Suaramuslim.net – Gunung Tanggamus yang memiliki ketinggian 2.100 Meter atau sekitar 6.800 kaki, ternyata merupakan konsentrasi Perkebunan Kopi Robusta terbesar dan terbaik di Provinsi Lampung. Ribuan hektar perkebunan Kopi Robusta ada di sekitar lembah Gunung Tanggamus yang memang memiliki tekstur tanah yang subur dan cocok bagi pertumbuhan kopi jenis Robusta.
Salah satu desa penghasil kopi jenis Robusta yang terkenal yaitu Desa Ngarip. Desa ini berada di Kecamatan Ulubelu Kabupaten Tanggamus. Desa Ngarip ini mempunyai potensi sumber daya alam yang luar biasanya: tanah sawah, tanah kering, tanah basah, tanah perkebunan, tanah fasilitas umum, tanah hutan, tipologi, orbitasi dan iklim. Adapun dari sisi pertaniannya Desa Ngarip ini mempunyai banyak jenis tanaman yang dimanfaatkan selain kopi yang menjadi khas Ulubelu ini. Berikut ini adalah tanaman yang dimanfaatkan oleh desa selain kopi seperti: cabe, padi sawah, bawang merah, bawang putih, ubi kayu, ubi jalar, kentang, terong, dan mentimun.
Di Desa Ngarip ini banyak buah-buahan yang dibudidayakan seperti contoh kecilnya: alpukat, pisang dan sawo. Desa yang hampir terdiri dari 5.336 jiwa ini mempunyai tanaman yang khas buat obat-obatan seperti: jahe, lengkuas, mengkudu, dewa dewi, kumis kucing, dan mahkota dewa. Sumber air di sini sangatlah memadai dan tidak akan kekurangan seperti di kota, karena masyarakat di desa ini memanfaatkan air gunung asli. Masyarakat desa sangat menjunjung tinggi kopi itulah yang menjadi khas Desa Ngarip Kecamatan Ulubelu ini.
Menurut cerita Mas Yuli Suwarno (31) yang memandu dan menemani penulis (Suara Muslim) selama 3 hari (19-22/06/2019) berada di Lampung, bahwa masyarakat Tanggamus sudah mengenal kopi sejak lama, mungkin sejak zaman Belanda masyarakat Lampung sudah mengenal kopi.
Tanggamus adalah salah satu kabupaten penghasil kopi utama dari Provinsi Lampung. Nama tempat ini sendiri diambil dari nama Gunung Tanggamus (2.100 mdpl) tempat kabupaten itu berada. Perkebunan kopi memenuhi kaki hingga lereng gunung yang memiliki hutan lumut di puncaknya itu.
Perjalanan yang di tempuh memerlukan waktu sekitar tiga hingga empat jam perjalanan menggunakan motor matic dari kota Bandar Lampung menuju kawasan Tanggamus. Bahkan, bisa lebih dari waktu tadi jika menggunakan angkutan umum. Untuk menuju Desa Ngarip bisa dilanjutkan dengan angkutan menggunakan bak terbuka atau ojek. Kondisi jalan berlubang juga ikut andil membuat perjalanan menjadi lama.
Tanggamus memberikan kontribusi 40 persen dari total hasil kopi di Lampung. Seluruh perkebunan kopi ini dikelola oleh petani kopi yang sebagian besar merupakan perantau dari tanah Jawa. Kopi robusta adalah kopi utama yang ditanam di gunung yang menjadi favorit para pendaki di Lampung.
Robusta Tanggamus memiliki ciri khas dibandingkan kopi di wilayah lain. Pasalnya, ini sangat bergantung pada kesuburan tanah di Tanggamus dan pengelolaannya yang menggunakan pupuk alami. Letak geografis juga memberi pengaruh pada ciri khas kopi Tanggamus.
Kopi robusta dapat ditanam di atas ketinggian 600 meter di atas permukaan laut (mdpl), kalau di ketinggian pada 100 mdpl hingga 200 mdpl rasanya agak hambar.
Tanaman kopi robusta (Coffea Canephora) merupakan spesies kopi yang pohonnya bisa mencapai 12 meter. Tanaman ini lebih tahan terhadap cuaca dan hama penyakit, serta lebih mudah untuk pemeliharaannya. Kopi ini bertekstur kasar, pahit, dan mengandung kafein yang tinggi.
Di Indonesia, kopi robusta masuk belakangan pada 1900-an. Yakni, saat arabika habis diserang penyakit pada 1878. Robusta menjadi pilihan alternatif dengan sifatnya lebih tahan penyakit untuk perkebunan di dataran rendah. Kopi jenis ini segera menyebar ke daerah lain, khususnya Sumatra Utara, Sumatra Selatan, Lampung, dan Aceh.
Penyebaran itu begitu cepat, hingga kini selain dikenal sebagai “negeri” Gajah, Provinsi Lampung merupakan salah satu penghasil kopi robusta terbaik. Kopi robusta dihasilkan di wilayah Lampung Timur, Lampung Barat, dan Tanggamus. Lampung memiliki 160 ribu hektare perkebunan kopi yang menghasilkan sekitar 144.516 ton biji kopi kering per tahun. Siapa sangka daerah yang dominan gersang ini mampu menghasilkan ratusan ribu ton kopi sebagai hasil ekspornya.