Masjid Sebagai Pusat Perubahan Umat: Perspektif Isra’ Nabi Muhammad

Masjid Sebagai Pusat Perubahan Umat: Perspektif Isra’ Nabi Muhammad

Refleksi Teks Hadits Seputar Anjuran dan Larangan Mengunjungi Masjidil Aqsha

Suaramuslim.net – Berbicara tentang masjid yang terkait dengan Isra’ Mi’raj Nabi Muhammad shallallahu ‘alaihi wa sallam, ada tiga ayat yang bisa kita gali motivasi dan spiritnya.

سُبْحَانَ الَّذِي أَسْرَى بِعَبْدِهِ لَيْلا مِنَ الْمَسْجِدِ الْحَرَامِ إِلَى الْمَسْجِدِ الأقْصَى الَّذِي بَارَكْنَا حَوْلَهُ لِنُرِيَهُ مِنْ آيَاتِنَا إِنَّه هُوَ السَّمِيعُ الْبَصِيرُ

Maha suci Allah, yang telah memperjalankan hamba-Nya pada suatu malam dari Masjidil Haram ke Masjidil Aqsa yang telah Kami berkahi sekelilingnya agar Kami perlihatkan kepadanya sebagian dari tanda-tanda (kebesaran) Kami. Sesungguhnya Dia adalah Maha Mendengar lagi Maha Mengetahui. (Al Isra 1).

Yang kedua adalah Surat Al Baqarah 114;

وَمَنْ أَظْلَمُ مِمَّن مَّنَعَ مَسَاجِدَ اللَّهِ أَن يُذْكَرَ فِيهَا اسْمُهُ وَسَعَىٰ فِي خَرَابِهَا ۚ أُولَٰئِكَ مَا كَانَ لَهُمْ أَن يَدْخُلُوهَا إِلَّا خَائِفِينَ ۚ لَهُمْ فِي الدُّنْيَا خِزْيٌ وَلَهُمْ فِي الْآخِرَةِ عَذَابٌ عَظِيمٌ

Dan siapakah yang lebih aniaya daripada orang yang mengha­lang-halangi menyebut nama Allah dalam masjid-masjid-Nya, dan berusaha untuk merobohkannya? Mereka itu tidak sepatut­nya masuk ke dalamnya (masjid Allah) kecuali dengan rasa takut (kepada Allah). Mereka di dunia mendapat kehinaan, dan di akhirat mendapat siksa yang berat.

Yang ketiga adalah surat At Taubah 18;

إِنَّمَا يَعْمُرُ مَسَاجِدَ اللَّهِ مَنْ آمَنَ بِاللَّهِ وَالْيَوْمِ الآخِرِ وَأَقَامَ الصَّلاةَ وَآتَى الزَّكَاةَ وَلَمْ يَخْشَ إِلا اللَّهَ فَعَسَى أُولَئِكَ أَنْ يَكُونُوا مِنَ الْمُهْتَدِينَ

Yang memakmurkan masjid-masjid Allah hanyalah orang-orang yang beriman kepada Allah dan hari kemudian, serta tetap mendirikan salat, menunaikan zakat, dan tidak takut (kepada siapa pun) selain kepada Allah. Maka merekalah orang-orang yang diharapkan termasuk golongan orang-orang yang mendapat petunjuk.

So, pada ayat pertama ketika Allah meng-isra’-kan Nabi Muhammad, diungkapkan bahwa Isra itu adalah perjalanan darat dari Masjid al Haram (Mekkah) ke Masjid al Aqsha (Palestina).

Itu artinya, seolah Allah menghendaki kehidupan umat Islam harus terus bergerak dari masjid ke masjid. Yaitu hatinya seorang muslim harusnya selalu terikat dan ingat selalu dengan masjid.

Berbicara tentang masjid, ia kalimat yang bersifat pengecualian.

Sebagaimana dalam kajian bahasa ,Masjid (مَسْجِد) –dengan kasroh pada huruf jim- dalam bahasa Arab adalah isim makan (kata keterangan tempat) dari kata (سَجَدَ – يَسْجُدُ – سُجُودًا) , artinya bersujud) yang menyelisihi timbangan aslinya yaitu (مَسْجَد) –dengan fathah pada huruf jim-. Maka arti kata (مَسْجِد) adalah tempat bersujud, dan bentuk jamaknya adalah (مَسَاجِد).

Kalau hikmah dari Isra’ Nabi Muhammad adalah anjuran untuk hidup selalu ingat masjid maka itu selaras dengan perjalanan hidup Nabi dan tokoh-tokoh Islam.

Bukankah Nabi ketika melakukan perjalanan hijrah sempat mampir di Quba, dan membangun masjid, inilah masjid pertama yang di bangun Nabi pada tanggal 8 Robiul Awwal tahun pertama hijrah. Dan setelah masuk Yastrib (Madinah), yang dilakukan Nabi juga membangun masjid yang terkenal dengan nama Masjid Nabawi.

Bukankah Sayidina Umar ketika membebaskan Yerusalem 637 M, yang dilakukan adalah salat dan membersihkan Masjid Al Aqsha yang tidak terawat itu.

Pada tanggal 29 Mei 1453 M sesaat setelah merebut Konstatinopel dan memasuki pusat kota, Sultan Muhammad al-Fatih turun dari kudanya lalu sujud sebagai tanda syukur kepada Allah. Setelah itu, ia menuju Gereja Hagia Sophia dan memerintahkan menggantinya menjadi masjid.

Di Mesir, ada perguruan tertua yang bernama Al Azhar, ternyata itu dimulai dari Masjid.

Demikian pula di Indonesia, semua pesantren besar itu berkembang justru dimulai dari surau atau masjid.

Bahkan perlawanan terhadap penjajah pun andil utamanya adala para ulama dan masjid. Sebagai ulama dan kiai, mereka memiliki basis massa, aktivitas keislaman, mengajarkan masyarakat tentang Islam, dan itu terjadi sebagian berada di masjid-masjid atau mushola yang tersebar saat itu.

Peran dan fungsi masjid menjadi sangat strategis untuk memberikan semangat berjihad melawan penjajah.

Karena itu ketakutan kepada masjid sebagai pusat kebangkitan umat Islam itu diraskan sejak dulu sampai sekarang. Contoh pasukan Belanda yang dipimpin Jenderal Johan Harmen Rudolf Köhler mendarat di pantai Aceh pada 5 April 1873 dan menyerang Masjid Raya Baiturrahman Yang menjadi pusat perjuangan mujahid Aceh. Demikian pula PKI membakar masjid-masjid umat Islam di era tahun 40 an hingga tahun 65.

Dan yang paling mutakhir adalah apa yang dilakukan oleh teroris asal Australia, Brenton Tarrant yang menembaki jemaah salat Jumat di masjid An Nor dan Linwod di Selandia Baru 15 Maret 2019 yang lalu.

Sungguh benar ayat kedua tersebut;

وَمَنْ أَظْلَمُ مِمَّن مَّنَعَ مَسَاجِدَ اللَّهِ أَن يُذْكَرَ فِيهَا اسْمُهُ وَسَعَىٰ فِي خَرَابِهَا ۚ

“Dan siapakah yang lebih aniaya daripada orang yang mengha­lang-halangi menyebut nama Allah dalam masjid-masjid-Nya, dan berusaha untuk merobohkannya?” (Al Baqarah 114)

So.. Hidup dari masjid ke masjid, artinya masjid harus menjadi jiwa dan nafas seorang muslim. Karena masjid menjadi awal perubahan umat kepada yang lebih baik. Umat Islam harus lebih bersemangat menghidupkan masjid demi perjuangan membangkitkan umat ini.

Prinsip Dasar Memakmurkan Masjid

Pada ayat 114 Al Baqarah dan At Taubah 18 di atas dengan tegas Allah memberikan prinsip dasar dalam memakmurkan masjid.

Kita simpulkan dari dua ayat tersebut sebagai berikut;

a. Masjid yang jamaknya masajid, ternyata digandeng denga lafaz Agung Allah, ‘Masajidalloh,’ yang memiliki arti milik Allah. Artinya masjid-masjid yang sudah kita bangun itu adalah milik Allah, bukan lagi milik golongan apalagi perorangan.

Seorang datang ke masjid mestinya mendapatkan ketenangan, bukan kegalauan. Kalau di masjid bertambah galau, maka bisa ditebak masjid itu masih klaim-klaiman sebagai milik kelompok tertentu, bukan milik Allah.

b. Istilah memakmurkan masjid, dalam bahasa Al Qurannya adalah “ya’muru masajidalloh.”

Kata ya’muru berasal dari kata dasar umrah atau ‘amara, yang memiliki arti; manfaat, berkah dan sukses.

So, memakmurkan masjid bukan berarti meramaikan masjid, namun membuat masjid itu bermanfaat, berkah dan sukses mendapatkan rida Allah.

c. Karena itu program utama masjid adalah seperti yang bisa disimpulkan dari surat al Baqarah 114 dan At Taubah 18 tersebut yaitu mengarahkan jemaah masjid semakin;

  1. Semangat untuk berzikir, mengingat Allah di masjid, bukan ramai ngobrol yang tidak manfaat. Semua perbincangan yang mengarah kepada ingat Allah dan Rasul-Nya, maka hal itu dianjurkan.
  2. Bertambah keimanan dengan ilmu, dan membuat orientasi hidup kepada akherat. Misal dengan membuat TPQ dan majelis-majelis ilmu.
  3. Penegakan salat yang benar, terutama ketika salat di masjid. Mulai dari tempat wudhu yang pas hingga bagaimana shafnya yang rapat. Membuat nyaman orang berada di masjid dengan suara muazin dan imam yang bagus.
  4. Pengelolaan ekonomi lewat pemberdayaan zakat umat.
  5. Memberikan bimbingan dan konseling dalam urusan agama yang berkaitan dengan keluarga dan lainnya.

Wallahu A’lam

*Disampaikan di Radio Suara Muslim Surabaya

Like this article?

Share on Facebook
Share on Twitter
Share on WhatsApp
Share on Telegram

Leave a comment