Suaramuslim.net – Masjid umumnya merupakan bangunan yang dipergunakan sebagai tempat peribadatan sekaligus pendidikan Umat Islam. Namun di beberapa tempat, bangunan masjid sekaligus berfungsi sebagai jujugan para wisatawan. Bukan hanya memiliki catatan sejarah, terkadang arsitektur bangunan masjid yang menarik, mampu menjadi daya tarik tersendiri bagi para pengunjung.
Salah satunya adalah masjid yang bernilai seni serta punya filosofi tinggi di Bandung. Sejak diresmikan tahun 2010 lalu, bangunan di kawasan Kota Baru Parahyangan, Kecamatan Padalarang, Kabupaten Bandung Barat ini, berhasil mencuri perhatian masyarakat Bandung khususnya, bahkan dunia. Kabarnya, selang beberapa bulan usai pembangunan, masjid dengan arsitektur memukau ini langsung mendapatkan penghargaan bergengsi tingkat dunia. Melalui ajang National Frame Building Association, masjid bernama Al-Irsyad ini dinobatkan sebagai satu-satunya bangunan tempat peribadatan di Asia yang masuk 5 besar kategori Building of The Year Tahun 2010 lalu.
Agaknya sangat pantas jika masjid Al-Irsyad Bandung memperoleh gelar dalam kategori arsitektur religius terbaik dari total 15.000 arsitek seluruh dunia. Masjid Al-Irsyad memiliki keunikan tersendiri yang menjadikannya berbeda dengan bangunan masjid pada umumnya. Rupanya sang arsitek yang saat ini menjabat sebagai Walikota Bandung, Ridwan Kamil, sangat terampil menjadikan desain arsitektur masjid yang elegan dan bernilai.
Jika bangunan masjid pada umumnya identik dengan model kubah atau atap yang bersusun, maka lain halnya dengan Al-Irsyad. Masjid ini justru berbentuk kotak seperti kubus. Kang Emil, sapaan akrab Ridwan Kamil, mengaku bahwa bentuk ini didesain mirip Ka’bah di Kota Makkah. Hasilnya, bangunan masjid berbentuk kubus itu terlihat begitu bersahaja.
Apalagi ditambah dengan penataan batu bata pada keseluruhan dinding masjid yang nampak mengagumkan. Masjid yang diresmikan pada tanggal 27 Agustus itu disusun dari batu bata berbentuk lubang diantara batu solid. Dari kejauhan, susunan batu bata tersebut terlihat seperti tulisan kaligrafi berupa kalimat Syahadat (Laa ilaha illallah Muhammadur Rasulullah).
Disamping memiliki nilai seni, penyusunan batu bata berlubang itu rupanya berfungsi sebagai sirkulasi udara dan sinar matahari. Sehingga bisa dikatakan bahwa Masjid Al Irsyad menggunakan konsep green building alias bangunan sehat. Sinar lampu yang dinyalakan pada malam hari menghasilkan pancaran cahaya berbentuk kalimat Syahadat yang begitu meneduhkan penglihatan.
Keunikan Masjid Al Irsyad bukan saja terletak pada tampilan luar. Desain interior bangunan masjid ternyata tak kalah menariknya. Secara keseluruhan cat dinding Masjid didominasi oleh warna putih. Selebihnya ada ada warna hitam dan abu-abu. Ketiga kombinasi warna tersebut memberikan kesan simpel, cantik namun tetap elegan layaknya bangunan modern.
Di sekitar area masjid terdapat sebuah menara yang tingginya 24 meter. Menara itulah yang menjadi penunjuk bahwa bangunan yang sebagian besar bercat putih itu merupakan sebuah masjid, tempat ibadah umat Islam. Sementara pelataran masjid ditata sedemikian rupa dengan filosofis Ka’bah. Kang Emil sengaja merancang lanskap dan ruangannya secara terbuka dengan bentuk garis-garis melingkar yang mengitari bangunan masjid. Lingkaran itu kata Emil, terinspirasi dari konsep tawaf mengelilingi Ka’bah.
Di bagian dalam bangunan masjid, terpasang 99 bola lampu. Angka ini merupakan simbol Asmaul Husna (nama-nama baik bagi Allah) yang jumlahnya juga 99. Jika lampu menyala, maka lampu berbentuk kotak itu akan memperlihatkan satu-per satu tulisan nama Allah.
Mimbar masjid dirancang terbuka langsung menghadap pemandangan alam di luaran masjid. Sementara mihrab untuk sang khotib berada di atas kolam ikan. Penataan mihrab yang terbuka ini mengacu pada konsep ‘Keindahan alam dan kebesaran Allah’. Sehingga di bagian kiblat masjid ini sengaja tanpa diberikan dinding apapun.
Ruang shalat berkapasitas sekitar 1.500 jamaah ini menariknya tidak punya tiang atau pilar di bagian tengah yang berfungsi sebagai penyanggah bangunan. Sehingga suasana di dalam terlihat begitu luas dan nyaman. Hanya empat sisi dinding yang menjadi pembatas sekaligus penopang atapnya. Celah-celah angin pada empat sisi dinding masjid berbentuk segi empat itu menjadikan sirkulasi udara di ruang masjid begitu baik sehingga tidak terasa gerah atau panas di dalamnya meskipun AC atau kipas angin tak terpasang di dalam masjid.
Masjid Al-Irsyad tidak pernah sepi dari kunjungan wisatawan. Mereka bukan hanya pelajar dan warga Bandung, melainkan dari daerah lain, bahkan sampai wisatawan asing. Diantaranya Malaysia, Singapura, Timur Tengah, Belanda, Australia dan beberapa negara Eropa lainnya rela jauh-jauh untuk melihat keunikan dan desain futuristik Masjid Al-Irsyad ini. Menurut informasi dari pengurus disana, Masjid Al-Irsyad menjadi tujuan studi mahasiswa arsitektur di seluruh dunia, karena konsepnya berstandar internasional.
Pengelola masjid memberikan jaminan kebersihannya selama 24 jam penuh. Setiap bulan, pihak manajemen mengeluarkan biaya operasional kebersihan bekisar Rp 19 hingga Rp 20 juta. Sehingga para pengunjung tak perlu khawatir masjid akan kotor, meski ribuan orang hilir mudik mengunjunginya.
“Dengan menerapkan manajemen masjid yang profesional sejak berdiri, alhamdulillah masjid ini selain indah juga sangat makmur dan selalu dikunjungi banyak orang,” ujar Ketua DKM Masjid Al-Irsyad, Dr Ahmad Hairudin Murtani PhD, dilansir dari tribunews.com, (18/02).
Bagi siapa pun yang pernah berkunjung, terutama warga Bandung, Masjid Al Irsyad berhasil menggabungkan konsep religi, karya seni dan green building atau bangunan sehat. Sehingga, para jamaah yang hendak menunaikan ibadah sholat akan merasakan manfaat berlipat. Kekhusyukan, keindahan dan kenyamanan.
Oleh: Siti Aisah
Editor: Muhammad Nashir