Kronologi Detik-Detik Deklarasi #2019GantiPresiden di Surabaya Dibubarkan

Kronologi Detik-Detik Deklarasi #2019GantiPresiden di Surabaya Dibubarkan

carut marut

Surabaya (Suaramuslim.net) – Pagi sekitar pukul 6 pagi lebih, sekitar 150 massa dari beberapa komunitas dan ormas yang memakai kaos #2019gantipresiden berkumpul di depan Tugu Pahlawan, seberang jalan. Mereka menyuarakan dan orasi ganti presiden, reporter Suaramuslimdotnet mendapat informasi bahwa mereka dari lintas ormas Jawa Timur (tidak semua ormas).

Dari jajaran aparat keamanan sendiri, juga sudah berkumpul (aparat lebih banyak dari massa pada aksi pertama). Kepolisian Jawa Timur sudah berkumpul. Ada yang memakai pakaian dinas, kaos merah, polwan, dan beberapa sangat mungkin ada intel. Mereka mengamankan aksi, mengamankan agar lalu lintas tidak macet, dan juga berjaga-jaga.

Sekitar 30-50 menit aksi, dari Polda Jawa Timur menyampaikan himbauan yang berisi agar peserta aksi membubarkan diri karena menyatakan aksi ini tidak ada izin.

(Sebelumnya ini polemik yang banyak beredar di media daring, bisa di cek, aparat memiliki argumen sendiri, massa aksi juga mempunyai alasan tersendiri)

Tidak segera membubarkan diri, beberapa menit kemudian, dari Polda Jawa Timur menginstruksikan pasukannya untuk membubarkan aksi secara paksa, dengan alasan tidak ada izin.

Masa aksi tidak bergeming, mereka duduk di tempat sambil tetap menyuarakan #2019gantipresiden dan beberapa kali teriakan takbir, dan lagu ganti presiden.

Secara paksa, Polda Jawa Timur menginstruksikan agar massa membubarkan diri. Terjadilah keributan, dan semua massa dipaksa bubar dari tempat.

Dari pantauan reporter Suaramuslimdotnet, terjadi saling tarik menarik antara polisi dan massa. Beberapa massa aksi perempuan (viral yang disebut emak-emak) yang tidak mau bubar, di gotong oleh Polwan untuk bubar. Ada peserta yang ditarik hingga jatuh. Ada yang menangis, tetapi massa aksi perempuan tetap tidak bubar.

Akhirnya dengan beberapa kali dorongan dan kericuhan, polisi berhasil membubarkan massa. Namun massa yang disuarakan oleh emak-emak berjalan bergandengan tetap menyuarakan dan berbaris untuk berpindah tempat, berjalanan beriringan, diikuti massa laki laki, kemudian bergerak memutar ke Tugu Pahlawan.

Di sepanjang jalan yang mereka lalui, mereka mengajak setiap pejalanan kaki untuk turut serta sambil berjalan untuk keliling Tugu pahlawan. Ternyata di Tugu Pahlawan sendiri sudah ada beberapa perempuan yang juga memakai kaos ganti presiden. Akhirnya gerakan mereka semakin besar dan semakin ramai.

Dari pihak Aparat sendiri terus mengawal massa sembari menertibkan jalan raya. Sesekali saling dorong masih terjadi.

Hingga akhirnya, sebelum memutar sempurna di Tugu Pahlawan, salah satu korlap aksi mengajak para massa aksi untuk merapat ke depan gedung DPRD, didepan sekolah Takmiriyah.

Disana ternyata massa lebih banyak lagi, semakin besar dan teriakan semakin keras.

Polisi pun datang lagi kali ini jumlahnya juga bertambah lagi, mengutarakan seperti pada awal aksi di depan Tugu Pahlawan tadi, agar massa membubarkan diri.

Namun kali ini, massa aksi semakin lantang menyuarakan ganti presiden, mereka tidak menuruti polisi, sempat otot-ototan, tetapi tidak lama kemudian entah dari mana datangnya, ada massa tandingan.

Tandingan ini saya belum tau dari mana, tetapi yang jelas beberapa membawa bendera merah putih, mereka bergerak ke arah orang orang yang ingin deklarasi.

Keributan hampir terjadi, dua tiga lemparan botol sudah terjadi, tetapi polisi mengamankan dua belah pihak. Istilahnya menjadi penengah.

Hal ini menjadi semakin panas, karena hampir saja terjadi bentrokan antar dua kubu yang pro dan kontra.

Mereka sama-sama meneriakkan Indonesia. Bedanya pro-deklarasi ada kalimat takbir, Lailahaillah, yang satunya dengan kata-kata, “iki suroboyo cok, ojo garai gegeran”, begitu kira kira.

Akhirnya massa aksi pro-deklarasi mau membubarkan diri dan menuju ke masjid takmiriyah.

Dimasjid saat beristirahat menunggu dzuhur, datanglah oknum Banser dan GP Ansor. Belum tahu maksudnya apa, namun massa aksi pro-deklarasi tidak jadi shalat di masjid tersebut, menghindari pertengkaran.

Sempat akan terjadi bentrokan antara massa aksi pro-deklarasi dengan oknum Banser. Tetapi kemudian dilerai oleh takmir masjid, yang kemudian menyuruh oknum Banser keluar dari masjid. Beberapa menit kemudian polisi menyuruh massa aksi pro-deklarasi untuk keluar dari masjid untuk menghindari pertikaian. *

*Laporan Reporter Suarasmuslimdotnet: Teguh Imami

Like this article?

Share on Facebook
Share on Twitter
Share on WhatsApp
Share on Telegram

Leave a comment