak hanya sekadar mengikuti cara promosi dari organisasi lain.
Islam mengajarkan diferensiasi produk dan aktivitas promosi, jauh sebelum para pakar pemasaran mengajukan hal tersebut.
Penulis: Dr. Gancar C. Premananto*
*Koordinator Program Studi Magister Manajemen FEB Universitas Airlangga Surabaya