Suaramuslim.net – Mungkin banyak dari Kita yang tidak bisa makan tanpa lauk. Merasa sedih jika tidak ada daging, ayam atau setidaknya telor, tahu atau tempe di meja makan. Mungkin Kita juga merasa marah dan jengkel jika masakan yang Kita makan, rasanya hambar atau bahkan keasinan.
Dan di era digital ini, banyak orang berlomba-lomba mengupload menu terbaik yang pernah mereka santap. Mari Kita merenung sejenak dengan membuka lembaran sejarah Islam, berikut ini akan Kami sampaikan kebiasaan santapan sahabat Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam, Umar Bin Al Khoththob ra.
Menjauhi Bermewah – Mewah dalam Makanan
Umar ra. sangat takut menggunakan hartanya untuk kesenangan duniawi. Bahkan dalam urusan makanan, ia memastikan tidak sampai berlebihan dan bermewah-mewah. Saking sederhananya, pernah Umar ra. dicela dan dikatakan kepadanya, “Alangkah baik jika engkau memakan makanan yang bergizi tentu akan membantu dirimu supaya lebih kuat membela kebenaran.”
Maka Umar ra. berkata, “Sesungguhnya aku telah meninggalkan kedua sahabatku (yakni Rasulullah saw. dan Abu Bakar ra.) dalam keadaan tegar (tidak terpengaruh dengan dunia) maka jika aku tidak mengikuti ketegaran mereka, aku takut tidak akan dapat mengejar kedudukan mereka”. ( Ath-Thabaqat al-Kubra, 21271 dengan redaksi yang mirip dari jalan Hafsah , bandingkan dengan Tarikh ath-Thabari, 3/617, dan Ibnul 3auzi, 4/198)
Hal ini juga ia terapkan kepada para gubernurnya. Jika menugaskan para gubernurnya, Umar ra. akan menulis perjanjian yang disaksikan oleh kaum Muhajirin. Salah satunya, Umar ra. mensyaratkan kepada mereka agar tidak memakan makanan yang enak-enak.
Tahun Paceklik
Dalam masa kepemimpinannya, selain wabah penyakit tho’un atau lepra, Umar bin Al Khathab ra. juga pernah berperang melawan kelaparan pada waktu tahun paceklik. Semua berawal dari musim kering pada akhir tahun 18 Hijriah, tepatnya bulan Dzulhijjah.
Tidak seperti biasanya, musim kering ini terus-menerus berjalan hingga 9 bulan. Penduduk mulai kesulitan karena kekeringan telah melanda seluruh bumi al-Hijaz. Dan mereka mulai merasakan bencana kelaparan.
Permukaan bumi menjadi hitam kering karena sedikitnya air hujan. Di tahun ini daerah Hijaz benar-benar kering kerontang. Penduduk kampung banyak yang mengungsi ke Madinah dan mereka tidak lagi memiliki sedikitpun bahan makanan. Orang orang segera melaporkan nasib mereka kepada Amirul mukminin Umar ra.
Umar ra. segera membagi-bagikan makanan dan uang dari baitul mal hingga gudang makanan dan baitul mal kosong total. Ia sendiri memaksakan diri untuk tidak makan lemak susu maupun makanan yang dapat menggemukkan hingga musim paceklik ini berlalu.
Jika sebelumnya selalu dihidangkan roti dan lemak susu, maka pada waktu ini ia hanya makan minyak dan cuka . Umar hanya mengisap-isap minyak dan tidak pernah kenyang dengan makanan tersebut. Warna kulitnya berubah menjadi hitam, tubuhnya menjadi kurus, hingga orang-orang di sekitarnya khawatir ia akan lemah dan jatuh sakit.
Umar ra. berkata, “Akulah sejelek-jelek penguasa apabila aku kenyang sementara rakyatku kelaparan.” Pada wajah ia terdapat dua garis hitam disebabkan banyak menangis. Terkadang ia mendengar ayat Allah subhanahu wa ta’ala dan jatuh pingsan karena perasaan takut, hingga terpaksa dibopong ke rumah dalam keadaan pingsan. Kemudian kaum muslimin menjenguk ia beberapa hari, padahal ia tidak memiliki penyakit yang membuat ia pingsan kecuali perasaan takutnya. ( Lihat Tafsir al-Quran al-Azhim karya Ibn Katsir, 7/4Q7, ketika menafsirkan ayat yang berbunyi, “Sesungguhnya Adzab Rabbmu pasti akan terjadi.” Lihat pula ad-Durar al-Mantsur karya as-Suyuti, 6/118. )
MasyaAllah betapa mulianya akhlak sahabat Allah subhanahu wa ta’ala yang satu ini. Jika mau, sebagai penguasa, maka bisa saja Umar ra. makan makanan mewah setiap saat. Namun sebagai sosok pemimpin muslim sejati, tugas utamanya adalah memastikan rakyatnya tidak kelaparan.
Jika mereka lapar, dapat dipastikan Umar ra. jauh lebih kelaparan. Sebab sebagai pemimpin, tugas utamanya adalah melayani rakyat. Dan yang patut kita catat, kesenangan duniawi, termasuk makanan, seringkali melalaikan. Oleh karena itu, Umar ra. memastikan tidak terjebur di dalamnya. Semoga menginspirasi. Wallahu a’lam.
Kontributor: Siti Aisy
Editor: Oki Aryono