Suaramuslim.net – Setiap terjadi bencana, banyak ustaz menyitir Al Quran surat Al Hadid ayat 22.
“Tiada suatu bencana pun yang menimpa di bumi dan (tidak pula) pada dirimu sendiri melainkan telah tertulis dalam kitab (Lauh Mahfuz) sebelum Kami menciptakannya. Sesungguhnya yang demikian itu adalah mudah bagi Allah.”
Pemahaman sepintas tentang ayat ini yang membuat sebagian masyarakat berpendapat bahwa bencana itu takdir Allah yang tidak perlu dipikir lagi.
Padahal Gusti Allah tidak menyebutkan bahwa negara ini akan terkena bencana apa, seberapa luas dan seberapa besar korbannya. Kita harus berpikir positif terhadap Allah SWT, Dia memberitahukan kepada kita semua bahwa ciptaan-Nya bisa menjadi ancaman bagi makhluk hidup dan lingkungan.
Berarti ayat ini memerintahkan kita untuk harus mencari, mengamati, mengukur dan meneliti ancaman-ancaman yang ada di sekitar kita dan kemudian mengklasifikasikan mana saja ancaman yang bisa membahayakan bagi kita. Akhirnya kita tahu apa yang harus dilakukan untuk menyikapi ancaman di sekitar, agar ancaman tersebut tidak berubah jadi bencana.
Misalnya hasil penelitian para ahli menyebutkan Indonesia rawan gempa, karenanya kita harus menyesuaikan dengan ancaman itu agar gempa tidak berubah menjadi bencana.
Hidup Bersama Gempa
Tsunami Sendai pada Jumat tanggal 11 Maret 2011, Jepang dihantam gempa 9,0 skala richter dan diikuti tsunami yang dahsyat, rusaknya infrastruktur, kebakaran hebat, dan rusaknya instalasi nuklir.
Gempa dan tsunami ini mirip dengan yang terjadi di Aceh tahun 2004, nanti bisa kita bandingkan jumlah korban dan kerusakan yang terjadi. Tsunami di Aceh jumlah korban lebih dari 167.300 orang sedangkan di Jepang tidak lebih dari 20.000 orang.
Kenapa Jepang bisa begitu? Jepang merupakan negara kepulauan relatif kecil dan terletak di kawasan geologi tektonik aktif dengan banyak gempa dan tsunami sama dengan negara kita. Karena kecilnya kepulauan maka masyarakat Jepang tidak punya pilihan lain, mereka harus beradaptasi dan menghadapi gempa dan tsunami tersebut. Untuk itu mereka meneliti, mengembangkan sistem peringatan dini, mengembangkan bangunan tahan gempa, dan menyosialisasikan hasil penelitiannya.
Sosialisasi kepada masyarakat tanpa kecuali baik kepada balita, manula, ibu-ibu hamil, maupun penyandang cacat dan lain-lain. Mereka melakukan gladi atau simulasi menghadapi gempa secara rutin dalam jangka waktu tertentu. Karena sosialisasi sudah berlangsung lama maka masyarakat Jepang sudah terbangun budaya keselamatan, sehingga saat terjadi gempa mereka refleks akan bersembunyi di bawah meja sampai getaran selesai baru mereka keluar ruangan satu persatu.
Gempa harus dijadikan bagian dari hidup kita, seperti juga angin, hujan, petir dll. Mestinya kita ini tanggung seperti bangsa Jepang menghadapi gempa.
Penjelasan berikut ini bisa memberi tambahan wawasan kenapa kita harus bersahabat dengan gempa.
Wilayah Indonesia dijepit dan ditekan oleh 3 lempeng tektonik sudah bekerja bergerak dan menekan Indonesia sejak jutaan tahun yang lalu. Yaitu Lempeng Samudera Hindia-Australia yang bergerak ke utara dengan Lempeng Eurasia yang relatif diam dan Lempeng Samudra Pasifik.
Pergerakan lempeng tektonik akan terus berlangsung dengan kecepatan tertentu antara 2-10 cm per tahun. Ibarat tumpulan material terdiri dari lapisan betin baja, kayu, plastik, dll didesak oleh 3 buldoser yang bergerak dengan kecepatan tetap dari 3 arah.
Pergerakan lempeng (bergeraknya buldoser) akan mendorong dan mematahkan lapisan batuan di dua lokasi yaitu (1) jalur megathrust dan (2) jalur sesar aktif. Dua lokasi merupakan jalur sumber gempa.
Negara kita punya jalur gempa megathrust dan sesar aktif. Potensi besaran magnitudo lebih dari 8 SR dan bisa menimbulkan tsunami.*
Dr. Amien Widodo
Pakar geologi dari Pusat Studi Kebumian, Bencana, dan Perubahan Iklim ITS Surabaya
*Opini yang terkandung di dalam artikel ini adalah milik penulis pribadi, dan tidak merefleksikan kebijakan editorial Suaramuslim.net