Mari Belajar Menilai Seseorang Bukan Sebatas Fisik

Mari Belajar Menilai Seseorang Bukan Sebatas Fisik

Mari Belajar Menilai Seseorang Bukan Sebatas Fisik

Suaramuslim.net – Suatu hari, ada sahabat yang sedang mengambil ranting pohon untuk bersiwak, tiba-tiba angin menghembus dengan sangat kencang dan menyingkap pakaiannya, sehingga terlihatlah kedua telapak kaki dan betisnya yang kecil. Para sahabat yang melihatnya pun tertawa. Maka Rasulullah shalallahu `alaihi wa salam bertanya: “Apa yang sedang kalian tertawakan?” Para sahabat menjawab: “Kedua betisnya yang kecil wahai, Nabi.” Nabi lalu bersabda: “Demi Dzat yang jiwaku berada di tangan-Nya, sungguh kedua betisnya itu di mizan nanti lebih berat dari pada Gunung Uhud.” (HR. Ahmad).

Ketika mendengar jawaban Nabi, mereka pun terdiam. Nabi memberikan pelajaran berharga kepada mereka. Orang mulia itu bukan terutama karena fisik, harta, kedudukan dan berbagai standar materialistik lainnya, yang membuat orang mulia hanyalah takwa. Betis yang ditertawakan oleh para sahabat ketika itu ialah betisnya sahabat yang bernama Abdullah bin Mas`ud.

Tidak ada yang menarik dari ibnu Mas`ud kalau kita hanya melihat dari segi fisik. Kurus, pendek, hitam, berbetis kecil, dan berasal dari keluarga yang tak terpandang. Namun dengan pandangan agama, nilai seorang Ibnu Mas`ud sangatlah besar. Di balik tubuhnya yang kecil, ia adalah orang pemberani, ia rela dipukuli orang kafir Quraisy lantaran membaca Al Quran di depan Kakbah. Di balik fisik yang kurang menarik, tersimpan otak yang brilian. Ia tercatat sebagai ahli dalam bidang Al Quran dan fikih. Ilmunya sangat luas. Perjuangannya dalam Islam juga sangat luar biasa. Di balik penampilan yang kurang memesona, di dalamnya tersimpan hati yang bersih dan semangat dalam pengorbanan dan perjuangan.

Para sahabat yang ingin belajar Al Quran, direkomendasikan Nabi Muhammad shalallahu `alaihi wa salam untuk belajar padanya. Nabi pun selalu suka mendengar bacaan Al Quran Ibnu Mas`ud. Suaranya yang merdu, membuat Al Quran yang dibacanya semakin indah dan syahdu. Sepenggal kisah Ibnu Mas`ud tadi, memberikan pelajaran yang sangat berharga bagi setiap orang. Jangan pernah meremehkan orang hanya karena fisik yang kurang.  Jangan pernah merendahkan orang lantaran materi yang kurang, padahal orang tersebut –di mata Allah- sangat disayang.

Cerita tersebut juga memberikan pelajaran yang menarik bagi kita. Jangan terpukau dengan penampilan. Penampilan bisa menipu. Terkadang orang yang kita anggap remeh, ternyata menyimpan kelebihan yang luar biasa. Terkadang orang yang terlihat alim, ternyata mempunyai sikap yang lalim. Maka jangan sampai tertipu dengan simbol.

Kisah itu seolah mencabuk kesadaran kita dalam menilai orang lain. Menilai orang bukan lagi karena harta, tapi kinerja; menilai orang bukan lagi karena ketampanan, tapi kuatnya iman; menilai orang bukan karena fisik, tapi dari seberapa besar ia telah berbuat baik; menilai orang bukan lagi karena pakaian, tapi kontribusi sosial yang telah disumbangkan. Allah Maha Mengetahui hati manusia, jadi jangan sampai gampang menyangka-nyangka. Yang dilihat oleh Allah yang utama adalah hati, bukan materi; yang dilihat oleh Allah bukan rupa, tapi takwa. Sehingga dengan demikian, sebagai manusia kita harus berhati-hati dan selalu rendah hati.

Mungkin kita pernah meremehkan seseorang, tapi perlu tetap kita ingat bahwa dibalik keremehan yang terlihat melalui ‘mata pandang dangkal’ kita, terkadang banyak kelebihan-kelebihan yang dianugerahkan Allah padanya. Dengan amal tulus, betis yang kecil ketika ditimbang di akhirat kelak, melebihi Gunung Uhud. Lalu bagaimana dengan kita?

Kontributor: Mahmud Budi Setiawan
Editor: Oki Aryono

Like this article?

Share on Facebook
Share on Twitter
Share on WhatsApp
Share on Telegram

Leave a comment