Membangun Kecerdasan Emosi Anak

Membangun Kecerdasan Emosi Anak

Membangun Kecerdasan Emosi Anak
Ilustrasi anak bermain lego.

Suaramuslim.net – Kecerdasan emosi merupakan produk dari sebuah pola asuh atau sosialisasi dalam keluarga. Usia yang paling penting dan krusial bagi seseorang agar berkembang secara optimal adalah usia di bawah tujuh tahun. Hampir 90% otak manusia berkembang pada usia ini sehingga dinamakan golden age.

Apabila pengalaman yang dialami seorang anak penuh kasih sayang, penghormatan dan keceriaan akan membuat limbik otak anak menjadi lebih aktif. Ia akan mengeluarkan neurotransmiter yang akan mengaktifkan korteks. Korteks adalah kemampuan seseorang untuk bisa berpikir, beranalisis dan bertindak secara kreatif.

Apabila seorang anak mengalami pengalaman menyedihkan, stressful environment, maka akan mempengaruhi fungsi limbik otak sehingga mengeluarkan zat neurotransmiter yang mengaktifkan batang otak reptile. Di mana nantinya anak berkembang menjadi pribadi agresif, pemarah dan penuh curiga.

Tahap perkembangan emosi anak:

1. Percaya vs tidak percaya

Tahap yang dilalui oleh bayi sampai usia 18 bulan. Pada tahap ini kebutuhan fisik dan emosi/ kasih sayang harus dipenuhi. Meskipun masih bayi, namun mereka juga memiliki kepekaan rasa yang harus kita jaga.

2. Kemandirian vs malu/ ragu

Tahap yang dilalui anak berusia 18 bulan hingga usia 3,5 tahun. Pada tahap ini biarkan anak bereksplorasi dengan pengawasan dan perhatian dari orang tua. Anak sangat butuh motivasi dari orang tua agar mereka dapat tumbuh dalam kemandirian dan rasa percaya diri.

3. Inisiatif vs merasa bersalah

Tahap yang dilalui anak usia 3,5 tahun sampai 6 tahun. Pada tahap ini kreativitas anak mulai terbangun, ajarkan anak tanggung jawab namun jangan mudah mengkritik akan kesalahannya. Pada tahap ini anak juga mulai diperkenalkan dengan kewajiban salat serta penanaman ketauhidan dalam hati mereka.

4. Berkarya vs minder

Tahap yang dilalui anak usia 6 sampai 10 tahun. Pada tahap ini, perasaan aku bisa, aku mampu harus ditanamkan. Berikan penghargaan atas sekecil apa pun karya mereka. Kewajiban akan sholat juga harus lebih ditekankan. Beri mereka gambaran surga terlebih dahulu sebelum neraka. Agar dalam melakukan kebaikan mereka tidak lebih terbayang dengan ketakutan akan neraka. Namun lebih termotivasi oleh indahnya surga.

Dari Abi Ya’la Syaddad bin Aus ra. berkata, Rasulullah SAW bersabda : ”Orang yang cerdas itu adalah orang yang bisa mengendalikan hawa nafsunya, dan mengerjakan untuk kehidupan setelah kematian. Dan orang yang lemah itu adalah orang orang yang mengikuti hawa nafsunya dan selalu berandai-andai kepada Allah.” ( H.R. Turmudzi)

Dalam bukunya Emotional Intelligent (Kecerdasan Emosi), Daniel Goleman menunjukkan bahwa kemampuan anak untuk menahan diri ternyata berpengaruh terhadap kecerdasan emosi yang salah satu dampaknya adalah kesuksesan dalam prestasi akademis. Wallahu a’lam bishawab.

Like this article?

Share on Facebook
Share on Twitter
Share on WhatsApp
Share on Telegram

Leave a comment